PENATALAKSANAAN HEMOROID INTERNA MENGGUNAKAN TEKNIK RUBBER BAND LIGATION
PENATALAKSANAAN
HEMOROID INTERNA MENGGUNAKAN
TEKNIK
RUBBER BAND LIGATION
I
Made Arya Winangun, Putu Anda Tusta Adiputra, Sri Maliawan,
Ketut
Siki Kawiyana
Bagian/SMF
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
3.1 ABSTRAK
Hemoroid
merupakan kasus yang sering dijumpai di masyarakat. Prevalensi kasus ini
sekitar 4,4% dengan angka kejadian 12 dari 1.000 pasien. Penanganan hemoroid
meliputi perubahan gaya hidup, manajemen konservatif berupa medikamentosa,
manajemen invasif minimal sampai terapi yang agresif meliputi pembedahan. Salah
satu tindakan invasif minimal yang dapat dilakukan yaitu seperti rubber band
ligation. Tindakan ini cukup baik, mudah, dan murah karena dapat dilakukan
di tempat praktik dengan alat yang sederhana dan tanpa melibatkan
prosedur-prosedur yang rumit seperti proses hemoroidektomi. Beberapa studi
menyebutkan tindakan rubber band ligation efektif digunakan pada
hemoroid interna pada derajat II dan III walaupun masih terdapat komplikasi
yang minimal seperti perdarahan dan rasa ketidaknyamanan.
3.2
PENDAHULUAN
Kejadian
hemoroid sampai saat ini mencapai sepertiga dari sepuluh juta masyarakat di
Amerika Serikat.1 Prevalensi kasus hemoroid bervariasi dari 4,4% pada populasi
umum dan 36,4% pada praktik kesehatan umum.2 Angka kejadian pasien yang mencari
pelayanan kesehatan di Amerika sekitar 12 dari 1.000 pasien.2 Hemoroid
merupakan salah satu penyebab masyarakat mencari pelayanan dalam kesehatan.
Penanganan hemoroid yang tersedia meliputi konservatif, manajemen invasif
minimal sampai pembedahan. Beberapa tindakan invasif minimal seperti
skleroterapi, rubber band ligation dan terapi laser. Rubber band
ligation diperkirakan lebih baik dari pada skleroterapi atau fotokoagulasi
inframerah walau dihubungkan dengan ketidaknyamanan pasca prosedur.3,4
Skleroterapi dan krioterapi sudah semakin jarang digunakan.5 Koagulasi mungkin
memiliki komplikasi lebih sedikit dibandingkan RBL, namun angka rekurensinya
lebih tinggi.4 Hemoroidektomi diasosiasikan dengan nyeri dan komplikasi yang
lebih banyak dibandingkan terapi nonoperatif.2,6 Rubber band ligation sendiri
umum dipakai terutama di negara seperti Amerika Serikat.3,5 Penanganan ini
cukup baik, mudah, dan murah tanpa melibatkan prosedurprosedur yang rumit.
Tindakan ini dapat dilakukan outpatient sehingga dirasa lebih praktis.
Seberapa jauh efektivitas penanganan hemoroid dengan metode ini atau tingkat
keberhasilan, dan efek samping yang ditimbulkan masih perlu dikaji lebih jauh.
Tulisan ini disusun untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan metode rubber
band ligation dalam penatalaksanaan kasus hemoroid interna.
3.3 PROSEDUR PENGGUNAAN RUBBER BAND LIGATION
Rubber band ligation merupakan alternatif pilihan penatalaksanaan hemoroid
interna. Penanganan ini menyebabkan hemoroid interna menjadi iskemik, nekrosis,
dan terlepas meninggalkan luka granulasi yang bersih.
Keunggulan metode ini yaitu mudah dan tidak terlalu
nyeri karena penempatan dilakukan di atas linea dentata yang tidak diinervasi
saraf somatik. Indikasi pengobatan ini yaitu perdarahan hemoroid interna,
prolaps, dan kegagalan manajemen medikamentosa.
Kontraindikasi meliputi pasienmdengan patologis pada
kanal anus dan rektum, dan pasien obesitas dengan hemoroid eksterna yang
biasanya memiliki kanal anus yang pendek dan memerlukan ligasimberulang.
Hemoroid yang diligasi dapat terlepas dalam 3 – 6 hari. Material yang
dipergunakan yaitu anoskopi, sumber penerangan, peralatan penyedotan (suction
unit), forsep
alligator, ligator hemoroid, karet pengikat, lubrikan, sarung tangan, kain
kasa.
Prosedur pengikatan hemoroid menggunakan rubber
band ligation meliputi:
1.
Persiapan
meminta informed consent.
2.
Meminta
pasien dalam posisi knee-chest atau left lateral dekubitus.
3.
Lakukan
prosedur aseptik, bersihkan tangan dan pakai sarung tangan.
