LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
2.1 KONSEP
DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI
HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam plexus
hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik (Sjamsuhidajat dan Jong,
2005).
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam
kanal anal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena
(Smeltzer dan Bare, 2002).
Jadi, hemoroid
adalah terjadinya distensi atau pelebaran pada pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemoroidalis.
B. ETIOLOGI
Menurut
Smeltzer dan Bare (2002) dan Mansjoer (2008), etiologi dari hemoroid adalah :
1. Faktor
predisposisi :
a. Herediter
atau keturunan
Dalam
hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena
di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
c. Makanan
misalnya, kurang makan-makanan berserat
d. Pekerjaan
seperti mengangkat beban terlalu berat
e. Psikis
2. Faktor presipitasi :
a.
Faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal) misalnya, mengedan pada waktu defekasi.
b.
Fisiologis
c.
Radang
d.
Konstipasi menahun
e.
Kehamilan
f.
Usia tua
g.
Diare kronik
h.
Pembesaran prostat
i.
Fibroid uteri
j.
Penyakit hati kronis yang disertai
hipertensi portal
3.
MANIFESTASI KLINIK
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan
sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada saat defekasi.
Hemoroid eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema
yang disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid internal tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini membesar
dan menimbulkan perdarahan atau prolaps (Smeltzer dan Bare, 2002).|
5. KLASIFIKASI
Hemoroid dapat diklasifikasikan atas hemoroid
eksterna dan interna. Hemoroid interna adalah pleksus vena hemoroidalis
superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa (Sjamsuhidajat dan
Jong,2005).
1) Hemoroid
interna dibagi lagi menjadi empat tingkat:
a. Tingkat
I: Varises satu atau lebih v.hemoroidales interna dengan gejala perdarahan
berwarna merah segar pada saat buang ari besar.
b. Tingkat
II: Varises dari dua atau lebih v.hemoroidales interna yang keluar dari dubur
pada saat defekasi tetapi masih bisa masuk kembali dengan sendirinya.
c. Tingkat
III: Seperti tingkat
dua tetapi tidak dapat masuk spontan, harus didorong kembali.
d. Tingkat
IV: Telah terjadi inkarserasi.
2) Hemoroid
eksterna
Hemoroid
eksterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
a.
Akut
Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya hematom, walaupun
disebut sebagai trombus ekterna akut.
Tanda-tanda yang sering
timbul adalah :
-
Sering rasa sakit dan nyeri
-
Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala
tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b.
Kronik
Hemoroid ekterna kronik
atau “skin tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung sedikit pembuluh darah.
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hemoroid terdiri dari
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan bedah.
1)
Penatalaksanaan Medis
Ditujukan untuk hemoroid interna derajat I sampai
III atau semua derajat hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau klien yang
menolak operasi.
a) Non-farmakologis
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
Bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara memperbaiki defekasi. Pelaksanaan berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan minum, perbaikan pola/cara defekasi. Perbaikan defekasi disebut Bowel Management Program (BMP) yang terdiri atas diet, cairan, serat tambahan, pelicin feses, dan perubahan perilaku defekasi (defekasi dalam posisi jongkok/squatting). Selain itu, lakukan tindakan kebersihan lokal dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit, 2-4 kali sehari. Dengan perendaman ini, eksudat/sisa tinja yang lengket dapat dibersihkan. Eksudat/sisa tinja yang lengket dapat menimbulkan iritasi dan rasa gatal bila dibiarkan.
b) Farmakologi
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
Bertujuan memperbaiki defekasi dan meredakan atau menghilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat farmakologis hemoroid dapat dibagi atas empat macam, yaitu:
a. Obat
yang memperbaiki defekasi. Terdapat dua macam obat yaitu suplement serat (fiber
suplement) dan pelicin tinja (stool softener). Suplemen serat komersial yang
yang banyak dipakai antara lain psylium atau isphaluga Husk (ex.: Vegeta,
Mulax, Metamucil, Mucofalk) yang berasal dari kulit biji plantago ovate yang
dikeringkan dan digiling menjadi bubuk. Obat ini bekerja dengan cara
membesarkan volume tinja dan meningkatkan peristaltik usus. Efek samping antara
lain ketut dan kembung. Obat kedua adalah laxant atau pencahar (ex.: laxadine,
dulcolax, dll).
b. Obat
simptomatik
Bertujuan
untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, atau kerusakan
kulit di daerah anus. Jenis sediaan misalnya Anusol, Boraginol N/S dan Faktu.
