KONSEP PENGETAHUAN
B. Konsep
Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan
Menurut
Fitriani (2011) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Over behavior) (Fitriani,
2011). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang disasari
pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan
(Maulana, 2014).
Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai
hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya), dengan sendirinya pada
waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi
oleh intesitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Dari
beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan
hasil tahu seseorang melalui penginderaan yang sebagian besar diperoleh melalui
penglihatan dan pendengaran, dan bisa terjadi dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan.
2. Tingkat
Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Menurut
Fitriani (2011) Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif ada 6
tingkatan yaitu :
a.
Tahu
(know).
Tahu
diartikan sebagai mengingat kembali (recall)
terhadap suatu materi yang dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh dapat menyebutkan
tanda-tanda seseorang terkena DBD.
b.
Memahami
(comprehension).
Suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang terhadap objek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan
PSN 3M+.
c.
Aplikasi
(application)
Diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi
dan kondisi real (sebenarnya).
d.
Analisis
(analysis)
Adalah
suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada
kaitainnya satu sama lain. Seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
e.
Sintesis
(synthesis)
Sintesis
menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam bentuk suatu keseluruhan baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f.
Evaluasi
(evaluation)
Evaluasi
ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria
yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteia yang telah ada.
Misalnya, dapat menanggapi DBD di suatu tempat.
3. Proses
Terjadinya Pengetahuan
Menurut
Maulana (2014), pengetahuan
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang
tersebut, terjadi proses berurutan dalam
dirinya. Proses ini disebut AIETA, meliputi :
a.
Kesadaran
(Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulasi (obyek).
b.
Merasa
(Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek
timbul.
c.
Menimbang-nimbang
(Evalution), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.
Mencoba
(trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
e.
Adaption,
dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikap terhadap stimulus.
4. Jenis
pengetahuan
Pemahaman
masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam.
Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya
sebagai berikut:
a)
Pengetahuan
implisit
Pengetahuan
implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman
seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan
pribadi, persefsi dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk
ditransfer ke orang lain baik secara tertulis maupun lisan. Pengetahuan
implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa disadari.
b)
Pengetahuan
eksplisit
Pengetahuan
eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau tersimpan dalam
wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata
dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan-kesehatan. (Riyanto, 2013).
5. Cara
Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan
seseorang bisanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam
sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo
(2012) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni :
a.
Cara
tradisional atau non ilmiah
Cara
tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1)
Trial
dan error
Cara
ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya
peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah,
upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini
dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai
berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error
(gagal atau salah satu metode coba salah adalah coba-coba).
2)
Kekuasaan
dan otoritas
Dalam
kehidupan manusia sehai-hari, banyak sekali kebiasan dan tradisi yang dilakukan
oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak.
Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan
juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah
diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli
agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
3)
Berdasarkan
pengalaman pribadi
Adapun
pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah ini mengandung
maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4)
Jalan
pikiran
Sejalan
perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berfikir umat manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya
dalam memperoleh pengetahuan. Denga kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan manusia telah menjalankan
jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan
deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung
melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
b.
Cara
modern atau cara ilmiah
Cara
baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah
yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat
catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo,
2012).
6. Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
a.
Pendidikan
Pendidikan
adalah suatu usahan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah (baik formal
maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima
informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak
informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai
kesehatan.
Peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
postif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap
seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang
diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b.
Informasi/
media massa
Informasi
adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan
sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (
Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi
yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubaha atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya
teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi,
berbagai bentuk media mass seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan
orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c.
Pekerjaan
Seseorang
yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai
informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
d.
Sosial,
budaya dan ekonomi
Kebiasaan
dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Denga demikian, seseorang akan bertambah
pengetahuannnya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga
status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e.
Lingkungan
Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,
biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interakasi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon
sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
f.
Pengalaman
Pengalaman
sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja
yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional,
serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertlak dari
masalah nyata dalam bidang kerja.
g.
Usia
Usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan berperan
aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak
ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan
selama hidup adalah sebagai berikut:
1)
Semakin
tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak
hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2)
Tidak
dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah
mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan munurun
sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain,
seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo,
2013).
7. Pengukuran
Pengetahuan
Pengukuran
dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur
pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan
pengetahuan (Riyanto, 2013). Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu
pemberian angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon
perskalaan. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat
dalam penelitian biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan:
baik = 76-100 %; cukup = 56-75% dan kurang = <56% (Nursalam, 2008: 120).
Menurut Skinner (2007) di dalam buku Riyanto (2013: 8) pengukuran tingkat
pengetahuan bisa dilakukan ketika seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu
baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui
bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan
pengetahuan.
Comments