LP DBD ( DEMAM BERDARAH DENGUE )
1. Pengertian
DBD
Demam dengue dan demam berdarah dengue
adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis.
Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun, tetapi
sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit ini. Sumber penularan utama
adalah manusia dan primata sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes.
Penyakit
demam berdarah dengue adalah penyakit penyakit menular yang disebabkan oleh oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypty, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa sebab
yang jelas, nyeri otot, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petechiae, lebam (enchymosis)
atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (schok) (Kemenkes
RI, 2011).
Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi penyakit akut yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypty dan Aedes
albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak dibawah 15
tahun (Widyanto, 2013).
Dari
beberapa pengertian penyakit DBD di atas didapat kesimpulan DBD adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypty yang ditandai dengan nyeri otot, demam tinggi
mendadak tanpa sebab yang jelas dan dapat berlangsung terus menerus selama 2-7
hari dan kejadian kesadaran menurun.
2.
Klasifikasi penyakit DBD
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 tingkatan,
menurut Kemenkes (2011):
a.
Derajat
1
Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji
tourniquet positif.
b.
Derajat
2
Terdapat perdarahan spontan antara lain perdaran di kulit
(petekie), pendarahan gusi, epitaksis atau pendarahan lain. (menstruasi
berlebihan, pendarahan saluran cerna).
c.
Derajat
3
Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi
cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit dingin,lembab, dan menjadi gelisah.
d.
Derajat
4
Seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diukur.
3. Etilogi
DBD
Penyebab terjadinya DBD adalah virus
dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus grup family Togaviridae. Virus ini
mempunyai ukuran diameter sebesar 30 nm dan terdiri dari 4 serotip yaitu dengue
(DEN) 1, (DEN) 2, (DEN) 3, dan (DEN) 4. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pada suhu 30o
C nyamuk memerlukan waktu lama 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi
ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk. Sebelum demam muncul pada
penderita yang telah terinfeksi, virus sudah terlebih dahulu berada dalam darah
selama 1-2 hari. Selanjutnya selama 4-7 hari penderita berada dalam kondisi
viremia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki
kebiasaan hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar dan mengigit atau
menghisap darah pada siang hari dengan waktu puncak gigitan pukul 09.00-11.00
dan pukul 16.00-17.00. nyamuk jantan tidak dapat mengigit dan meghisap darah,
melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan (Mharsell, 2009).
4. Patogenesis
dan Patofisiologi DBD
Data
yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan
dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imum
yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
a.
Respon
humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi
virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi
antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi
virus pada monosit atau makrofag. Hipotesesis ini disebut dengan antibodi
dependent enchancement (ADE).
b.
Limfosit
T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) beperan dalam respon imun seluler
terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi
interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5,
IL-6, dan IL-10.
c.
Monosit
dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun
proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi
sitokin oleh makrofag.
d.
Aktivasi
komplemen oleh kompleks immun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994
(Dikutip Marshell 2009) merangkum
pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue
menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non
netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag
oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi
limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma
akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi
seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamine yang
mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma.
Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui
aktivasi oelk kompleks virus antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran plasma. Trombositpenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme:
a.
Supresi
sumsum tulang
b.
Destruksi
dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran
sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukan keadaan
hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir mencapai akan
terjadi peningkatan hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar
trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia menunjukan
kenaikan. Hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai
mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit
terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi
trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi
trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar
b-trombogloburin dan PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan
endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan
terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV.
Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur
intrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui aktivasi faktor Xa namun tidak
melalui aktivasi kontak ( kalikrein C1-inhibitor complex).
5. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian DBD
Menurut Soegeng (2006, dalam oktaviani,
2011) banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya DBD yaitu,
a.
Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility)
dan respon imun,
b.
Faktor
agent yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini diketahui ada 4 jenis serotype yaitu Dengue
1, 2, 3, dan 4. Penelitian terhadap epidemi Dengue di Nacarugua tahun1998,
menyimpulkan bahwa epidemiologi Dengue
dapat berbeda tergantung pada daerah geografi dan serotype virusnya.
