Perawatan Ruang Operasi

PERAWATAN RUANG OPERASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi Fisiologi

 
















Oleh :
Abdurahman Fahadh
213112026





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................          i
DAFTAR ISI .........................................................................................................          ii
BAB I       PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang .......................................................................          1
I.2        Tujuan Penulisan ....................................................................          1
I.3        Sistematika Penulisan .............................................................          2
BAB II      PEMBAHASAN
2.1              Pengertian Ruang Isolasi  ......................................................          3
2.2              Tujuan Ruang Isolasi  ............................................................          3
2.3              Indikasi Perawatan Di Ruang Isolasi ..................................          3
2.4              Syarat Ruang Isolasi ..............................................................          4
2.5              Macam-Macam Ruang Isolasi ..............................................          4
2.6              Peran Perawat yang dapat di Terapkan di  Ruang Isolasi..         6
2.7              Prosedur Perawatan Ruang Isolasi ......................................          7
BAB III    PENUTUP
3.1       Kesimpulan .............................................................................        14
3.2       Saran ........................................................................................        14
DAFTAR PUSTAKA  ...........................................................................................      15







BAB I
PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang
Tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan.
Tata cara pelaksanaan isolasi sangat beragam, mulai dari bentuk isolasi yang sangat ketat (dengan ruangan perawatan yang dirancang khusus disertai pengamanan barang bekas pakai dari penderita) sampai dengan bentuk isolasi yang sangat sederhana (hanya melakukan cuci tangan dengan antiseptik).
Rumah sakit dengan kapasitas tempt tidur yang besar seperti rumah sakit rujukan nasional atau rumah sakit untuk pendidikan memiliki ruangan/bangsal perawatan khusus untuk penyakit-penyakit menular oleh karena kasusnya cukup banyak dan beragam.
Ruangan atau bangsal perawatan ini harus memenuhi sejumlah persyaratan, khususnya sebagai ruangan perawatan isolasi. Maka dari itu, perawatan terhadap pasien di ruang isolasi harus dilakukan sebaik mungkin

1.2         Tujuan Penulisan
1.2.1        Tujuan Umum
Membantu mahasiswa memahami tentang cara-cara perawatan dalam ruang isolasi.
1.2.2       Tujuan Khusus
a.    Mengetahui pengertian ruang isolasi
b.    Mengetahui tujuan ruang isolasi
c.    Mengetahui indikasi perawatan di ruang isolasi
d.   Memahami syarat ruang isolasi
e.    Mengetahui macam-macam ruang isolasi
f.     Memahami peran perawat yang dapat di terapkan di  ruang isolasi
g.    Memahami prosedur perawatan ruang isolasi


1.3        Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini disusun sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
I.1   Latar Belakang
I.2   Tujuan Penulisan
I.3   Sistematika Penulisan
BAB II    PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Ruang Isolasi
2.2    Tujuan Ruang Isolasi
2.3    Indikasi Perawatan Di Ruang Isolasi
2.4    Syarat Ruang Isolasi
2.5    Macam-Macam Ruang Isolasi
2.6    Peran Perawat Yang Dapat Di Terapkan Di  Ruang Isolasi
2.7    Prosedur Perawatan Ruang Isolasi
BAB III   PENUTUP
3.1  Kesimpulan
3.2  Saran                                                                                      
DAFTAR PUSTAKA














BAB II
PEMBAHASAN

2.1.      Pengertian
Ruang isolasi adalah adalah ruang di rumah sakit yang khusus menjaga pasien dengan kondisi medis tertentu yang terpisah dari pasien lain saat mereka menerima perawatan medis (Sabra L. Katz-Wise, 2006).
Ruang isolasi adalah ruang yang digunakan untuk perawatan pasien dengan penyakit resiko yang dapat ditularkan pada orang lain seperti penyakit-penyakit infeksi antara lain HIV/AIDS, SARS, Flu Burung, Flu Babi, dan lain-lain (DepKes RI).
Secara umum, ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan.
2.2.      Tujuan Perawatan Ruang Isolasi
2.2.1.      Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi petugas medis, paramedis dan non-medis dalam penanganan dan deteksi dini, dimana pada pelaksanaannya dilakukan seminimal mungkin kontak dengan penderita, baik jumlah tenaga medis maupun lamanya waktu kontak.
2.2.2.      Tujuan Khusus
·      Memberikan petunjuk pemeriksaan penderita sesuai diagnosa penyakitnya.
·      Memberikan petunjuk alur perawatan pasien.
·      Memberikan petunjuk pemeriksaan dan pemberian terapi di ruang perawatan isolasi
·      Mencegah terjadinya infeksi

