Tekanan Darah

A.   Tekanan Darah
1.    Definisi tekanan darah
              Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung.Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke arteriol. Akhirnya ketika mencapai kapiler, tekanan ini sedemikian rendah sehingga tekanan ringan dari luar akan menutup pembuluh darah ini dan mendorong darah keluar. Di dalam vena tekanan darah ini bahkan lebih rendah lagi sehingga pada akhirnya pada vena-vena besar yang mendekati jantung terdapat gaya hisap (suction), yakni tekanan negatif (bukan positif), akibat gaya hisap yang dihasilkan jantung ketika ruangan-ruangan  di dalam nya relaksasi (Muhammadun, 2010).
              Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal dari 100/60 mmHg sampi 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer and Bare, 2007).
               Berdasarkan definisi dari Muhammad (2010), Smeltzer and Bare (2007) dapat disimpulkan bahwa Tekanan darah adalah gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung. Tekanan darah paling tinggi terdapat pada arteri-arteri besar yang meninggalkan jantung dan secara bertahap menurun sampai ke arteriol. Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Rata-rata tekanan darah normal dari 100/60 mmHg samapi 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg.

2.    Cara pengukuran tekanan darah
              Cara pengukuran tekanan darah menurut Muhammadun (2010) dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
a.    Cara palpasi (Metode Riva Rocci)
              Segala bentuk pakaian harus lepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan tepat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik.Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukan tekanan darah sistolik. Dengan metode ini tidak dapat ditentukan tekan darah diastol. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi sistolik yang diharapkan.
b.    Cara auskultasi
              Metode ini petama-tama diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada yahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan siastolik dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada ateri brachialis yang disebut bunti korotkoff. Bunyi ini terjadi akibat timbulnya aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu jarak paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop, kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan sistolik (yang diketahui palpasi). Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula-mula tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk sehingga terjadilah turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi korotkoff dan dapat dibagi dalam lima fase yang berbeda, yaitu :
1)    Fase I : Timbulnya dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut nada letupan
2)    Fase II : Bunyi berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg berikutnya
3)    Fase III : Bunyi sedikit berubah dalam kualitas tinggi menjadi lebih jelas dan keras selama penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
4)    Fase IV : Bunyi meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang, Permulaan dari fase I yaitu dimana bunyi mula-mula terdengar merupakan teknik sistolik. Pemulaan Fase IV atau Fase V merupakan tekanan diastolik, dengan perbedaan sebagai berikut : Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi dari tekanan diastol intra arterial yang diukur secara. Fase V terjadi pada tekanan yang mendekati tekanan diastolik intra arterial pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan aliran darah, maka fase V lebih tepat digunakan sebagai index tekanan diastolik.
c.    Cara osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi air raksa pada manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan sistolik yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi pada manometer menunjukan tekanan sistol.Tekanan manset manset terus diturunkan sampai osilasi menghilang yang menunjukan tekanan diastol.


3.   Alat Pengukur Tekanan Darah
a.   Sphygmomanometer air raksa
              Alat manual ini penggunaanya harus disertai dengan stetoskop karena stetoskop berfungsi untuk mendengarkan denyut jantung saat arah air raksa sedang berjalan (Muhammadun, 2010).
b.   Sphygmomanometer aneroid
              Spygmomanometer aneroid ini atau biasa dikenal dengan nama sphygmomanometer jarum merupakan salah satu jenis alat pengukur tekanan darah secara manual. Sphygmomanometer aneroid umumnya terdiri dari meteran pengukur tekanan, balon pompa, serta selang yang tersambung ke manset. Hasil pengukuran dapat diketahui dari angka yang ditujukan oleh jarum pada meteran yang berbentuk bulat. Kelebihan dari penggunaan alat ini adalah bentuknya yang ringkas, sehingga mudah untuk dibawa berpergian, serta hasil pengukuran yang tinggi (Muhammadun, 2010).
c.    Sphygmomanometer digital
              Sphygmanometer digital merupakan alat kesehetan yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah yang bekerja secara digital (otomatis). Sphygmomanometer digital memiliki beberapa keunggulan, yaitu :  aman, karena tidak menggunakan air raksa yang beresiko radiasi logam berat, praktis, hasil pengukuran langsung disampaikan pada layar digital, multifitur, alat ini biasanya juga dilengkapi dengan beragam fitur lain yang bermanfaat. Seperti grafik tekanan darah (apakah darah normal atau tidak) dan fitur irreirreguler heart beat, tidak perlu pelatihan khusus untuk menggunakannya, karena cara penggunaan tidak jauh beda dengan sphygmomanometer air raksa (Muhammadun, 2010). Untuk nilai eror yang ditoleransi adalah 3 mmHg, dalam 5% dari pembacaan denyut nadi.

4.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
              Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi menurut Dalimantha (2008), yaitu :
a.    Usia
              Risiko hipertensi akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Penyakit hipertensi banyak menyerang masyarakat, terutama mereka yang di atas 40 tahun, bahkan ada yang telah terserang mulai umur sekitar 30 tahun.
b.    Obesitas
              Obesitas menjadi faktor risiko hipertensi karena semakin banyak penambahan berat badan, semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh.Sehingga volume darah pada pembuluh darah juga meningkat, demikian juga tekanan darah pada dinding arteripun meningkat. Seseorang dikatakan obesitas bila nilai IMT lebih besar dari 30.
c.    Perokok
              Merokok akan langsung menaikan tekanan darah sementara, tetapi bahan kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dinding pembuluh darah arteri. Hal ini dapat menyebabkan arteri jadi menyempit akibat penumpukan kolesterol, sehingga akhirnya dapat menimbulkan darah tinggi bahkan serangan jantung dan stroke (Alia, 2014).
d.    Kurang aktivitas fisik
              Kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor resiko hipertensi karena orang yang tidak aktif cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi.Semakin tinggi detak jantung, semakin keras jantung bekerja akibatnya timbul tekanan darah tinggi.
e.    Garam
Terlalu banyak mengkonsumsi natrium atau garam dapat menyebabkan peningkatan cairan di dalam tubuh khusunya dalam pembuluh darah, yang dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut dr. Susan Jebb, kadar garam yang baik untuk dewasa adalah 6 gram per hari, 0-6 bulan 1 gram, 1-3 tahun 2 gram, 4-6 tahun 3 gram (setengah sendok teh), 7-10 tahun 5 gram, 11-14 tahun 6 gram, dewasa 6 gram (satu sendok teh).

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

Gizi Untuk Usia Sekolah Dan Remaja