1)
Kondisi
geografi :
a)
Ketinggian
dan permukaan laut.
b)
Curah
hujan
Curah hujan pada musim hujan (curah hujan diats normal)
tempat berkembangnya nyamuk Aedes aegypty yang pada musim kemarau tidak terisi
air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas, dalam tempo
singkat akan menetas.
c)
Kelembaban:
kelembaban udara yang meningkat akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup nyamuk
dewasa.
d)
Musim:
dari hasil pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia
bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal dan akhir tahun dimana selama hujan jangka
waktu hidup nyamuk lebih lama dan beresiko penularan virus lebih besar.
2)
Kondisi
demografi
a)
Kepadatan
b)
Mobilitas
penduduk: akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
c)
Perilaku
dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar
organisme.
d)
Sosial
ekonomi
e)
Adat
istiadat.
6. Pencegahan
DBD
Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN DBD melalui 3M Plus :
a.
Menguras
tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
b.
Menutup
rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau
menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas,
plastic bekas dll.
c.
Plus
1)
Ganti
air vas bunga , tempat minuman burung
atau lainnya seminggu sekali.
2)
Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar
atau rusak.
3)
Tutup
lubang pada potongan bam u, pohon, dan lainnya misalnya denga tanah.
4)
Menaburi
racun pembasmi jentik (larvasidasi)
khususnya bagi tempat penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulita
air.
5)
Menebar
ikan pemekan jentik seperti kepala timah, gepi, di tempat penampungan air yang
ada di sekitar rumah.
6)
Tidur
memakai kelambu.
7)
Memakai
obat nyamuk dan memakai obat nyamuk.
Sedangkan
Menurut Misnadiary (2009), pencegahan penyakit demam berdarah dengue mencakup:
a.
Terhadap
nyamuk perantara
1)
Pemberantasan
nyamuk Aedes Aegypty telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M yaitu
menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras),
tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan
lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pda kolam atau pada tempat penampungan bak air yang
sulit dikuras atau membunuh jentik nyamuk.
2)
Memberantas
nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat.
3)
Menggantung
baju bekas pakai ( nyamuk sangat suka bau manusia), memasang kasa nyamuk pada
ventilasidan jendela rumah, melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari
dengan kelambu, menyemprot obat nyamuk rumah dipagi dan sore hari ( jam 08.00
dan 18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan lembap
semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai.
Pengasapan atau fogging dilakukam apabila dijumpai penderita yang dirawat atau
meninggal.
b.
Terhadap
diri kita
1)
Memperkuat
daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.
2)
Menghindari
gigitan nyamuk disepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk Aedes
Aegypti aktif di siang hari (bukan
di malam hari).
3)
Jika
berada lokasi-lokasi yang nyamuk banyak nyamuk di siang hari, terutama di
daerah yang ada penderita DBD. Kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana
panjang dan kemeja panjang. Gunakan cairan atau cream anti nyamuk (mosquito reppelant) pada bagian badan
yang tidak tertutup.
7. Cara
Penularan DBD
Virus
dengue yang termasuk grup B arthropod
borne virus (arbovirus) yang ditularkan ke manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina atau juga nyamuk Aedes
albopictus namun bukan vektor utama.
Sekali terinfeksi arbovirus, selama hidupnya nyamuk akan terinfeksi dan dapat
terus menular virus tersebut ke manusia. Nyamuk betina yang terinfeksi juga
dapat menularkan virus ke generasi berikutnya dengan cara transovarial .
Virus
dengue bersikulasi dalam tubuh manusia selama 2-7 hari atau selama terjadi
demam. Selama 4-7 hari virus dengue di tubuh penderita dalam keadaan vieremia
dan pada masa itulah penularan terjadi. Sehingga apabila pada masa itu
penderita digigit nyamuk, maka virus dengue juga terhisap oleh nyamuk. Virus
tersebut akan masuk ke lambung nyamuk kemudian berkembang biak dan akan
berpindah ke kelenjar ludah nyamuk. Proses tersebut terjadi selama 8-10 hari
sebelum virus dengue dapat ditularkan kembali ke manusia melalui gigitan nyamuk
terinfeksi (Depkes, 2008)
8. Ciri-ciri
Nyamuk Aedes Aegypti adalah :
a.
Tubuh
hitam kecoklatan, tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih
keperakan
b.