2.3.      Indikasi Perawatan Ruang Isolasi
·      Pasien yang akan dilakukan kemoterapi agresif
·      Pasien yang akan dilakukan transplantasi sumsum tulang
·      Pasien yang mempunyai ANC < 500 sel/µL
2.4.      Syarat Ruang Isolasi
a.    Pencahayaan
Menurut KepMenKes 1204/Menkes/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang isolasi adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat paparan sinar matahari yang cukup.
b.    Udara
Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
c.    Kondisi Ruangan
·      Lokasinya harus terisolasi, jauh dari ruang perawatan penderita kasus penyakit lain;
·      Ventilasi ruangan harus memadai;
·      Bila keluar dari ruangan, harus lebih dahulu melalui ruangan transisi untuk menuju pintu keluar, pintu ini harus selalu dalam posisi tertutup;
·      Ruangan termasuk kamar mandi/wc harus dibersihkan secara berkala di samping menjaga kebersihan sehari-hari;
·      Prosedur keperawatn harus benar-benar dijalankan; barang-barang yang telah digunakan oleh penderita (seperti selimut, sprei, dan lain-lain) harus dikelola dengan benar dan aman.
d.   Pengelolaan limbah
Pada prinsipnya pengelolaan limbah pada ruang isolasi sama dengan pengelolaan limbah medis infeksius yang umumnya terdiri dari penimbunan, penampungan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan.

2.5.      Macam-Macam Ruang Isolasi
Berdasarkan tekanan udaranya, ruang isolasi dibedakan atas :
(1)     Ruang Isolasi Bertekanan Negatif 
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi lebih rendah dibandingkan udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dariruang isolasi. Ruang isolasi bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit- penyakit menular khususnya yang menular melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem sterilisasi dengan HEPA (High-Efficiency Particulate Air).
(2)     Ruang Isolasi Bertekanan Positif 
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggidibandingkan udara luar sehingga mennyebabkan terjadi perpindahan udara daridalam ke luar ruang isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yangmasuk ke ruangan isolasi sehingga udara ruang isolaso tidak terkontaminasi oleh udara luar. Ruang isolasi bertekanan positif ini digunakan untuk penyakit-penyakit immunodeficiency seperti HIV AIDS atau pasien-pasien transplantasi sumsumtulang.
Untuk memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di ruang isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.
Berdasarkan fungsinya, ruang isolasi dibedakan atas :
(1)     Strict Isolation
Ruang isolasi ini digunakan untuk penderita wabah dipteri, pneumonia, varicella. Difokuskan untuk mencegah penyebaran kuman lewat udara.
(2)     Contact Isolation
Digunakan untuk penderita infeksi pernafasan akut, influensa pada anak-anak, infeksi kulit, herpessimplex, rubela scabies. Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi dengan membatasi kontak.
(3)     Respiratory Isolation
Digunakan untuk penderita epiglotis, meningitis, pertusis, pneumonia, dsb. Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi oleh tisu dan droplet pernapasan karena batuk, bersin, inhalasi.
(4)     Tuberculosis Isolation
Digunakan untuk penderita TBC (Tuberculosis). Difokuskan untuk mencegah penyebaran acid fast bacilli.
(5)     Enteric Isolation
Digunakan untuk penderita gastroenteritis, demam tipoid, kolera, diare dengan penyebab infeksius, encepalitis, meningitis. Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui kontak langsung atautidak langsung dengan feces


(6)     Drainage/Secretion Isolation
Digunakan untuk penderita dengan drainasi lesi, abses, infeksi luka bakar, infeksi kulit, luka dekubitus, konjungtivis. Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan material tubuh.
(7)     Blood/Body Fluid Isolation
Digunakan untuk penderita Hepatitis B, Sipilis, AIDS, Malaria. Difokuskan untuk mencegah penyebaran infeksi, membatasi kontak langsung maupun tidak langsung dengan cairan tubuh.
(8)     Disease-Specific Isolation 
Untuk pencegahan penyakit specifik, contoh tuberkulosis paru.

