Sabtu, 29 April 2017

Konsep Pendidikan Kesehatan

B.   Konsep Pendidikan Kesehatan
1.   Pengertian Pendidikan Kesehatan
Menurut A Joint Comitte on Terminologgu in Health Education of United States (1973) yang dikutip oleh Susilo (2011) pendidikan kesehatan adalah merupakan suatu proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan dari intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar dan yang mempengaruhi kesejahteraan diri, keluarga, dan masyarakat. Nyswander (1947) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat. Grout (1958) mengatakan bahwa pendidikan kesehatan adalah upaya menerjemahkan apa yang telah diketahui tentang kesehatan kedalam perilaku yang diinginkan dari perorangan ataupun masyarakat melalui proses pendidikan. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan pendidikan kesehatan suatu proses yang mencakup dimensi dan kegiatan-kegiatan dari intelektual, psikologi dan sosial yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan secara sadar demi tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat.

2.   Tujuan Pendidikan Kesehatan
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan merubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut, ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar (Susilo, 2011).
Azwar (1983:18 dalam Susilo, 2011), membagi perilaku kesehatan sebagai tujuan kesehatan menjadi 3 macam :
a.    Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat. Setiap individu mampu menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri.
b.    Secara mandiri dapat menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun menciptakan perilaku sehat didalam kelompok. Setiap individu mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dukungan dari luar.
c.    Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat. Individu mampu memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Green (1980 dalam Susilo, 2011) pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku (pencetus, pendukung dan pendorong) sehingga menimbulakan perilaku positif. Hal ini menunjukan bahwa perilaku, pendidikan kesehatan dan status kesehatan berada dalam suatu pola hubungan yang saling mempengaruhi.

3.    Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992) dalam Maulana (2014), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu :
1)    Metode Pendidikan Individu (perorangan)
Bentuk dari metode individu ada 2 bentuk :
a.    Bimbingan dan Konseling
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Konseling adalah proses belajar yang memungkinkan peserta didik mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005 dalam Maulana, 2014).
b.    Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2)    Metode Pendidikan Kelompok
        Untuk kelompok yang besar (sasaran berjumlah lebih dari 15 orang), dapat digunakan metode ceramah dan seminar.


a.    Ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara di depan sekelompok pengunjung atau pendengar. Metode ini digunakan jika dalam kondisi berikut :
a)    Waktu untuk penyampaian informasi terbatas.
b)    Orang yang mendengarkan sudah termotivasi.
c)    Pembicara menggunakan gambar dalam kata-kata.
d)    Kelompok terlalu besar untuk melakukan metode lain.
e)    Ingin menambah atau menekankan apa yang sudah dipelajari.
f)     Mengulangi, memperkenalkan atau mengantarkan suatu pelajaran atau aktivitas.
g)    Sasaran dapat memahami kata-kata yang digunakan.
b.    Seminar
          Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari suatu atau beberapa ahli tentang suatu topic yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
          Untuk kelompok kecil (sasaran berjumlah kurang dari 15 orang), dapat dilakukan diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), snowball, Buzz group (kelompok studi kecil), bermain peran (role play), dan simulasi.