Berkembang
biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan,
drum, dan barang-barang menampung air sperti kaleng, ban bekas, pot tanaman
air, dan tempat-tempat minum burung, dan lain-lain.
c.
Jarak
terbang ± 100 m.
d.
Nyamuk
betina bersifat multiple biters ( menggigit beberapa orang karena sebelum
nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).
e.
Tanah
dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
Nyamuk
yang terjadi menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi
saat menggigit manusia yang sedang sakit dan veremia (terdapat virus dalam
darahnya). Menurut laporan terakhir, virus ini dapat pula menularkan secara
transvorial dari nyamuk ke telur-telurnya. (Depkes, 2008)
9. Manifestasi DBD
a.
Masa
inkubasi biasanya berkisar antar 4-7 hari.
b.
Demam
tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun
pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas
mendadak turun.
c.
Tanda-tanda
pendarahan.
1)
Pendarahan
ini terjadi di semua organ. Bentuk pendarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet
(Rumple Leede) positif atau dalam bentuk salah satu atau lebih manifestasi pendarahan
sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Pendarahan Konjungtiva,
Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering
sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
2)
Untuk
membedakannya regangkan kulit, jika hilang berarti bukan peterkie. Uji
Tourniquet positif sebagai tanda pendarahan ringan, dapat dinilai sebagai
presumptive test ( dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari
pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet
positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam
chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain- lain. Uji
Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas
1 inci persegi (2,5x2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat
siku (fossa cubiti).
d.
Pembesaran
hati (hematomegali)
1)
Pembesaran
hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit.
2)
Pembesaran
hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
3)
Nyeri
tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
e.
Renjatan
(syok)
1)
Kulit
teraba dingin dan lembab terutaman pada
ujung hidung, jari tangan dan kaki.
2)
Penderita
menjadi gelisah.
3)
Sianosis
di sekitar mulut.
4)
Nadi
cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
5)
Tekanan
nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
f.
Trombositopeni
1)
Jumlah
trombosit 100.000/. biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7
sakit.
2)
Pemeriksaan
trombosit perlu diulang sampai terbukti Hemukonsentrasi (peningkatan
hematokrit).
3)
Peningkatannya
nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD,
merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan
pemeriksaan hematokrit secara berkala.
4)
Pada
umumnya penurunan trombosit mendahului peningktan hematokrit. Hemokonsentrasi
dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35% menjadi 42%: 35/100 x 42 =
7, 35+7=42), mencerminkan peningkatan
permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai
hematokrit dipengaruhi oleh penggatian cairan atau pendarahan. Penurunan nilai
hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat, nilai
Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
g.
Manifestasi
lain
1)
Gejala
klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD adalah nyeri otot, anoreksia,
lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang.
2)
Pada
beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran
sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis.
3)
Keluhan
sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahulyi pendarahan
gastroinstestinal dan renjatan.
10. Pemeriksaan
Diagnostik DBD
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk memeriksa jumlah trombosit dan adanya rembesan plasma
karena peningkatan permeabilitas vaskuler atau dikenal dengan haemoconcenrantion. Pada penderita DBD,
ditemukan jumlah trombosit dalam tubuh mengalami penurunan yang drastis sampai
mencapai 100.000 sel/mm3 atau bahkan dapat lebih rendah. Adapun pada
pemeriksaan haemoconcenrantion akan ditandai dengan peningkatan hematocrit
sama atau > 20% diatas rata-rata usia, jenis kelamin, dan populasi. Selain
itu terdapat rembesan plasma seperti efusi pleura, asites dan hipoproteinemia.
a.
Pemeriksaan
serologi
Pemeriksaan
serologi dilakukan dengan HaemoagglutinationI
Inhibition Test (HIT) yang berguna
untuk mengetahui terjadinya peningkatan titer atau serum penderita. Adapun
hasil pemeriksaan serologi adalah sebagai berikut
1)
Apabila
titer antybody kurang dari 1/20 dan titer antybody fase konvelesen meningkat 4 kali atau lebih tetapi kurang dari
1/2560, berarti infeksi primer.
2)
Apabila
titer antybody akut kurang dari 1/20
atau lebih sedangkan titer antybody fase
konvelesen meningkat lebih besar
sama dengan 1/2560, berarti merupakan infeksi ulang.
