Teori Adaptasi Sister Calista Roy
TEORI ADAPTASI SISTER CALISTA ROY
A. Model Keperawatan
Dalam
asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan keperawatan
adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptif system” dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ),
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, output, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ),
1.
Input
Roy
mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana
dibagi dalam tiga tingkatan yaitu :
a.
Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan
dengan seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
b.
Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat
diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul
secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal
seperti anemia, isolasi sosial.
c.
Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan
relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal
ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada
pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak
2.
Kontrol
Proses
kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
a.
Subsistem regulator.
Subsistem
regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus
berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan
spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator
subsistem.
b.
Subsistem kognator.
Stimulus
untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari
regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan
dengan proses internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar
berkorelasi dengan proses imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight
(pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau analisa. Emosi
adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan penilaian dan
kasih sayang.
Dalam
memelihara integritas seseorang, regulator dan kognator subsistem diperkirakan
sering bekerja sama. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem adaptasi
dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan penggunaan mekanisme
koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal mengembangkan tingkat
adaptasi seseorang dan meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara
positif. Untuk subsistem kognator, Roy tidak membatasi konsep proses kontrol,
sehingga sangat terbuka untuk melakukan riset tentang proses kontrol dari
subsitem kognator sebagai pengembangan dari konsep adaptasi Roy. Selanjutnya
Roy mengembangkan proses internal seseorang sebagai sistem adaptasi dengan
menetapkan sistem efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi.
1)
Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi
fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang
kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
a)
Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
b)
Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan
untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c)
Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari
instestinal dan ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
d) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan
keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan
fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
e)
Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini
penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato,
1984 dalam Roy 1991)
2)
Mode Konsep Diri
Mode
konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan
dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical
self dan the personal self.
a)
The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan
pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah
operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas
b)
The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri,
ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area ini.
3)
Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola
–pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
4)
Mode Interdependensi
Mode
interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.Interdependensi yaitu keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan
bagi dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3.
Output.
Output
dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku
ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem
sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang
adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang berkenaan
dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan. Sedangkan
respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
B. Paradigma
Keperawatan
Empat
Elemen utama dari teori Roy adalah : 1) Manusia sebagai penerima asuhan
keperawatan 2) Konsep lingkungan 3) Konsep sehat dan 4) Keperawatan. Dimana
antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena
merupakan suatu sistem.
1.
Manusia
Manusia
merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena manusialah yang menjadi
penerima asuhan keperawatan, baik itu individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat, yang dipandang sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic
Adaptif System “ ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep
adaptasi.
2.
Lingkungan
Stimulus
yang berasal dari individu dan sekitar individu merupakan elemen dari
lingkungan, menurut Roy. Lingkungan didefinisikan oleh Roy adalah “ Semua
kondisi, keadaan dan pengaruh-pengaruh disekitar individu yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu dan kelompok “(Roy and Adrews,
1991 dalam Nursing Theory : 260) . Dalam hal ini Roy menekankan agar lingkungan
dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan adaptasi individu atau meminimalkan
resiko yang akan terjadi pada individu terhadap adanya perubahan.
3.
Sehat
Roy
mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being and becoming an
integrated and whole person” (Roy and Adrews, 1991 dalam Nursing Theory : 261).
Integritas individu dapat ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan
diri, tumbuh, reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model
Roy bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara meningkatkan
respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan menurut Roy adalah
meningkatkan respon adaptif individu dan menurunkan respon inefektif individu,
dalam kondisi sakit maupun sehat. Selain meningkatkan kesehatan di semua proses
kehidupan, keperawatan juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal
dengan damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan lebih
menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus tertinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Roy
(1984) menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah
untuk mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku
inefektif menjadi adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang
dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi :
Hidup, tumbuh, reproduksi dan kekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi
tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah dilakukan manipulasi terhadap
stimulus focal, konteksual dan residual.
Comments