Sediaan yang mengandung kortikosteroid digunakan untuk mengurangi radang daerah
hemoroid atau anus. Contoh obat misalnya Ultraproct, Anusol HC, Scheriproct.
c. Obat
penghenti perdarahan
Perdarahan
menandakan adanya luka pada dinding anus atau pecahnya vena hemoroid yang
dindingnya tipis. Psyllium, citrus bioflavanoida yang berasal dari jeruk lemon
dan paprika berfungsi memperbaiki permeabilitas dinding pembuluh darah.
d. Obat
penyembuh dan pencegah serangan
Menggunakan
Ardium 500 mg dan plasebo 3×2 tablet selama 4 hari, lalu 2×2 tablet selama 3
hari. Pengobatan ini dapat memberikan perbaikan terhadap gejala inflamasi,
kongesti, edema, dan prolaps.
c) Minimal
Invasif
Bertujuan
untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan
tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain
skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser. Dilakukan jika
pengobatan farmakologis dan non-farmakologis tidak berhasil.
2) Penatalaksanaan
Tindakan Operatif
Ada
2 prinsip dalam melakukan operasi hemoroid :
a. Pengangkatan
pleksus dan mukosa.
b. Pengangkatan
pleksus tanpa mukosa
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode :
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 3 metode :
a) Metode
Langen-beck (eksisi atau jahitan primer radier) Dimana semua sayatan ditempat
keluar varises harus sejajar dengan sumbu memanjang dari rectum.
b) Metode
White head (eksis atau jahitan primer longitudinal)
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
Sayatan dilakukan sirkuler, sedikit jauh dari varises yang menonjol.
c) Metode
Morgan-Milligan Semua primary piles diangkat.
3) Penatalaksanaan
Tindakan non-operatif
Dilakukan
pada hemoroid derajat I dan II
a. Diet
tinggi serat untukmelancarkan buang air besar
b. Mempergunakan
obat-obat flebodinamik dan sklerotik.
c. Rubber
band ligation yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastis kira-kira 1 minggu.
7. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche
(colok dubur). Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal
tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan
biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila
hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis
pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini
untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.
a. Pemeriksaan
dengan teropong yaitu anoskopi atau rectoscopy.
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang
tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran.
Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus
sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang.
Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam
lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan
membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya,
letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan
tumor ganas harus diperhatikan.
b. Pemeriksaan
proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk
memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di
tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.
c. Rontgen
(colon inloop) dan/atau kolonoskopi.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang.
8. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat,
abses, fistula para anal, dan inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna,
pengobatannya selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau
insisi trombus serta pengeluaran trombus.
Komplikasi
jangka panjang adalah struktur ani karena eksisi yang berlebihan.
2.2 KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian
fokus keperawatan yang perlu diperhatikan pada penderita hemoroid pre dan post
hemoroidektomi menurut Smeltzer dan Bare (2002) dan Price dan Wilson (2006) ada
berbagai macam, meliputi:
1) Demografi
Hemoroid
sangat sering dijumpai dan terjadi pada sekitar 35% penduduk yang berusia lebih
dari 25 tahun. Laki-laki maupun perempuan bisa mengalami hemoroid. Karena
faktor pekerjaan seperti angkat berat, mengejan pada saat defekasi, pola makan
yang salah bisa mengakibatkan feses menjadi keras dan terjadinya hemoroid,
kehamilan.
2) Riwayat
penyakit dahulu
Riwayat
penyakit diare kronik, konstipasi kronik, kehamilan, hipertensi portal, pembesaran
prostat, fibroid uteri, dan tumor rektum.
