Komunikasi Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Manusia di dalam
kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan
kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi
sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin
dan bawahan/karyawan.
Di
antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan
yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing
individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat
untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Hubungan
yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi
untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan
kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu
mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan
motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini
tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama
lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Bila sasaran komunikasi dapat diterapkan dalam
suatu organisasi baik organisasi pemerintah, organisasi kemasyarakatan, maupun
organisasi perusahaan, maka sasaran yang dituju pun akan beraneka ragam, tapi
tujuan utamanya tentulah untuk mempersatukan individu-individu yang tergabung
dalam organisasi tersebut.
1.2.
Tujuan
1)
Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang komunikasi dalam organisasi.
2) Tujuan Khusus
·
Mengidentifikasi
pengertian komunokasi, organisasi, dan komunikasi dalam organisasi.
·
Mengidentifikasi
fungsi komunikasi, ragam tingkatan komunikasi, jenis dan fungsi komunikasi dalam organisasi.
·
Mengidentifikasi
proses komunikasi dalam organisasi.
·
Mengidentifikasi
hambatan dalam komunikasi.
1.3.
Sistematika
Penulisan
KATA
PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
1.2
Tujuan penulisan
1.3
Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
2.2
Fungsi
Komunikasi
2.3
Ragam
Tingkatan Komunikasi
2.4
Jenis
Komunikasi dalam Organisasi
2.5
Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
2.6
Faktor yang
Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
2.7
Proses Komunikasi dalam Organisasi
2.8
Hambatan
dalam Komunikasi
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.1.1.
Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari
bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin ‘communicatus’, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Dalam kata communis ini
memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis
merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada
orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah
manusia.
Beberapa definisi
komunikasi menurut para ahli.
· Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan
penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
· Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan
pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
· Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan
persamaan dengan orang lain (Schram,W).
· Komunikasi adalah suatu proses pertukaran
informasi antar idividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol,
sinyal-sinyal maupun perilaku atau tindakan. (Himstreet & Baty).
· Everet M. Roger dalam bukunya Communication in
Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari
mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang
kepangkatan, dan pembagian tugas.
· Menurut Raymond Ross, komunikasi adalah proses
menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar membantu
pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan
oleh komunikator.
· Menurut Gerald R. Miller, komunikasi terjadi saat
satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk
memengaruhi perilaku mereka.
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti
oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
2.1.2.
Organisasi
2.1.3.
Komunikasi Organisasi
Komunikasi
organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam
kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi
formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan
sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam
organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam
organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat
resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara
sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya
secara individual.
Komunikasi
Organisasi juga dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan
di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Komunikasi organisasi diberi batasan
sebagai arus pesan dalam suatu jaringan
yang bersifat hubungan yang saling bergantung satu sama lain meliputi
arus komunikasi vartikal dan horizontal.
Komunikasi dalam
organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa
berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa menambah
wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka
untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah
membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
2.2.
Fungsi Komunikasi
William I. Gorden (dalam Deddy
Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi
sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun
konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh
kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat
komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain.
Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok
belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk
mencapai tujuan bersama.
2. Sebagai komunikasi
ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk
menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut
terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang,
peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat
disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai
kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat,
mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan
penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan,
ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara
itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat
simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca
kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan),
upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah
komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual
tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku,
bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai
beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah
sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur.
Sebagai instrumen, komunikasi tidak
saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk
menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap
berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja
lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi
sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik
tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek
misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh
simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain
dapat diraih dengan pengelolaan kesan(impression management), yakni
taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji,
mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk
menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang
dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding,
berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan
panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu
secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa
keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial, dan kekayaan.
2.3.
Ragam Tingkatan Komunikasi
Secara umum ragam tingkatan
komunikasi adalah sebagai berikut:
a.
Komunikasi Intrapribadi
(Intrapersonal Communication)
Komunikasi Intrapribadi yaitu
komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan
informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia.
b.
Komunikasi Antarpribadi
(Interpersonal Communication)
Komunikasi Antarpribadi yaitu kegiatan
komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak
komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil
komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik.
Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari
dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
c.
Komunikasi Kelompok (Group
Communication)
Komunikasi Kelompok yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok.
Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam Sendjaja,(1994) memberi
batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih
individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi
informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota dapat
menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat.
d.
Komunikasi organisasi
(organization communication)
Komunikasi organisasi yaitu pengiriman
dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun
informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).
e.
Komunikasi Massa (Mass
Communication)
Komunikasi massa dapat didefinisikan
sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang
tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga
pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana
(2005:74) juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi
publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang
(khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering
juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi
menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk
komunikasi ini.
2.4.
Jenis Komunikasi dalam
Organisasi
Secara
garis besar jenis komunikasi di bagi menjadi dua, yaitu komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
a)
Komunikasi Internal
Komunikasi
Internal adalah
komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri. Misalnya, Pertukaran
gagasan di antara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan, dalam
struktur lengkap yang khas disertai pertukaran gagasan secara horisontal dan
vertikal di dalam perusahaan, sehingga pekerjaan berjalan (operasi dan
manajemen).
a.
Vertical Communication
Bentuk komunikasi ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke
bawah dan sebaliknya. Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada
bawahan, dan dari bawahan kepada pimpinan secara timbal balik. Komunikasi
vertikal dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Downward communication, yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada
tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini
adalah:
·
Pemberian atau penyimpanan
instruksi kerja (job instruction)
·
Penjelasan dari pimpinan
tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job retionnale)
·
Penyampaian informasi mengenai
peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
·
Pemberian motivasi kepada
karyawan untuk bekerja lebih baik.
Seorang pimpinan harus lebih memperhatikan
komunikasi dengan bawahannya, dan memahami cara-cara mengambil kebijaksanaan,
terhadap bawahannya.
Keberhasilan
organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan
organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal
utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
2.
Upward communication, yaitu
komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada
atasannya. Fungsi arus komunikasi dari
bawah ke atas ini adalah:
·
Penyampaian informasi tentang pekerjaan-pekerjaan ataupun tugas
yang sudah dilaksanakan
·
Penyampaian informasi tentang
persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh
bawahan
·
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan
·
Penyampaian keluhan dari
bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.
Bawahan
tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat
diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.
b.
Horizontal Communication
Komunikasi horizontal yaitu tindak komunikasi ini
berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang
setara. Fungsi arus komunikasi
horisontal ini adalah:
·
Memperbaiki koordinasi tugas
·
Upaya pemecahan masalah
·
Saling berbagi informasi
·
Upaya pemecahan konflik
·
Membina hubungan melalui
kegiatan bersama.
c.
Diagonal
Comunication
Bentuk komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang.
Berlangsung dari seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam
arti pihak yang satu tidak berada pada jalur struktur yang lain, komunikasi antara
pimpinan seksi/bagian dengan pegawai seksi/bagian lain.
Fungsi
komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda
tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain
b)
Komunikasi
Eksternal
Komunikasi
eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak
dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang
dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap sangat penting
saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak
Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release;
artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur; leaflet;
poster; konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan
oleh organisasi.
2.5.
Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi
Dalam suatu
organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam
organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi informatif
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing
system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap
dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.
Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan
pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua
orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi.
Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu
kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam
organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang
jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2) Fungsi Regulatif
Fungsi
regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang
berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
a.
Atasan
atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan.
Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau
perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan
pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun
demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:
·
Keabsahan pimpinan dalam
penyampaikan perintah.
·
Kekuatan
pimpinan dalam memberi sanksi.
·
Kepercayaan
bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.
·
Tingkat kredibilitas pesan yang
diterima bawahan.
b.
Berkaitan
dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya
berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan
tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3) Fungsi Persuasif
Dalam
mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa
hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak
pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi
perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan
akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4) Fungsi Integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi
formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter,
buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal
seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan
olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan
menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan
terhadap organisasi.
2.6.
Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
1) Saluran Komunikasi Formal
SKF mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan 2 cara,
yaitu:
·
Liputan
saluran Formal makin melebar sesuai dengan tumbang organisasi
Misalnya Komunikasi
efektif sulit dicapai dlm organisasi yang besar
dan cabang-cabangnya menyebar.
·
SKF dapat
menghambat aliran informasi antar tingkat organisasi
Misalnya: Penyampaian
informasi dari tingkat bawah dapat disampaikan pada petugas diatasnya, tidak selalu langsung pada
manager/direktur.
