Mobilisasi
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Mobilisasi
secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan
mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana
pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara
total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam
menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain.
Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk
membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan
memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan
gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang
menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui manfaat mobilisasi, sehingga
akan berpartisipasi dalam pelaksanaan mobilisasi.
Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan
fraktur extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi atau
post pengobatan kompresi lumbal, pasien pasca serangan stroke dengan kerusakan
mobilitas fisik serta pada pasien post operasi yang memerlukan latihan
mobilisasi.
1.2
BATASAN
MASALAH
1.2.1
Definisi
/ Pengertian Mobilisasi
1.2.2
Tujuan Mobilisasi
1.2.3
Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
1.2.4
Jenis Mobilisasi
1.2.5
Klasifikasi Mobilisasi
1.2.6
Gangguan Mobilisasi
1.2.7
Definisi
Stroke
1.2.8
Latihan
Mobilisasi Pada Pasien Stroke
1.2.9
Latihan
Rom Pasif Dan Aktif
1.3
RUMUSAN
MASALAH
1.3.1
Apakah definisi dari Mobilisasi ?
1.3.2
Apakah tujuan mobilisasi ?
1.3.3
Apa
saja faktor
yang mempengaruhi mobilisasi
?
1.3.4
Apa
saja jenis
mobilisasi ?
1.3.5
Apa
saja klasifikasi
mobilisasi ?
1.3.6
Bagaimana
gangguan
dari mobilisasi
?
1.3.7
Apakah
definisi dari stroke ?
1.3.8
Bagaimana latihan
mobilisasi pada pasien stroke ?
1.3.9
Bagaimana
latihan rom pasif dan aktif
1.4
TUJUAN
PENULISAN
1.4.1
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui materi tentang Mobilisasi
1.4.2
Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami :
a.
Definisi
/ Pengertian Mobilisasi
b.
Tujuan Mobilisasi
c.
Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
d.
Jenis Mobilisasi
e.
Klasifikasi Mobilisasi
f.
Gangguan Mobilisasi
g.
Definisi
Stroke
h.
Latihan
Mobilisasi Pada Pasien Stroke
i.
Latihan
Rom Pasif Dan Aktif
1.5
MANFAAT
PENULISAN
1.5.1
Memahami pengertian dari Mobilisasi dan Immobilisasi
1.5.2
Memahami Tujuan Mobilisasi
1.5.3
Memahami Faktor Yang Mempengaruhi
Mobilisasi
1.5.4
Memahami Jenis Mobilisasi
1.5.5
Memahami
Klasifikasi
Mobilisasi
1.5.6
Memahami Gangguan Mobilisasi
1.5.7
Memahami Definisi Stroke
1.5.8
Memahami Latihan
Mobilisasi Pada Pasien Stroke
1.5.9
Memahami Latihan Rom Pasif Dan Aktif
1.6
METODE
PENYUSUNAN
1.6.1
Studi Kepustakaan
Yaitu suatu
pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-buku tentang tata
tulis karya ilmiah untuk memperoleh ketentuan dasar terhadap materi yang
dihadapi.
1.6.2
Pencarian dari
Internet
Yaitu penelusuran dari berbagai
macam alamat web yang mengenai materi tentang tata tulis karya ilmiah yang
adadidalam internet untuk memperoleh materi yang dihadapi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI MOBILISASI
1)
Mobilitas atau Mobilisasi merupakan
kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. (A. Aziz
Alimul H.)
2)
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana
tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
3)
Mobilisasi
merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai
tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
Kozier, 1995).
4)
Mobilisasi
adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
“Kesimpulan dari beberapa
pendapat diatas, Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak bebas dan
teratur atau melakukan aktivitas untuk memenuhi kenutuhan hidup dan
meningkatkan kesehatan seseorang”.
2.2
TUJUAN
MOBILISASI
Beberapa tujuan
dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004), antara lain :
1)
Mempertahankan fungsi tubuh
2)
Memperlancar peredaran darah sehingga
mempercepat penyembuhan luka
3)
Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4)
Mempertahankan tonus otot
5)
Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
6)
Mengembalikan aktivitas tertentu
sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian.
7)
Memberi kesempatan perawat dan pasien
untuk berinteraksi atau berkomunikasi
2.3
FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI
Faktor-faktor
yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier (1995), antara lain:
1)
Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung
dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya
dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
Contoh : misalnya seorang ABRI akan berjalan
dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk .
2)
Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita
seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang
akan kesulutan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru
menjalani operasi, karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di
tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
3)
Kebudayaan
Kebudayaan
dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; pasien
setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak bergerak
nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4)
Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas
membutuhkan energi atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan sehat.
5)
Usia
dan status perkembangan
Seorang
anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang
remaja.
2.4
JENIS
MOBILISASI
1)
Mobilitas penuh
Merupakan kemampuan
seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari.Mobilitas penuh ini
merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol
seluruh area tubuh seseorang.
2)
Mobilitas sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dgn batasan jelas
& tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf
motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dpt dijumpai pd kasus cedera
atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Mobilitas sebagian ini dibagi
menjadi 2 jenis yaitu :
a.
Mobilitas sebagian temporer
Merupakan kemampuan individu untuk bergerakdengan batasan yang
sifatnya.sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma revesibel pada
sistem muskuloskeletal. Contohnya : adanya dislokasi sendi dan tulang.
b.
Mobilitas sebagian permanen
Merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang
sifatnya menetap. Hal tersebut dapat disebabkan poleh rusaknya system sarah
yang reversibel.Contohnya : hemiplegi karena stroke, para plegi karena cidera
tulang belakang
2.5
KLASIFIKASI
MOBILISASI
1)
Klasifikasikan
Mobilisasi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
a.
Rentang
gerak aktif : menjaga kelenturan otot pada sendi.
b.
Rentang
gerak pasif : menjaga kelenturan otot dan persendian
c.
Rentang
gerak fungsional : memperkuat otot dan sendi sambil melakukan aktivitas.
2.6
GANGGUAN
MOBILISASI
Gangguan yang terjadi akibat
kerusakan dalam mobilisasi bermacam, hal demikian tergantung dari letak
gangguan yang terjadi atau dimiliki oleh penderita mobilisasi. Beberapa
gangguan akibat jika mobilisasi tidak ditangani dengan serius diantaranya:
1)
Sistem Metabolik
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem metabolik jika tidak
ditangani dengan intens akan menimbulkan ketidakseimbangan cairan tubuh,
sehingga jika timbul dehidrasi dan edema dapat meningkatkan laju kerusakan pada
jaringan yang lain, yakni kerusakan kulit dan jaringan lainnya pada klien
imobilisasi. Penyembuhan terhadap luka yang lambat juga dapat ditimbulkan
akibat kerusakan dalam mobilitas sistem ini.
2)
Sistem Respiratori
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem respiratorik ini antara
lain gerakan dinding dada yang asimetris, dispnu Crakles, wheezing, dan
peningkatan percepatan pernapasan dari batas normalnya. Sehingga, tindakkan
keperawatan terhadap klien imobilisasi dibutuhkan untuk mengoptimalkan kembali
sistem respiratori pada keadaan yang lebih baik lagi.
3)
Sistem Kardiovaskuler
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem kardiovaskuler ini antara
lain hipotensi ortostatik, peningkatan nadi, suara jantung III, nadi perifer
melemah, edema perifer, dan sebagainya.
4)
Sistem Muskuloskeletal
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem muskuloskletal
diantaranya eritema, peningkatan diameter betis atau paha, penurunan rantang
gerak, kontraktur sendi, intoleransi aktivitas, atrofi otot, kontaktur sendi,
dan sebagainya. Mengingat kebutuhan akan bergerak atau mobilisasi sangat
berpusat pada sistem ini, sehingga gangguan mobilisasi sistem ini harus
ditangani dengan intensif terhadap klien dengan imobilisasi ini.
5)
Sistem Integumen
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem kulit yaitu kerusakan
integritas kulit. Sehingga akibat imobilisasi pada sistem ini, kerusakan akan
dapat semakin meluas pada kulit.
6)
Sistem Eliminasi
Gangguan
yang terjadi akibat kerusakan mobilisasi dalam sistem ini antara lain penurunan
keluaran urin, urin pekat atau berawan, penurunan frekuensi defekasi, distensi
kandungan kemih dan perut, serta penurunan bising usus.
7)
Peningkatan suhu tubuh
Karena
adanya involusi uterus yang tidak baik, sehingga sisa darah tidak dapat
dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah
peningkatan suhu tubuh.