3) Pengkajian
pasien hemoroid menurut Smeltzer dan Bare (2002) dijelaskan dalam pola
fungsional Gordon, meliputi :
a) Pola
persepsi kesehatan dan management kesehatan Konsumsi makanan rendah serat, pola
BAB yang salah (sering mengedan saat BAB), riwayat diet, penggunaan laksatif,
kurang olahraga atau imobilisasi, kebiasaan bekerja contoh : angkat berat,
duduk atau berdiri terlalu lama
b) Pola nutrisi dan metabolik
Mual,
muntah, anoreksia, penurunan berat badan, membran mukosa kering, kadar
hemoglobin turun.
c) Pola
eliminasi
Pola
eliminasi feses : konstipasi, diare kronik dan mengejan saat BAB.
d) Pola
aktivitas dan latihan
Kurang
olahraga atau imobilisasi, kelemahan umum, keterbatasan beraktivitas karena
nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi.
e) Pola
istirahat dan tidur
Gangguan
tidur (insomnia/ karena nyeri pada anus sebelum dan sesudah operasi).
f) Pola persepsi sensori dan kognitif
Pengkajian
kognitif pada pasien hemoroid pre dan post hemoroidektomi yaitu rasa gatal,
rasa terbakar dan nyeri, sering menyebabkan perdarahan berwarna merah terang
pada saat defekasi dan adanya pus.
g) Pola hubungan dengan orang lain
Kesulitan
menentukan kondisi, misal tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam bekerja.
h) Pola
reproduksi dan seksual
Penurunan
libido.
i)
Pola persepsi dan konsep diri
Pasien
biasanya merasa malu dengan keadaannya, rendah diri, ansietas, peningkatan
ketegangan, takut, cemas, trauma jaringan, masalah tentang pekerjaan.
4) Pemeriksaan
fisik
a) Keluhan
umum : malaise, lemah, tampak pucat.
b) Tingkat
kesadaran : komposmentis sampai koma.
c) Pengukuran
antropometri : berat badan menurun.
d) Tanda
vital : tekanan darah meningkat, suhu meningkat, takhikardi, hipotensi.
e) Abdomen
: nyeri pada abdomen berhubungan dengan saat defekasi.
f) Kulit
: Turgor kulit menurun, pucat
g) Anus
: Pembesaran pembuluh darah balik (vena) pada anus, terdapat benjolan pada
anus, nyeri pada anus, perdarahan.
5) Pemeriksaan
penunjang
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005),
pemeriksaan penunjang pada penderita hemoroid yaitu :
a) Colok
dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita
diminta mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat
diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak
nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
b) Anoskop,
diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol ke luar. Anoskop dimasukkan
dan di putar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai stuktur
vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan
sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata
c) Proktosigmoidoskopi,
perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses
radang atau proses keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien
hemoroid pre dan post operasi hemoroidektomi menurut Carpenito-Moyet (2007),
Smeltzer & Bare (2002), NANDA (2007) :
1. Cemas berhubungan dengan krisis situasi akibat rencana
pembedahan.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
interupsi mekanis pada kulit atau jaringan anal.
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder pada luka di anus yang masih baru.
4. Nyeri akut
berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/ anal
sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan reflek spasme otot
spingter ani sekunder akibat operasi.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya
saluran invasive.
6. Resiko konstipasi berhubungan dengan nyeri saat
defeksi.
3. INTERVENSI
Fokus
intervensi pada pasien pre dan post operasi hemoroid menurut Doenges
(2000), Carpenito-Moyet (2007), dan
NANDA (2007) :
1. Cemas
berhubungan dengan krisis situasi sekunder akibat rencana pembedahan.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas berkurang.
Kriteria
hasil : Menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka. Tampil
santai, dapat beristirahat/ tidur cukup melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang
berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.
Rencana
tindakan :
a.
Identifikasi tingkat rasa takut yang
mengharuskan dilakukannya penundaan prosedur pembedahan
Rasional : rasa takut
yang berlebihan atau terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang
berlebihan.
b.
Validasi sumber rasa takut. Sediakan
informasi yang akurat dan faktual.
Rasional :
mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien untuk
menghadapinya secara realistis.
c.
Catat ekspresi yang berbahaya/ perasaan
tidak tertolong, preokupasi dengan antisipasi perubahan/ kehilangan, perasaan
tercekik.
Rasional : pasien
mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang ditunjukkan dengan antisipasi
prosedur pembedahan/ diagnosa/prognosa penyakit.
d.
Cegah pemajanan tubuh yang tidak diperlukan
selama pemindahan ataupun pada ruang operasi.
Rasional : pasien akan
memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih
kontrol.
e.
Berikan petunjuk/ penjelasan yang
sederhana pada pasien yang tenang. Tinjau lingkungan sesuai kebutuhan.
Rasional :
ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan
untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit.
f.
Instruksikan pasien untuk menggunakan
tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi
perasaan tegang dan rasa cemas.
g.