4.    Media atau Alat Peraga Dalam Pendidikan Kesehatan
Media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu permasalahan (Maulana, 2014).
Pembagian alat peraga dibagi berdasarkan fungsinya (Fitriani, 2011), yaitu :
a.    Media cetak
1)    Buklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik berupa tulisan atau gambar atau keduanya. Sasaran buklet adalah masyarakat yang dapat membaca.
2)    Leaflet dan pamphlet
Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tenang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet terdiri atas 200-400 kata dan kadang-kadang berseling dengan gambar. Leaflet berukuran 20 x 30 cm, dan biasanya disajikan dalam bentuk terlipat, biasanya leaflet diberikan setelah sasaran telah selesai kuliah atau ceramah agar dapat dipergunakan sebagai pengingat pesan atau dapat juga diberikan sewaktu ceramah untuk memperkuat pesan yang sedang disampaikan.
3)    Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar. Ukuran poster biasanya 50 x 60 cm. karena ukurannya yang terbatas, maka tema dalam poster tidak terlalu banyak, sedap-dapatnya hanya ada satu tema dalam satu poster. Tata letak kata dan warna dalam poster hendaknya menarik. Kata - kata dalam poster tidak lebih dari tujuh kata dan hurufnya dapat dibaca oleh orang yang lewat dari jarak 6 meter.
4)    Lembar balik (flip chart)
Merupakan alat  peraga yang merupakan kalender balik bergambar. Lembar balik (flip chart) mempunyai dua ukuran. Ukuran besar terdiri atas lembaran-lembaran yang berukuran kurang lebih berukuran 50 x 75 cm, sedangkan ukuran kecil kurang lebih 38x 50 cm. lembar balik yang berukuran lebih kecil  21 x 28 cm disebut flip book atau flip chart meja.
Salah satu media yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini adalah media audio visual. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar (Mubarak, 2009). Kelebihan audio visual adalah sudah dikenal masyarakat, mengikutsertakan semua panca indera, lebih mudah dipahami, lebih menarik, dapat diulang penggunaanya, kelemahan menggunakan audio visual adalah biayanya mahal, sedikit rumit, perlu listrik, untuk mengoperasionalkannya (Notoatmodjo 2010)
5)    Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
b.    Media Elektronik
1)    Televisi
Penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara, forum diskusi atau Tanya jawab sekitar masalah kesehatan dan lain sebagainya.


2)    Radio
Penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-macam antara lain, obrolan (Tanya jawab), sandiwara radio, ceramah dan lain sebagainya.
3)    Video
penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan dapat melalui video.
a)    Slide
Slide dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kesehatan.
b)    Film strip
Dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
c)    Media papan (billboard)
Berbentuk papan berukuran 2 x 2 m yang berisi tulisan dan atau gambar yang ditempatkan dipinggir jalan besar yang dapat dibaca atau dilihat oleh pemakai jalan dan diisi dengan informasi-informasi kesehatan.
d)    Media Visual  
Menurut Zaman dan Eliyawati, (2010) media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Media visual terdiri dari media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Media visual yang dapat diproyeksikan merupakan media yang menggunakan alat proyeksi yang disebut proyektor dimana gambar atau tulisan akan nampak pada layar. Media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas media gambar diam, media grafis dan media model.
1.    Gambar diam adalah gambar-gambar yang disajikan secara fotografik atau seperti fotografik, misalnya gambar tentang manusia, binatang, tempat atau objek lain yang ada kaitannya dengan tema yang diajarkan. Keuntungan media ini adalah dapat menterjemahkan ide, atau gagasan yang sifatnya abstrak menjadi lebih konkrit, mudah menggunakannya, tidak mahal dan dapat digunakan pada setiap tahap kegiatan pendidikan.
2.    Media grafis adalah media pandang dua dimensi yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan.
3.    Media model adalah media tiga dimensi  yang sering digunakan dalam kegiatan dunia pendidikan untuk anak usia dini. Media ini merupakan tiruan dari beberapa objek nyata, seperti objek yang terlalu besar, objek yang terlalu jauh, dan objek-objek yang sulit dibawa ke dalam kelas.
e)    Multimedia
Menurut Tuban, et al (2002, dalam sofyan & purwanto, 2008) merupakan kombinasi paling sedikit dua media dalam input dan output data, yaitu audio, animasi, video, teks, grafik, atau gambar. Elemen dalam multimedia adalah:
1)    Teks merupakan bentuk data multimedia yang paling mudah digunakan.
2)    Grafik atau image didapat  dari penangkap citra seperti kamera, sehingga menghasilkan suatu gambar yang berbentuk ikon, foto atau symbol.
3)    Audio atau suara terdiri dari narasi, music atau suara.
4)    Video merupakan gabungan suara dan gambar yang diambil dari kamera, sehingga berbentuk urutan gerakan yang dibaca dalam satuan detik.
5)    Animasi didapat dari pemamfaatan komputer untuk menghasilkan gerak dalam suatu tampilan.