2.6.      Peran Perawat yang Dapat di Terapkan di  Ruang Isolasi
Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi (baik dari pasien ke petugas maupun dari pasien ke pasien lainnya) dengan cara sebagai berikut :
a.         Administrative Controls
·      Pendidikan
Mengembangkan sistem pendidikan tentang tindakan pencegahan kepada pasien, petugas, dan pengunjung rumah sakit untuk meyakinkan mereka dan bertanggung jawab dalam menjalankannya.
·      Adherence to Precaution (Ketaatan terhadap tindakan pencegahan)
Secara periodik menilai ketaatan terhadap tindakan pencegahan dan adanya perbaikan langsung.
b.        Universal Precautions (Pencegahan/Kewaspadaan Umum)
Kewaspadaan umum yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasaldari pasien maupun petugas kesehatan (Nursalam, 2007). Secara garis besar, standard kewaspadaan universal di ruang isolasi antara lain :
1)        Cuci tangan dengan menggunakan antiseptik setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung tangan.
2)        Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh.
3)        Pakai sarung tangan bila mungkin akan ada hubungan dengan cairan tubuh atau peralatan yang terkontaminasi dan saat menangani peralatan habis pakai.
4)        Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada percikan cairan tubuh.
5)        Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman;
6)        Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok.
7)        Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis.
8)        Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai prosedur.
9)        Buang limbah sesuai prosedur. Pemisahan limbah sesuai jenisnya diawali sejak limbah tersebut dihasilkan

2.7.      Prosedur Perawatan Ruang Isolasi
2.7.1. Persiapan Sarana
1)        Baju skort/Baju operasi yang bersih, rapi (tidak robek) dan sesuai ukuran badan.
2)        Sepatu bot karet yang bersih, rapih (tidak robek) dan sesuai ukuran kaki.
3)        Sepasang sarung tangan DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) atau steril ukuran pergelangan dan sepasang sarung tangan bersih ukuran lengan yang sesuai dengan ukuran tangan.
4)        Sebuah gaun luar dan apron DTT dan penutup kepala yang bersih.
5)        Masker
6)        kaca mata pelindung
7)        Lemari berkunci tempat menyimpan pakaian dan barang–barang pribadi.
8)        Bak cuci tangan dengan keran
9)        Sabun atau desinfektan
10)    Handuk
11)    Penutup kepala
12)    Handscoon steril




2.7.2. Prosedur Memasuki Ruang Isolasi
Saat masuk ke ruang perawatan isolasi, lakukan hal sebagai berikut.
(Langkah awal)
1)        Lepaskan cincin, jam atau gelang
2)        Lepaskan pakaian luar
3)        Kenakan baju operasi sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.
4)        Lipat pakaian luar dan simpan dengan perhiasan dan barang–barang pribadi lainnya di dalam lemari berkunci yang telah disediakan.
5)        Cuci tangan 7 langkah, keringkan menggunakan handuk.
7 langkah mencuci tangan, yaitu :
              (1)                                    (2)                                    (3)
     
              (4)                                    (5)                                  (6)
   