Berikan obat sesuai indikasi
Rasional : dapat
digunakan untuk menurunkan ansietas.
2. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan interupsi mekanis pada kulit/jaringan anal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan integritas kulit membaik.
Kriteria hasil :
a.
Mencapai penyembuhan luka.
b.
Mendemonstrasikan tingkah laku/ teknik
untuk meningkatkan kesembuhan dan mencegah komplikasi.
Rencana tindakan :
a.
Beri penguatan pada balutan sesuai
indikasi dengan teknik aseptik yang ketat.
Rasional : lindungi
luka dari kontaminasi, mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan
eksoriasi.
b.
Periksa luka secara teratur, catat
karakteristik dan integritas kulit.
Rasional : pengenalan
akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka/ berkembangnya komplikasi secara
dini dapat mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius.
c.
Kaji jumlah dan karakteristik cairan
luka.
Rasional : menurunnya
cairan, menandakan adanya evolusi dan proses penyembuhan.
d.
Ingatkan pasien untuk tidak menyentuh
daerah luka.
Rasional : mencegah
kontaminasi luka.
e.
Irigasi luka dengan debridement sesuai
kebutuhan.
Rasional : membuang
luka eksudat untuk meningkatkan penyembuhan.
3. Resiko
perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan sekunder pada luka di anus yang
masih baru.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien tidak mengalami perdarahan.
Kriteria hasil : Nilai Ht dan Hb
berada dalam batas normal, pasien tidak mengalami perdarahan, tanda-tanda vital
berada dalam batas normal : tekanan darah 120 mmHg, nadi : 80-100x/ menit,
pernapasan : 14 – 25 x/ mnt, suhu: 36 - 370C ± 0,50C
Rencana tindakan :
a.
Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti
perdarahan atau hemoragi.
Rasional : Untuk
mengetahui tingkat keparahan perdarahan pada pasien sehingga dapat menentukan
intervensi selanjutnya.
b.
Monitor tanda vital
Rasional : Untuk
mengetahui keadaan vital pasien saat terjadi perdarahan.
c.
Pantau hasil lab berhubungan dengan
perdarahan.
Rasional : Banyak
komponen darah yang menurun pada hasil lab dapat membantu menentukan intervensi
selanjutnya.
d.
Siapkan pasien secara fisik dan
psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan.
Rasional : Keadaan
fisik dan psikologis yang baik akan mendukung terapi yang diberikan pada pasien
sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.
e.
Awasi jika terjadi anemia
Rasional : Untuk
menentukan intervensi selanjutnya.
f.
Kolaborasi dengan dokter mengenai
masalah yang terjadi dengan perdarahan: pemberian transfusi, medikasi.
Rasional : mencegah
terjadinya komplikasi dari perdarahan yang terjadi dan untuk menghentikan
perdarahan.
4. Nyeri
akut berhubungan dengan iritasi, tekanan dan sensitivitas pada area rektal/
anal sekunder akibat penyakit anorektal, trauma jaringan dan refleks spasme
otot sfingter ani sekunder akibat operasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan nyeri berkurang, Kriteria hasil :
a)
Menyatakan bahwa rasa sakit telah
terkontrol/ dihilangkan.
b)
Feses lembek, tidak nyeri saat BAB.
c)
Tampak rileks, dapat istirahat tidur.
d)
Ikut serta dalam aktivitas sesuai
kebutuhan.
Rencana tindakan :
a.
Kaji nyeri, perhatikan lokasi,
intensitas (skala 0-10)
Rasional : Mengetahui
perkembangan hasil prosedur.
b.
Bantu pasien untuk tidur dengan posisi
yang nyaman : tidur miring.
Rasional : posisi tidur
miring tidak menekan bagian anal yang
mengalami peregangan
otot untuk meningkatkan rasa nyaman.
c.
Gunakan ganjalan pengapung dibawah
bokong saat duduk.
Rasional : untuk
meningkatkan mobilisasi tanpa menambah rasa nyeri.
d.
Gunakan pemanasan basah setelah 12 jam
pertama : kompres rectal hangat atau sit bath dilakukan 3-4x/ hari.
Rasional : meningkatkan
perfusi jaringan dan perbaikan odema dan meningkatkan penyembuhan (pendekatan
perineal).
e.
Dorong penggunaan teknik relaksasi :
latihan nafas dalam, visualisasi, pedoman, imajinasi.
Rasional : menurunkan
ketegangan otot, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan
koping.
f.