2. Struktur wewenang organisasi
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalam organisasi akan menentukan
pihak-pihak yang berkomunikasi dengan seseorang serta isi dan ketepatan komunikasi.
3. Spesialisasi jabatan
ü Para anggota suatu kelompok kerja yang sama
akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, waktu dan gaya yang sama.
ü Komunikasi antar kelompok yang berbeda
cenderung terhambat
4. Pemilikan informasi
Individu yang mempunyai
informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan mereka. Misal:
Kepala bidang perawatan, kepala tata usaha.
2.7.
Proses Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena
dengan adanya komunikasi maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan
saling bertukar pikiran yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau
menjalani kehidupan sehari-hari. Maka untuk membina hubungan kerja antar
pegawai maupun antar atasan bawahan perlulah membicarakan komunikasi secara
lebih terperinci.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui
komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun si penerima berita
(receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil seenaknya saja,
tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai
tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam prakteknya proses komunikasi
harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun
tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Ide (gagasan) => si sender
2) Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
3) Penyaluran (transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau
isyarat dansebagainya.
4) Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam
organisasi dilaksanakan.
5) Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan
tadi menjadi ide si receiver.
6) Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah
yang nantinya digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan
gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar tercapai koordinasi dalam kerjasama pada
organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang setepat-tepatnya
dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan kerjasama benar-benar dapat
dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah rasional secara sengaja
bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja
oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan adalah rasional secara
organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya,
karena dalam akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan
pencerminan dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan
perusahaan atau lingkungan organisasi.
2.8.
Hambatan dalam Komunikasi
Di
dalam komunikasi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran jalannya
proses komunikasi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan tidak dapat
diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau receiver.
Menurut
Ron Ludlow & Fergus Panton, ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi
tidak efektif yaitu adalah:
1) Status effect
Adanya
perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya
karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun
perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut
mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya.
2) Semantic Problems
Faktor
semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan. Demi kelancaran komunikasi
seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan sematis ini, sebab
kesalahan pengucapan atau kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah
pengertian (misunderstanding) atau penafsiran (misinterpretation) yang pada
gilirannya bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication). Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh : pengucapan
demonstrasi menjadi demokrasi, kedelai menjadi keledai dan lain-lain.
3) Perceptual distorsion
Perceptual
distorsion dapat disebabkan karena perbedaan cara pandangan yang sempit pada
diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara mengerti yang sempit
terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi perbedaan persepsi dan
wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang lainnya.
4) Cultural Differences
Hambatan
yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan
lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan
bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda
di tiap suku. Seperti contoh : kata “jangan” dalam bahasa Indonesia artinya
tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata tersebut suatu jenis
makanan berupa sup.
5) Physical Distractions
Hambatan
ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya
komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau kebisingan, suara hujan
atau petir, dan cahaya yang kurang jelas.
6) Poor choice of communication channels
Adalah
gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya sambungan telephone
yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan muncul, gambar yang kabur pada
pesawat televisi, huruf ketikan yang buram pada surat sehingga informasi tidak
dapat ditangkap dan dimengerti dengan jelas.
7) No Feed back
Hambatan
tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak
adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi
satu arah yang sia-sia. Seperti contoh : Seorang manajer menerangkan suatu
gagasan yang ditujukan kepada para karyawan, dalam penerapan gagasan tersebut
para karyawan tidak memberikan tanggapan atau respon dengan kata lain tidak
peduli dengan gagasan seorang manajer
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Komunikasi
Organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu.
Suatu organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan
hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan.
Tujuan komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk
saling pengertian (mutual undestanding). Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi
maka seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran
yang bisa menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan
sehari-hari.
3.2. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan,
sebaiknya lebih memahami tentang bagaimana berkomunikasi yang baik terhadap organisasi keperawatan. Selain itu juga dapat
menerapkan proses komunikasi dalam organisasi dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, Arni.2007. Komunikasi
Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Pace, R Wayne dan Faules Don F.2006. Komunikasi Organisasi. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya..
Effendy Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Edisi 2. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC.
http://luckyug.wordpress.com/2012/01/09/komunikasi-dalam-organisasi/, 25-03-2013, 13.30 WIB.
Comments