4.
Lakukan
digital rectal examination (DRE) dan tempatkan anoskopi.
5.
Memilih
kompleks hemoroid yang terbesar.
6.
Tempatkan
tabung ligator pada tempat hemoroid. Pakai forsep bergagang panjang dan tahan
dalam posisi inversi untuk melihat hemoroid melalui tabung ligasi atau bila
menggunakan ligator penyedot maka gunakan penyedot untuk melihat hemoroid ke
dalam tabung ligasi. Lakukan ligasi 1-2 cm proksimal dari linea dentata agar
tidak menimbulkan rasa nyeri.
7.
Tekan
tabung ligasi terhadap hemoroid dan penarikan dilakukan dengan forsep atau
pergunakan penyedot sehingga dapat melihat hemoroid di dalam tabung.
8.
Lepaskan
pegangan ligator dan masukkan karet pengikat pada leher hemoroid. Jangan
mengikat terlalu ke dalam untuk menghindari risiko perforasi dan nekrosis. Dua
ikatan dilakukan dalam waktu yang terpisah.
9.
Umumnya
satu ikatan hemoroid dipasang pada satu sesi.
10. Prosedur selesai dan bantu pasien kembali seperti
keadaan semula.
3.4 METODE
PENELITIAN
Ligator merupakan alat yang penting dalam melakukan rubber
band ligation. Ligator otomatis pertama untuk hemoroid ditemukan pada tahun
1958 oleh Blaisdel dan dimodifikasi oleh Barron pada tahun 1964. Barron’s
Ligator merupakan instrument pilihan namun juga memiliki beberapa kendala.
Kendalanya yaitu visualisasi yang tidak mudah dengan operator yang bekerja pada
lubang kecil dari anoskopi. Bila pemegangan hemoroid gagal maka dapat
menyebabkan perdarahan dan pemasangan karet pengikat yang tidak tepat. Bila
hemoroid berukuran lebih besar dari ujung ligator, pengikatan tidak menutupi
keseluruhan lesi dan dapat menyebabkan rekurensi, kemudian diperkenalkan
ligator dengan penyedot namun dengan ukuran ujung yang terbatas.Ligator
penyedot pun kembali dikembangkan.
Sebuah studi menjelaskan mengenai alat ligator
penyedot dalam penanganan hemoroid. Ligator penyedot terdiri dari tiga bagian
yaitu loading part, ligating part, dan handling part. Loading
part berbentuk kerucut dan digunakan untuk isi ulang karet pengikat. Ligating
part merupakan dua tabung silinder menyerupai jarum dengan bagian luar dan
dalam menyatu. Tabung bagian dalam lebih menonjol keluar dibandingkan tabung
bagian luar. Loading part berhubungan dengan ujung tabung bagian dalam,
sedangkan ujung lain tabung bagian dalam berhubungan dengan handling part yang
bersambungan dengan unit penyedot. Tabung bagian dalam berfungsi sebagai
penyedot dan memfiksasi hemoroid sementara tabung bagian luar sebagai pendorong
yang menekan dan melepaskan karet pengikat untuk mengikat hemoroid. Handling
part merupakan tabung besi untuk memegang ligator dengan salah satu
ujungnya berhubungan dengan ligating part sementara ujung lain dengan
unit penyedot. Terdapat lubang pada bagian atas pegangan untuk mengontrol
intensitas penyedotan. Hemoroid interna diidentifikasi melalui anoskopi dan
tabung bagian dalam dimasukkan ke dalam hemoroid. Ibu jari menutup lubang
pegangan sehingga tekanan penyedotan meningkat dan hemoroid masuk ke dalam
tabung. Hemoroid terlihat jelas melalui tabung yang bening. Bila telah sampai
ke dasar hemoroid, karet pengikat dilepaskan dengan menggeser bagian luar
tabung ke depan dengan jari telunjuk.
3.5 HASIL
Hasil studi ini menunjukkan ligator penyedot dapat
dilakukan dengan baik pada 40 outpatient hemoroid derajat II dan III
dengan komplikasi yang sedikit. Pengikatan sangat mudah dan efektif dengan
hemoroid yang dapat terlihat jelas akibat tabung yang bening sehingga
pengikatan karet dapat dilakukan pada tempat yang tepat. Pasangan tabung yang
menyerupai jarum biasanya berukuran 5 cc dan 10 cc walaupun dapat diganti
dengan ukuran sesuai hemoroid seperti pasangan tabung ukuran 10 cc dan 20 cc.
Ukuran ligating part yang beragam memungkinkan instrumen dapat
diaplikasikan pada beragam ukuran hemoroid. Ligating part terbuat dari
plastik dan murah sehingga dapat disediakan di setiap tempat pelayanan
kesehatan. Instrumen dapat dipergunakan dengan mudah tanpa teknik atau prosedur
yang rumit.