8)
Perdarahan yang abnormal
Dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik, sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
2.7
DEFINISI STROKE
Stroke adalah suatu kondisi
ketika pasokan darah yang menuju otak terganggu secara tiba-tiba. Hal ini dapat
menyebabkan reaksi biokimia yang merusak atau mematikan sel-sel saraf di
otak, Sehingga, jaringan yang dikendalikan oleh otak ikut terganggu.
Di Amerika Serikat, stroke adalah penyebab kematian nomor
tiga. Begitu pun di beberapa negara industri
di Eropa (Jauch, 2005). Bahkan, menurut Yastroki,dalam skala global,
penyakit stroke sekarang berada dalam peringkat kedua, di bawah penyakit
jantung ischemic sebagai penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab
kecacatan serius.
2.8
LATIHAN MOBILISASI PADA PASIEN STROKE
Pemulihan motorik ialah kembalinya fungsi motorik yang
disebabkan oleh pemulihan sistem saraf pada daerah otak yang terkena. Pemulihan
motorik sangat bervariasi, banyak diantara mereka yang mengalami pemulihan
lengkap (recovery completely) namun tidak sedikit pula yang harus berlatih
keras guna memperoleh kembali kemampuan fungsionalnya atau bahkan banyak
diantaranya harus menjalani kehidupannya dengan beberapa disabilitas.
1)
Pemulihan motorik terjadi melalui dua
mekanisme utama yaitu :
a.
Resolusi dari faktor – faktor lokal
yang merusak dan ini biasanya merupakan pemulihan spontan yang umumnya
berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan. Bahkan proses ini bisa hanya dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu, proses ini meliputi pengurangan oedem
lokal, perbaikan sirkulasi darah lokal dan penyerapan jaringan yang rusak
b.
Neuroplastisitas yang terjadi
pada stadium lanjut, penderita stroke mempunyai hubungan bermakna terhadap
reorganisasi yang disebut “Neural Plasticity” dalam proses perbaikan sistem
sarafnya. penyembuhan saraf penderita stroke harus ditangani secara menyeluruh
sejak fase awal hingga fase penyembuhan salah satu pendekatannya adalah
pendekatan fisik (physical therapy), seperti latihan mobilisasi. ( Purbo
kuntono, 1997)
2)
Perbaikan fungsi pada penderita stroke
dapat dilakukan melalui dua cara :
a.
Latihan gerak atau mobilisasi dini
untuk mempengaruhi fasilitas dan mendidik kembali fungsi otot terhadap sisi
anggota yang lesi
b.
Latihan untuk mempengaruhi gerak
kompensasi sebagai pengganti daerah yang lesi.
3)
Pada fase penyembuhan ini latihan
sangat berpengaruh dalam derajat maupun kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi
pasien stroke dapat dilakukan dengan :
a.
latihan pasif yaitu anggota gerak klien
digerakkan oleh orang lain untuk merangsang aliran darah dan merangsang
kontraksi otot
b.
latihan aktif yaitu klien mencoba
menggerakkan tubuhnya sendiri
c.
Latihan sedini mungkin yang dilakukan
serta berulang-ulang akan menjadi gerak yang terkontrol atau terkendali.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan
penting untuk kemandirian. Kemampuan mobilisasi dapat berkurang atau hilang
pada seseorang yang menderita gangguan tulang atau otot seperti fraktur,
gangguan saraf seperti stroke, tidak adekuatnya energi seperti gangguan jantung
atau dengan nyeri seperti pada seseorang pasca pembedahan.
Kondisi imobil yang lama dan terus menerus, dapat
mengganggu kesehatan seseorang karena kardiovaskuler tidak terlatih, otot yang
konstan sehingga dapat terjadi atrofi, dapat juga menimbulkan gangguan
psikologis karena kemandiriannya tidak optimal.
3.2
SARAN
Lakukan latihan mobilisasi pada pasien yang telah siap
secara fisik dan psikis untuk melakukan mobilisasi. Mobilisasi perlu dilakukan
tahap demi tahap, disesuaikan dengan kemampuan fisik pasien dan kesiapan
psikologis pasien. Sebelum dilakukan latihan mobilisasi juga perlu dinilai
kemampuan toleransi tubuh klien terhadap aktivitas, untuk menghindari
terjadinya kolaps.
Comments