KONSEP PENGETAHUAN

B.   Konsep Pengetahuan
1.    Pengertian Pengetahuan
Menurut Fitriani (2011) Pengetahuan merupakan  hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Over behavior) (Fitriani, 2011). Berdasarkan pengalaman dan penelitian, perilaku yang disasari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Maulana, 2014).
 Pengetahuan (Knowledge) juga diartikan sebagai hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Dari beberapa pengertian di atas peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang melalui penginderaan yang sebagian besar diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran, dan bisa terjadi dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan.
2.    Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif
Menurut Fitriani (2011) Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif ada 6 tingkatan yaitu :
a.    Tahu (know).
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang dipelajari sebelumnya, oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda seseorang terkena DBD.
b.    Memahami (comprehension).
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan PSN 3M+.
c.    Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
d.    Analisis (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitainnya satu sama lain. Seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e.    Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk suatu keseluruhan baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f.     Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteia yang telah ada. Misalnya, dapat menanggapi DBD di suatu tempat.
3.    Proses Terjadinya Pengetahuan
Menurut Maulana (2014),  pengetahuan mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut,  terjadi proses berurutan dalam dirinya. Proses ini disebut AIETA, meliputi :
a.    Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi (obyek).
b.    Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek tersebut disini sikap obyek timbul.
c.    Menimbang-nimbang (Evalution), terhadap baik dan tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d.    Mencoba (trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki.
e.    Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
4.    Jenis pengetahuan
Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis pengetahuan diantaranya sebagai berikut:
a)    Pengetahuan implisit
Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata, seperti keyakinan pribadi, persefsi dan prinsip. Biasanya pengalaman seseorang sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis maupun lisan. Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa disadari.
b)    Pengetahuan eksplisit
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau tersimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan dengan kesehatan-kesehatan. (Riyanto, 2013).
5.    Cara Memperoleh Pengetahuan
Pengetahuan seseorang bisanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya: media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2012) dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokan menjadi dua yakni :
a.    Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdiri dari empat cara yaitu :
1)    Trial dan error
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu cara ini disebut dengan metode Trial (coba) dan Error (gagal atau salah satu metode coba salah adalah coba-coba).
2)    Kekuasaan dan otoritas
Dalam kehidupan manusia sehai-hari, banyak sekali kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, penalaran, dan tradisi-tradisi yang dilakukan itu baik atau tidak. Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya.
3)    Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru terbaik”. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4)    Jalan pikiran
Sejalan perkembangan kebudayaan umat kebudayaan umat manusia cara berfikir umat manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Denga kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menjalankan  jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya adalah cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.
b.    Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung, membuat catatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati (Notoatmodjo, 2012).
6.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, sebagai berikut:
a.    Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usahan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan  di dalam dan diluar sekolah (baik formal maupun nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat mengenai kesehatan.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga  dapat  diperoleh pada pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mengandung dua aspek yaitu aspek postif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui, maka akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut.
b.    Informasi/ media massa
Informasi adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu ( Undang-Undang Teknologi Informasi).
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubaha  atau peningkatan pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media mass seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
c.    Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
d.    Sosial, budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Denga demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannnya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
e.    Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interakasi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
f.     Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertlak dari masalah nyata dalam bidang kerja.
g.    Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1)    Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.
2)    Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan munurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosakata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia (Notoatmodjo, 2013).
7.    Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan (Riyanto, 2013). Prosedur berskala atau (scaling) yaitu penentu pemberian angka atau skor yang harus diberikan pada setiap kategori respon perskalaan. Skor yang sering digunakan untuk mempermudah dalam mengkategorikan jenjang/peringkat dalam penelitian biasanya dituliskan dalam persentase. Misalnya, pengetahuan: baik = 76-100 %; cukup = 56-75% dan kurang = <56% (Nursalam, 2008: 120). Menurut Skinner (2007) di dalam buku Riyanto (2013: 8) pengukuran tingkat pengetahuan bisa dilakukan ketika seseorang mampu menjawab mengenai materi tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan tersebut dinamakan pengetahuan.

LP DBD ( DEMAM BERDARAH DENGUE )