3.6 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN RUBBER
BAND LIGATION
Penanganan hemoroid invasif minimal merupakan
alternatif dari metode pembedahan seperti hemoroidektomi. Penanganan ini
meliputi skleroterapi, krioterapi, fotokoagulasi, BiCAP, diatermi, ataupun
melalui rubber band ligation (RBL). Peran dari penanganan tersebut yaitu
untuk memberi pilihan pengobatan yang luas kepada dokter untuk pasien yang
gagal menjalani penanganan konservatif. RBL saat ini lebih umum dipakai dalam
menangani beberapa kasus hemoroid. RBL memiliki efikasi jangka panjang
dibandingkan skleroterapi dan fotokoagulasi inframerah sedangkan koagulasi
inframerah juga efektif tapi membutuhkan perawatan yang lebih. Terapi hemoroid
interna berupa skleroterapi kurang efektif dibandingkan RBL atau pembedahan.
RBL banyak digunakan di Amerika Serikat sedangkan di Inggris skleroterapi yang
sering dipakai. Penggunaan RBL sudah banyak dipakai seperti di beberapa negara
seperti Amerika Serikat namun pada beberapa negara lain, pengobatan ini juga
masih belum banyak digunakan. Seberapa jauh efektivitas pengobatan ini terhadap
hemoroid interna pun masih perlu dianalisis dan dikaji lebih dalam.
Sebuah studi clinical trial berusaha
menjelaskan seberapa jauh manfaat penggunaan rubber band ligation pada
hemoroid interna. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi efektivitas
RBL dilihat dari angka kesembuhan, nyeri pasca prosedur, dan komplikasinya.
Sebanyak 87 pasien selama 5 tahun dengan hemoroid simptomatik derajat II dan
III menjadi sampel penelitian dengan 24 pasien menjalani sekali sesi
pengikatan, 49 pasien menjalani dua sesi pengikatan, dan 14 pasien menjalani
tiga sesi pengikatan. Pada penelitian ini, setiap sesi dapat dilakukan
pengikatan karet sampai 3 buah. Bila terdapat 3 hemoroid, maka 3 ikatan
dilakukan pada daerah berbeda diatas linea dentata dan diulang dengan interval
20 hari sampai hemoroid berkurang minimal satu derajat dengan perbaikan gejala.
Prosedur pengikatan dapat dilakukan kurang dari 10 menit tanpa anestesi tapi
memerlukan bantuan asisten untuk mengisi alat ligasi. Ligator dimasukkan
melalui anoskopi lalu menyedot pada titik 5 – 7 mm di atas linea dentata dan
karet pengikat dilepaskan.
Hasil penelitian ini menunjukkan penurunan derajat
hemoroid satu tingkat atau lebih dengan perbaikan gejala setelah satu kali sesi
pengikatan yang sangat signifikan (p=0,001). Komplikasi yang terjadi yaitu
nyeri namun tidak tergolong berat. Periode follow up yang dilakukan
selama setahun tetap menunjukkan penurunan hemoroid minimal satu derajat
dibandingkan pemeriksaan awal.
Sebuah studi clinical trial lain berusaha
menggambarkan pemakaian rubber band ligation pada hemoroid interna
derajat II, III, dan IV dengan sampel yang lebih banyak yaitu 500 pasien.
Terdapat 255 kasus pasien hemoroid interna derajat II, 218 kasus pasien derajat
III, dan 27 kasus pasien derajat IV. Rata-rata umur pasien yaitu 45,9 tahun dan
telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, rektal, dan rektoskopi.
Keluhan pasien datang berobat meliputi perdarahan
sebanyak 142 kasus, prolaps sebanyak 33 kasus, dan baik perdarahan maupun
prolaps sebanyak 325 kasus. Penemuan lain pada pasien berupa konstipasi pada
335 pasien dan kemungkinan adanya patologi kolon pada 65 pasien (13%) sehingga
beberapa pasien tersebut diberikan barium enema dan menjalani kolonoskopi.
Beberapa pasien tersebut ditemukan adanya polip adenomatosa, polip hipertrofi,
divertikula, dan proktitis.