Beri obat-obatan analgetik seperti
diresepkan 24 jam pertama.
Rasional : memberi
kenyamanan, mengurangi rasa sakit.
5. Resiko
infeksi berhubungan dengan pembedahan, adanya saluran invasive.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien tidakmengalami infeksi.
Kriteria hasil :
a.
Memperlihatkan pengetahuan tentang
faktor resiko yang berkaitan
dengan infeksi dan
melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
b.
Bebas dari proses infeksi nosokomial
selama perawatan di rumah sakit.
Rencana tindakan :
a.
Kaji status nutrisi, kondisi penyakit
yang mendasari.
Rasional :
mengidentifikasi individu terhadap infeksi nosokomial
b.
Cuci tangan dengan cermat
Rasional : kurangi
organisme yang masuk ke dalam individu
c.
Rawat luka dengan teknik aseptik/
antiseptik
Rasional : kurangi
organisme yang masuk ke dalam individu
d.
Batasi pengunjung
Rasional : melindungi
individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.
e.
Batasi alat-alat invasive untuk benar-benar
perlu saja
Rasional : melindungi
individu yang mengalami defisit imun dan infeksi.
f.
Dorong dan pertahankan masukan TKTP
Rasional : kurangi
kerentanan individu terhadap infeksi
g.
Beri therapy antibiotik rasional sesuai
program dokter.
Rasional : mencegah
segera terhadap infeksi
h.
Observasi terhadap manifestasi klinis
infeksi (demam, drainase,purulen)
Rasional : deteksi dini
proses infeksi.
6. Resiko
konstipasi berhubungan dengan nyeri saat defekasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan pasien bisa BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek.
Kriteria hasil, individu akan :
a)
Menggambarkan program defekasi
terapeutik.
b)
Melaporkan atau menunjukkan eliminasi
yang membaik (lunak,namun tidak berdarah defekasi lebih 3x dalam seminggu)
c)
Menjelaskan rasional intervensi
Rencana tindakan :
a)
Ajarkan pasien/ keluarga tentang
pentingnya segera berespon terhadap perasaan defekasi.
Rasional : dengan
distensi kronik feses akan lebih keras dalam rectum.
b)
Rekomendasikan perubahan diit untuk
meningkatkan bulk (tinggi serat 1x sehari) dan cairan ± 8-10 gelas/ hari.
Rasional : meningkatkan
penyerapan cairan dalam usus sehingga feses lembek.
c)
Anjurkan mencoba supositoria daripada
oral dalam 1 jam setelah sarapan.
Rasional : meningkatkan
reflek gastro kolik bila lambung kosong
d)
Tingkatkan tingkat aktivitas secara
adekuat
Rasional : latihan yang
tidak adekuat merupakan faktor utama dalam perubahan konsistensi feses.
e)
Hindari sarapan yang mengandung asam
lemak
Rasional : memperlambat
rangsangan reflek dan memperlambat pencernaan.
f)
Tingkatkan penggunaan obat konstipasi 2x
sehari bila diperlukan.
Rasional : Melancarkan
Buang Air Besar.
4.
IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan
yang dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun. Setiap rencana tindakan keperawatan yang
dilakukan dicatat dalam catatan keperawatan, yaitu cara pendekatan pada klien
efektif, teknik komunikasi terapeutik serta penjelasan untuk setiap tindakan
yang diberikan kepada pasien.
Dalam
melakukan tindakan keperawatan menggunakan 3 tahap pendekatan yaitu,
independen, dependen, dan interdependen. Tindakan keperawatan secara independen
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa peetunjuk dan perintah
oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Interdependen adalah tindakan
keperawatan yang menjelaskan suatu kegiatan dan memerlukan kerjasama dengan
tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, dan dokter.
Sedangkan dependen adalah tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana
tindakan medis. Kemampuan yang harus dimiliki perawat dalam melaksanaan
tindakan keperawatan yaitu kognitif, sikap, dan psikomotor
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tingkatan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan berapa jauh diagnosa keperawatan,
tindakan keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan sudah berhadil dicapai,
kemungkinan yang dapat terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat
diatasi, masalah teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah
baru, evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi
proses adalah evaluasi yang harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan,
sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada
tujuan.berhasilan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroidektomi adalah
klien mampu merawat diri sendiri dan tidak ada komplikasi. Klien dapat
menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Comments