A.   Demam Berdarah Dengue (DBD)

1.    Pengertian DBD
Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit ini. Sumber penularan utama adalah manusia dan primata sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes.
          Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit  penyakit menular yang disebabkan oleh oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa sebab yang jelas, nyeri otot, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan dikulit berupa bintik pendarahan (petechiae, lebam (enchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (schok) (Kemenkes RI, 2011).
          Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vector nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus. DBD dapat menyerang orang dewasa maupun anak-anak dibawah 15 tahun (Widyanto, 2013).
          Dari beberapa pengertian penyakit DBD di atas didapat kesimpulan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty yang ditandai dengan nyeri otot, demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan dapat berlangsung terus menerus selama 2-7 hari dan kejadian kesadaran menurun.
2.    Klasifikasi penyakit DBD
Derajat penyakit DBD diklasifikasikan dalam 4 tingkatan, menurut Kemenkes (2011):
a.    Derajat 1
Demam dan satu-satunya manifestasi pendarahan adalah uji tourniquet positif.
b.    Derajat 2
Terdapat perdarahan spontan antara lain perdaran di kulit (petekie), pendarahan gusi, epitaksis atau pendarahan lain. (menstruasi berlebihan, pendarahan saluran cerna).
c.    Derajat 3
Derajat I atau II disertai kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (<20 mmHg) atau hipotensi disertai
kulit dingin,lembab, dan menjadi gelisah.
d.    Derajat 4
Seperti derajat III disertai syok berat (profound syok), nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.