              (7)
Keterangan :
(1)     Gosokkan kedua telapak tangan
(2)     Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari tangan
(3)     Gosok punggung dan sela sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya
(4)     Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
(5)     Gosok ibu jari kanan berputar dalam genggaman tangan kiri dan lakukan sebaliknya
(6)     Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kiri di telapak tangan kanan dan sebaliknya
(7)     Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
(Penggunaan Alat Perlindungan Diri/APD)
6)        Menggunakan sepatu boot
7)        Memakai penutup kepala lalu memakai masker.
8)        Memakai baju skort
-       Kenakan skort pelindung dengan memasukkan kedua lengan ke dalam lengan baju
-       Selipkan jari-jari dibawah tali dalam tali leher baju dan tarik tali-tali tersebut kebelakang. Ikat tali leher tersebut dengan simpul yang sederhana,atau ikatan ketat velkro
-       Raihlah bagian belakang dan tarik sisi skort sehingga seragam tertutup seluruhnya. Ikat tali pinggang dengan simpul sederhana, atau ikatan ketat velkro
9)        Kenakan celemek plastik/apron
10)    Menggunakan handscoon steril
-       Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati hati menyibakkannya kesamping
-       Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas ketinggian pergelangan tangan
-       Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus
-       Bila sarung tangan belum dibedaki, ambil sebungkus bedak dan tuangkan dsedikit pada tangan diatas bak cuci atau keranjang sampah
-       Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Kenakan sarung tangan pada tangan dominan terlebih dahulu.
-       Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan yang dominan anda, pegang tepi manset sarung tangan untuk tangan dominan sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
-       Dengan hati hati tarik sarung tangan pada tangan dominan, lebarkan manset dan pastikan bahwa manset tidak menggulung. Pastikan juga pada ibu jari dan jari jari pada posisi yang tepat.
-       Dengan tangan dominan anda yang telah menggunakan sarung tangan masukkan jari anda dibawah manset sarung tangan kedua
-       Dengan hati hati tarik sarung tangan kedua pada tangan non dominan anda. Jangan biarkan jari jari dan ibu jari sarung tangan dominan menyentuh bagian tangan non dominan anda yang terbuka.
-       Jika sudah terpasang cakupkan kedua tangan anda.
11)    Kenakan alat pelindung mata (goggles/kacamata)
12)    Perawat siap masuk kedalam ruang isolasi.

2.7.3. Prosedur Keluar Ruang Isolasi
1)        Melepaskan Alat Perlindungan Diri (perlu disediakan ruang ganti khusus untuk melepaskan Alat Perlindungan Diri/APD).
Tabel rincian pelepasan APD
Bahan
Dekontaminasi
Pembersihan
Sterilisasi
Kaca mata
Pelindung dan penutup
wajah.
Lap dengan
larutan klorin 0,5 % setelah setiap prosedur.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau handuk, setelah setiap prosedur.
Tidak perlu
Linen (kap,
masker, baju
cuci, gaun
penutup)
Tidak perlu. (Staf binatu harus memakai gaun, sarung tangan, sepatu tertutup, dan alat pelindung
mata kalau menangani nlinen kotor)
Cuci dengan detergen
dan air untuk menghilang-kan semua partikel kotoran. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan mesin. Pakaian yang dikeringkan di udara dapat disetrika
sebelum dipakai.
Tidak perlu
Apron
(plastik atau karet yangberat)
Lap dengan
larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.
Tidak perlu
Alas kaki
(sepatu karet
atau sepatu
bot)
Lap dengan
larutan klorin 0,5 %. Bilas dengan air bersih.
Cuci dengan detergen dan air. Bilas dengan air bersih, keringkan di udara atau dengan handuk.
Tidak perlu
Gaun bedah, handuk linen dan pembung-kus
Tidak perlu (Staf binatu harus memakai
apron/celemek,
sarung tangan,
dan alat pelindung mata sewaktu
menangani linen kotor).
Cuci dengan detergen
dan air. Bilas dengan
air bersih, udara atau
mesin pengering
sesudah pakai.
Lebih
diinginkan

2)        Pakaian bedah / masker masih tetap dipakai.
3)        Lepaskan pakaian bedah dan masker di ruang ganti pakaian umum, masukkan dalam kantung berlabel infeksius.
4)        Mandi dan cuci rambut (keramas)
5)        Sesudah mandi, kenakan pakaian biasa.
6)        Pintu keluar dari ruang perawatan isolasi harus terpisah dari pintu masuk.

2.7.4. Penatalaksanaan Limbah / Sampah
Penatalaksanaan limbah / sampah yang terkontaminasi yang benar
mencakup :
1)        Petugas kebersihan harus memakai APD.
2)        Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat dipasang dengan rapat.
3)        Pisahkan sampah terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Beri tanda pada wadah untuk sampah terkontaminasi.
4)        Taruh tempat sampah ditempat yang dimerlukan dan nyaman bagi pemakai.
5)        Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membuang sampah tidak boleh digunakan untuk keperluan lain.
6)        Cuci semua wadah atau tempat sampah dengan menggunakan larutan disinfektan (klorin 0,5%) dan bilas dengan air secara teratur.