Ligasi menggunakan St Marks’ ligator dengan
bantuan rektoskopi dan forsep yang umumnya dilakukan outpatient tanpa
anestesi. Pasien diperiksa 3 minggu kemudian setelah prosedur dengan pengobatan
dihentikan atau sesi ligasi yang baru
dilakukan. Setiap sesi ligasi dilakukan pengikatan satu karet dengan
interval 3 minggu pada lesi hemoroid interna yang ada. Ligasi tunggal dilakukan
pada 51 pasien (10,2%), sedangkan pada 449 pasien (89,8%) dilakukan ligasi
sebanyak dua kali (259 kasus) dan tiga kali (190 kasus). Pencatatan data berupa
data awal dan hasil akhir, komplikasi, dan opini pasien. Evaluasi juga
dilakukan setelah 2 tahun untuk menilai kesembuhan atau perbaikan pasien pada
akhir pengobatan, perbaikan dengan menyisakan keluhan yang minimal, atau
kegagalan metode bila tidak ada perbaikan
Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan
angka keberhasilan penanganan pada 440 pasien (88%) selama 2 tahun, 40 pasien
(8%) berhasil dengan cukup baik, sedangkan 20 pasien (4%) mengalami kegagalan. Rubber
band ligation juga baik digunakan pada hemoroid derajat II dan III dengan
angka keberhasilan > 90%. Tidak ada perbedaan angka keberhasilan yang
signifikan dalam studi ini (p > 0,05) antara hemoroid derajat II maupun III,
namun pada hemoroid derajat IV angka kegagalannya cukup tinggi. Pasien dengan
pengikatan multipel juga dibandingkan dengan pengikatan tunggal menunjukkan
angka nyeri dan ketidaknyamanan yang cukup signifikan (p=0,05) seiring dengan
bertambahnya jumlah pengikatan. Permasalahan ini dirawat dengan analgesik dan warm
baths atau ikatan dilepaskan. Perdarahan dan nyeri merupakan komplikasi
yang sering. Terdapat 43 pasien (8,6%) mengalami nyeri dan 11 pasien (2,2%)
dengan perdarahan. Pasien kemudian dievaluasi kembali setelah 2 tahun periode follow
up. Rekurensi terjadi pada 53 dari 445 pasien (11,9%) dan pengulangan
penanganan terjadi pada 41 dari 445 pasien (9,2%) dengan mengulang prosedur RBL
atau langsung diterapi pembedahan. Keluhan masih terasa pada hemoroid derajat
IV.
Penelitian tersebut menunjukkan RBL sangat efektif dan
cukup aman dalam penatalaksanaan hemoroid derajat II dan III, namun dapat
digunakan selektif pada beberapa kasus derajat IV walaupun angka rekurensinya
meningkat dan memerlukan tambahan pengobatan. Kerugian dari metode rubber
band ligation ini yaitu tidak didapatkannya spesimen patologis seperti pada
pembedahan yang dilakukan pada hemoroid derajat IV karena bagian yang diikat
akan lepas dengan sendirinya.
Suatu studi retrospective non randomized clinical
trial berusaha menjelaskan mengenai pemakaian sistem ligator dalam
penatalaksanaan hemoroid. Penanganan dengan rubber band ligation sudah
ada sejak lama. Penanganan RBL lama membutuhkan dua atau lebih orang untuk
menempatkan karet dengan tepat. Teknik tersebut pun menggunakan bantuan alat
seperti proktoskopi rigid, sigmoidoskopi fleksibel, dan kolonoskopi. Pengikatan
dengan endoskopi sangat efektif dan mudah dilakukan oleh gastroenterologis,
namun memerlukan beberapa orang untuk meletakkan ikatan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui efikasi, komplikasi, angka keberhasilan, dan rekurensi setelah
3 bulan dengan sistem pengikat hemoroid. Sistem pengikat terdiri dari anoskopi,
ligator menyerupai jarum, dan karet pengikat untuk ligasi.
Sampel merupakan pasien yang minimal telah sekali
dilakukan pengikatan dari derajat I sampai III. Derajat IV hemoroid dieksklusi.
Total 113 pasien dengan 257 kali pengikatan. Dari 113 pasien, sebanyak 76
pasien menjalani dua kali sesi pengikatan atau lebih. Evaluasi yang dilakukan
berupa tingkat keamanan dan respon terapi. Data dikoleksi retrospektif melalui
kuisioner kepada 76 pasien dengan follow up selama 3 bulan. Data meliputi
kepuasan pasien, perbaikan klinis, perbaikan keluhan perdarahan, efek samping,
dan penyakit perianal lainnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan keluhan awal dapat
diatasi sebesar 71 dari 76 pasien, perdarahan rektum teratasi pada 90% pasien
setelah minimal sekali pengikatan. Komplikasi yang terjadi yaitu
ketidaknyamanan rektal (3,5%) dan perdarahan (3,5%) pasca prosedur. Hasil
menunjukkan perdarahan rektal membaik 83%, keluhan rasa panas atau gatal
membaik 92%, ketidaknyamanan dan nyeri membaik 93%, enkopresis atau masalah
higienis membaik sebesar 75%, iritasi membaik sebesar 100%, dan prolaps
hemoroid simptomatik membaik sebesar 64%. Secara keseluruhan, 81 responden puas
dengan pengobatannya dan 75% mengatakan akan memilih terapi RBL lagi
dibandingkan pilihan pembedahan.
Comments