3.    Etilogi DBD
Penyebab terjadinya DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus grup family Togaviridae. Virus ini mempunyai ukuran diameter sebesar 30 nm dan terdiri dari 4 serotip yaitu dengue (DEN) 1, (DEN) 2, (DEN) 3, dan (DEN) 4. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Pada suhu 30o C nyamuk memerlukan waktu lama 8-10 hari untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsik dari lambung sampai kelenjar ludah nyamuk. Sebelum demam muncul pada penderita yang telah terinfeksi, virus sudah terlebih dahulu berada dalam darah selama 1-2 hari. Selanjutnya selama 4-7 hari penderita berada dalam kondisi viremia. Nyamuk Aedes aegypti memiliki kebiasaan hinggap pada pakaian yang bergantungan di kamar dan mengigit atau menghisap darah pada siang hari dengan waktu puncak gigitan pukul 09.00-11.00 dan pukul 16.00-17.00. nyamuk jantan tidak dapat mengigit dan meghisap darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan (Mharsell, 2009).
4.    Patogenesis dan Patofisiologi DBD
 Data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan sindrom renjatan dengue. Respon imum yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
a.    Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang berperan dalam proses netralisasi virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi. Antibodi terhadap virus dengue berperan dalam mempercepat replikasi virus pada monosit atau makrofag. Hipotesesis ini disebut dengan antibodi dependent enchancement (ADE).
b.    Limfosit T baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) beperan dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
c.    Monosit dan makrofag berperan dalam fagositosis virus dengan opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
d.    Aktivasi komplemen oleh kompleks immun menyebabkan terbentuknya C3a dan C5a.
Kurane dan Ennis pada tahun 1994 (Dikutip Marshell  2009) merangkum pendapat Halstead dan peneliti lain; menyatakan bahwa infeksi virus dengue menyebabkan aktivasi makrofag yang memfagositosis kompleks virus-antibodi non netralisasi sehingga virus bereplikasi di makrofag. Terjadinya infeksi makrofag oleh virus dengue menyebabkan aktivasi T helper dan T sitotoksik sehingga diproduksi limfokin dan interferon gamma. Interferon gamma  akan mengaktivasi monosit sehingga disekresi berbagai mediator inflamasi seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating factor), IL-6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan  C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oelk kompleks virus antibodi yang juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma. Trombositpenia pada infeksi dengue terjadi  melalui mekanisme:
a.      Supresi sumsum tulang
b.      Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit.
Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (<5 hari) menunjukan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Setelah keadaan nadir mencapai akan terjadi peningkatan hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia menunjukan kenaikan. Hal ini menunjukan terjadinya stimulasi trombopoiesis sebagai mekanisme kompensasi terhadap keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD, konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP, peningkatan kadar b-trombogloburin dan PF4 yang merupakan pertanda degranulasi trombosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukan terjadinya koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui aktivasi jalur intrinsik (tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan  melalui aktivasi faktor Xa namun tidak melalui aktivasi kontak ( kalikrein C1-inhibitor complex).
5.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD
Menurut Soegeng (2006, dalam oktaviani, 2011) banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya DBD yaitu,
a.    Faktor host yaitu kerentanan (susceptibility) dan respon imun,
b.    Faktor agent  yaitu sifat virus Dengue, yang hingga saat ini diketahui ada 4 jenis serotype yaitu Dengue 1, 2, 3, dan 4. Penelitian terhadap epidemi Dengue di Nacarugua tahun1998, menyimpulkan bahwa epidemiologi  Dengue dapat berbeda tergantung pada daerah geografi dan serotype virusnya.
1)     Kondisi geografi :
a)     Ketinggian dan permukaan laut.
b)     Curah hujan
Curah hujan pada musim hujan (curah hujan diats normal) tempat berkembangnya nyamuk Aedes aegypty yang pada musim kemarau tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum sempat menetas, dalam tempo singkat akan menetas.
c)     Kelembaban: kelembaban udara yang meningkat akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup nyamuk dewasa.
d)     Musim: dari hasil pengamatan penderita DBD yang selama ini dilaporkan di Indonesia bahwa musim penularan DBD pada umumnya terjadi pada musim hujan yaitu awal  dan akhir tahun dimana selama hujan jangka waktu hidup nyamuk lebih lama dan beresiko penularan virus lebih besar.
2)    Kondisi demografi
a)     Kepadatan
b)     Mobilitas penduduk: akan memudahkan penularan dari suatu tempat ke tempat yang lainnya.
c)     Perilaku dalam bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme.
d)     Sosial ekonomi
e)     Adat istiadat.
6.    Pencegahan DBD
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN DBD melalui 3M Plus :