3)
Apabila
titer antybody akut kurang dari 1/20
atau lebih sedangkan titer antybody fase
konvelesen naik atau lebih dari atau
sama dengan 4 kali, berarti merupakan infeksi ulangan.
4)
Apabila titer antybody akut lebih atau sama
dengan dari 1/1280 dan titer antybody
fase konvelesen tetap atau naik,
berarti merupakan infeksi baru.
11. Penatalaksanaan
DBD
a.
Penatalaksanaan
pada saat pencegahan
Untuk
mencegah serangan, tentunya dengan membasmi nyamuk Aedes yang menjadi media
virus dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakanya di tempat lembab dan
berair.
1)
Untuk
memberantas nyamuk, jentik-jentik atau sarang-saranng nyamuk harus diberantas.
Jentik nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat di banyak air yang
tergenang, baik di pot-pot bunga atau kolam ikan yang jernih airnya, maka
setiap keluarga harus menutup peluang bagi nyamuk untuk berkembangbiak dengan cara
melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk secara teratur sekurang-kurangnya
seminggu sekali.
2)
Ciptakan
lingkungan yang sehat dan bersih. Tanami halaman di sekitar rumah dengan
tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti tumbuhan sereh, lavender, dan zodiac.
3)
Kontrol dan bersihkan secara rutin
tempat-tempat yang terdapat genangan air seperti pas bunga, dispenser, kloset,
tong sampah, ember, bak mandi, bak kontrol atau penampung air, bawah kulkas,
kolam ikan hias, botol ban bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
4)
Bila
seseorang terserang DBD, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah memberi
minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak, seperti air susu, teh,
air bening, oralit, atau air minum lainnya. Sementara itu si penderita dapat
dikompres dengan air dingin atau air es, dan diberi obat penurun panas seperti
parasetamol. Selanjutnya, si penderita harus segera di bawa kerumah sakit.
5)
Pemberantasan
sarang nyamuk meliputi kegiatan 3M-Plus yaitu :
a)
Menguras
tempat penampungan air secara teratur.
b)
Mengubur
barang bekas yang dapat menampung air.
c)
Menutup
rapat tempat penampungan air, dan memberikan abate untuk membunuh jentik-jentik
nyamuk.
b.
Penatalaksanaan
pada saat di rumah sakit.
1)
Tirah
bening.
2)
Diet
makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan perangsang.
3)
Infus
Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCI 0,9% dengan tetesan 20 cc / Kg/
BB/ jam di guyur, atau secara praktis :
1-1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc/ Kg BB / Jam atau 50 cc/ Kg BB/ 24
jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan.
Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
4)
Keadaan
klinis di monitor : TD. Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu (minimal 2 kali
sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu ada status), jumlah urine
perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
5)
Obat-obat
simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti parasetamol
atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh ≥ 38,5o C dan
Metoklopramide bila terjadi muntah – muntah.
6)
Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi
≥ 110 x / menit, atau tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau
jumlah urin ≤ 40 cc / jam, pertanda
adanya kebocoran plasma (plasma leakage)
tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan kembali
stabil. Setelah tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke tetesan rumatan.
7)
Monitor
Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan TD, peningkatan
Nadi, atau penurunan volume urin yang berlanjut, atau terjadi pendarahn massif,
atau pnurunan kesadaran, perlu di
periksa Hb, Ht, Trombsit. Penurunan
jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan
bila diperlukan periksa Haemorrhagic
test.
8)
Bila
Selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat atau respons
pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk dirujuk ( bila
dirawat di Puskesmas atau di klinik atau rumah sakit daerah) atau dilakukan
tindakan yang lebih intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
9)
Infus
trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang menyolok disertai
dengan tanda-tanda pendarahan massif. Bila terjadi pendarahan yang massif
dengan penurunan kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
10) Bila keadan syok masih belum
teratasi dengan pemberian cairan yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda
pendarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak menunjukan perbaikan,
maka pilihan kita adalah pemberian FPP ( Fresh Frozen Plasma) atau Plasma
biasa.
11) Bila keadaan klinis stabil,
pemeriksaan ulangan laboratorium pada fase
penyembuhan.
Comments