a.    Menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali.
b.    Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastic bekas dll.
c.    Plus
1)     Ganti air vas bunga , tempat minuman  burung atau lainnya seminggu sekali.
2)      Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak.
3)     Tutup lubang pada potongan bam u, pohon, dan lainnya misalnya denga tanah.
4)     Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulita air.
5)     Menebar ikan pemekan jentik seperti kepala timah, gepi, di tempat penampungan air yang ada di sekitar rumah.
6)     Tidur memakai kelambu.
7)     Memakai obat nyamuk dan memakai obat nyamuk.
Sedangkan Menurut Misnadiary (2009), pencegahan penyakit demam berdarah dengue mencakup:
a.      Terhadap nyamuk perantara
1)    Pemberantasan nyamuk  Aedes Aegypty  telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pda kolam atau pada tempat penampungan bak air yang sulit dikuras atau membunuh jentik nyamuk.
2)    Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat.
3)    Menggantung baju bekas pakai ( nyamuk sangat suka bau manusia), memasang kasa nyamuk pada ventilasidan jendela rumah, melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari dengan kelambu, menyemprot obat nyamuk rumah dipagi dan sore hari ( jam 08.00 dan 18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan lembap semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Pengasapan atau  fogging dilakukam apabila dijumpai penderita yang dirawat atau meninggal.
b.      Terhadap diri kita
1)    Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.
2)    Menghindari gigitan nyamuk disepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk  Aedes Aegypti  aktif di siang hari (bukan di malam hari).
3)    Jika berada lokasi-lokasi yang nyamuk banyak nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD. Kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja panjang. Gunakan cairan atau cream anti nyamuk (mosquito reppelant) pada bagian badan yang tidak tertutup.
7.    Cara Penularan DBD
Virus dengue yang termasuk grup B arthropod borne   virus (arbovirus) yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina atau juga nyamuk  Aedes albopictus  namun bukan vektor utama. Sekali terinfeksi arbovirus, selama hidupnya nyamuk akan terinfeksi dan dapat terus menular virus tersebut ke manusia. Nyamuk betina yang terinfeksi juga dapat menularkan virus ke generasi berikutnya dengan cara  transovarial .
Virus dengue bersikulasi dalam tubuh manusia selama 2-7 hari atau selama terjadi demam. Selama 4-7 hari virus dengue di tubuh penderita dalam keadaan vieremia dan pada masa itulah penularan terjadi. Sehingga apabila pada masa itu penderita digigit nyamuk, maka virus dengue juga terhisap oleh nyamuk. Virus tersebut akan masuk ke lambung nyamuk kemudian berkembang biak dan akan berpindah ke kelenjar ludah nyamuk. Proses tersebut terjadi selama 8-10 hari sebelum virus dengue dapat ditularkan kembali ke manusia melalui gigitan nyamuk terinfeksi (Depkes, 2008)
8.    Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti adalah :
a.    Tubuh hitam kecoklatan, tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis putih keperakan
b.    Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang menampung air sperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, dan tempat-tempat minum burung, dan lain-lain.
c.    Jarak terbang ± 100 m.
d.    Nyamuk betina bersifat multiple biters ( menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).
e.    Tanah dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
Nyamuk yang terjadi menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan veremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus ini dapat pula menularkan secara transvorial dari nyamuk ke telur-telurnya. (Depkes, 2008)
9.    Manifestasi  DBD
a.    Masa inkubasi biasanya berkisar antar 4-7 hari.
b.    Demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2-7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
c.    Tanda-tanda pendarahan.
1)    Pendarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk pendarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk salah satu atau lebih manifestasi pendarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Pendarahan Konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
2)    Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang berarti bukan peterkie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda pendarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptive test ( dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain- lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5x2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti).
d.    Pembesaran hati (hematomegali)
1)    Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit.
2)    Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit.
3)    Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
e.    Renjatan (syok)
1)    Kulit teraba dingin dan lembab terutaman  pada ujung hidung, jari tangan dan kaki.
2)    Penderita menjadi gelisah.
3)    Sianosis di sekitar mulut.
4)    Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
5)    Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.


f.     Trombositopeni
1)    Jumlah trombosit    100.000/.   biasanya ditemukan diantara hari ke 3-7 sakit.
2)    Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti Hemukonsentrasi (peningkatan hematokrit).
3)    Peningkatannya nilai hematokrit (Ht) menggambarkan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala.
4)    Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningktan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35% menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7,  35+7=42), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggatian cairan atau pendarahan. Penurunan nilai hematokrit  >  20%  setelah pemberian cairan yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
g.    Manifestasi lain
1)    Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD adalah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang.
2)    Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis.
3)    Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahulyi pendarahan gastroinstestinal dan renjatan.
10.  Pemeriksaan Diagnostik DBD
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa jumlah trombosit dan adanya rembesan plasma karena peningkatan permeabilitas vaskuler atau dikenal dengan haemoconcenrantion. Pada penderita DBD, ditemukan jumlah trombosit dalam tubuh mengalami penurunan yang drastis sampai mencapai 100.000 sel/mm3 atau bahkan dapat lebih rendah. Adapun pada pemeriksaan haemoconcenrantion  akan ditandai dengan peningkatan hematocrit sama atau > 20% diatas rata-rata usia, jenis kelamin, dan populasi. Selain itu terdapat rembesan plasma seperti efusi pleura, asites dan hipoproteinemia.
a.    Pemeriksaan serologi
Pemeriksaan serologi dilakukan dengan HaemoagglutinationI Inhibition Test  (HIT) yang berguna untuk mengetahui terjadinya peningkatan titer atau serum penderita. Adapun hasil pemeriksaan serologi adalah sebagai berikut
1)    Apabila titer antybody kurang dari 1/20 dan titer antybody fase konvelesen  meningkat 4 kali atau lebih tetapi kurang dari 1/2560, berarti infeksi primer.
2)    Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer antybody fase konvelesen  meningkat lebih besar sama dengan 1/2560, berarti merupakan infeksi ulang.
3)    Apabila titer antybody akut kurang dari 1/20 atau lebih sedangkan titer antybody fase konvelesen  naik atau lebih dari atau sama dengan 4 kali, berarti merupakan infeksi ulangan.
4)    Apabila titer antybody akut lebih atau sama dengan dari 1/1280 dan titer antybody fase konvelesen  tetap atau naik, berarti merupakan infeksi baru.
11.  Penatalaksanaan DBD
a.    Penatalaksanaan pada saat pencegahan
Untuk mencegah serangan, tentunya dengan membasmi nyamuk Aedes yang menjadi media virus dengan tidak menyediakan tempat perkembangbiakanya di tempat lembab dan berair.
1)    Untuk memberantas nyamuk, jentik-jentik atau sarang-saranng nyamuk harus diberantas. Jentik nyamuk dapat berkembang biak di tempat-tempat di banyak air yang tergenang, baik di pot-pot bunga atau kolam ikan yang jernih airnya, maka setiap keluarga harus menutup peluang bagi nyamuk untuk berkembangbiak dengan cara melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.
2)    Ciptakan lingkungan yang sehat dan bersih. Tanami halaman di sekitar rumah dengan tanaman yang dapat mengusir nyamuk seperti tumbuhan sereh, lavender, dan zodiac.
3)     Kontrol dan bersihkan secara rutin tempat-tempat yang terdapat genangan air seperti pas bunga, dispenser, kloset, tong sampah, ember, bak mandi, bak kontrol atau penampung air, bawah kulkas, kolam ikan hias, botol ban bekas, dan barang-barang bekas lainnya.
4)    Bila seseorang terserang DBD, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah memberi minum sebanyak-banyaknya dengan air yang sudah dimasak, seperti air susu, teh, air bening, oralit, atau air minum lainnya. Sementara itu si penderita dapat dikompres dengan air dingin atau air es, dan diberi obat penurun panas seperti parasetamol. Selanjutnya, si penderita harus segera di bawa kerumah sakit.
5)    Pemberantasan sarang nyamuk meliputi kegiatan 3M-Plus yaitu :
a)    Menguras tempat penampungan air secara teratur.
b)    Mengubur barang bekas yang dapat menampung air.
c)    Menutup rapat tempat penampungan air, dan memberikan abate untuk membunuh jentik-jentik nyamuk.
b.    Penatalaksanaan pada saat di rumah sakit.
1)    Tirah bening.
2)    Diet makanan lunak, atau makanan biasa tanpa bahan  perangsang.
3)    Infus Ringer Lactate atau Ringer Acetate atau NaCI 0,9% dengan tetesan 20 cc / Kg/ BB/  jam di guyur, atau secara praktis : 1-1,5 liter di guyur (cor), selanjutnya 5 cc/ Kg BB / Jam atau 50 cc/ Kg BB/ 24 jam, atau secara praktis 40 tetes/menit, sebagai kebutuhan cairan rumatan. Cairan oral sebanyak mungkin. Larutan Oralit lebih baik.
4)    Keadaan klinis di monitor : TD. Nadi, Pernafasan tiap 30 menit, Suhu (minimal 2 kali sehari, pagi dan sore dan dicatat pada grafik suhu ada status), jumlah urine perjam (sebaiknya ≥ 50 cc / jam).
5)    Obat-obat simtomatik hanya diberikan bila benar-benar diperlukan, seperti parasetamol atau Xylomidon/Novalgin injeksi bila suhu tubuh ≥ 38,5o C dan Metoklopramide bila terjadi muntah – muntah.
6)     Bila TD sistolik menurun ≥ 20 mmHg, atau Nadi ≥ 110 x / menit, atau tekanan nadi (TD sistol – TD diastol ≤ 20 mmHg), atau jumlah urin  ≤ 40 cc / jam, pertanda adanya kebocoran plasma (plasma leakage)         tambahkan cairan infus guyur 5 cc / KgBB / Jam sampai keadaan kembali stabil. Setelah tekanan darah dan nadi stabil, kembali ke tetesan rumatan.
7)    Monitor Laboratorium tergantung keadaan klinis. Bila terjadi penurunan TD, peningkatan Nadi, atau penurunan volume urin yang berlanjut, atau terjadi pendarahn massif, atau pnurunan  kesadaran, perlu di periksa  Hb, Ht, Trombsit. Penurunan jumlah trombosit perlu dipantau secara laboratorium dan kondisi klinis. Dan bila diperlukan periksa Haemorrhagic  test.
8)    Bila Selama pemantauan lebih dari 12 jam, keadaan klinis makin memberat atau respons pemberian cairan minimal, maka penderita dinyatakan untuk dirujuk ( bila dirawat di Puskesmas atau di klinik atau rumah sakit daerah) atau dilakukan tindakan yang lebih intensif, kalau perlu di rawat di ICU.
9)    Infus trombosit diberikan bila ada penurunan jumlah trombosit yang menyolok disertai dengan tanda-tanda pendarahan massif. Bila terjadi pendarahan yang massif dengan penurunan kadar Hb dan Ht, segera beri tansfusi Whole blood.
10) Bila keadan syok masih belum teratasi dengan pemberian cairan yang cukup sesuai perhitungan, tanda-tanda pendarahan tidak nyata, dan pemantauan laboratorium tidak menunjukan perbaikan, maka pilihan kita adalah pemberian FPP ( Fresh Frozen Plasma) atau Plasma biasa.

11) Bila keadaan klinis stabil, pemeriksaan ulangan laboratorium  pada fase penyembuhan.

Featured Post

LEAFLET KEHAMILAN TIDAK DI INGINKAN (KTD)

yang ingin Edit bisa di download Link di bawah DOWNLOAD