2.7.5. Prosedur Penanganan Linen
1)        Gunakan APD lengkap.
2)        Jika mengumpulkan dan membawa linen kotor, tangani sesedikit mungkin dan dengan kontak minimal untuk mencegah perlukaan dan penyebaran mikroorganisme.
3)        Anggap semua bahan kain yang telah dipakai untuk suatu prosedur sebagai infeksius, sekalipun tidak tampak adanya kontaminasi.
4)        Bawa linen kotor dalam kontainer tertutup atau kantong plastik untuk mencegah keterceceran dan batasi linen kotor itu dalam area tertentu sampai dibawa ke binatu.
5)        Pilih dengan hati-hati semua linen di area binatu sebelum dicuci.

2.7.6. Pemulasaraan Jenazah
Penatalaksanaan terhadap jenazah dilakukan secara khusus sesuai dengan Peraturaan Undang – Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular, terdiri dari :
a.       Memperhatikan norma agama atau kepercayaan dan perundangan yang berlaku.
b.      Pemeriksaan terhadap jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.
c.       Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus-hamaan bahan dan alat yang digunakan dalam penatalaksanaan jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan.

Berikut prosedur pemulasaraan jenazah:
1)        Seluruh petugas pemulasaraan jenazah telah mempersiapkan kewaspadaan umum (universal precaution).
2)        Sebelumnya mencuci tangan dengan sabun, serta sebelum dan sesudah sarung tangan dilepas.
3)        Perlakuan terhadap jenazah : luruskan tubuh, tutup mata, telinga, dan mulut dengan kapas / plester kedap air, lepaskan alat kesehatan yang terpasang, setiap luka harus diplester dengan rapat.
4)        Jika diperlukan untuk memandikan jenazah (air pencuci dibubuhi bahan desinfektan) atau perlakuan khusus terhadap jenazah maka hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap memperhatikan universal precaution.
5)        Jenazah ditutup dengan kain kafan / bahan dari plastik (tidak dapat tembus air). Dapat juga jenazah ditutup dengan bahan kayu atau bahan lain yang tidak mudah tercemar.
6)        Jenazah tidak boleh dibalsem, atau disuntik pengawet.
7)        Jika akan diautopsi hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus, autopsi  dapat dilakukan jika sudah ada izin dari pihak keluarga dan direktur rumah sakit.
8)        Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi.
9)        Jenazah sebaiknya hanya diantar / diangkut dengan mobil jenazah.
10)    Jenazah sebaiknya tidak lebih dari 4 jam disemayamkan didalam pemulasaraan jenazah.














BAB III
PENUTUP

3.1         Kesimpulan
Ruang isolasi adalah suatu ruangan perawatan yang mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Pada umumnya, ruang isolasi terbagi menjadi dua jenis, yaitu tekanan udara negatif (Negative Pressure) dan ruang isolasi dengan tekanan udara positif (Positive Pressure).
Perawat di ruang isolasi berperan dalam pencegahan infeksi dengan penerapan universal precaution. Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) dengan baik dan benar di ruang isolasi akan mencegah terjadinya infeksi baik terhadap perawat/tenaga kesehatan lain maupun lingkungan.

3.2         Saran
·           Pentingnya penerapan dalam perawatan ruang isolasi terhadap pasien sehingga diharapkan mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang ruang isolasi.
·           Aplikasi dari berbagai teori perawatan ruang isolasi diharapkan terus dipelajari mahasiswa keperawatan.
·           Dengan memahami prosedur perawatan ruang isolasi, mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan dengan baik.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008.Tata Laksana Avian Influenza.

http://www.scribd.com/doc/58134337/LT-Ruang-Isolasi, 18/11/2011, 11.15 WIB.
http://ners-blog.blogspot.com/2011/10/proses-keperawatan-ruang-isolasi.html, 18/11/2011, 13.35 WIB.
http://indonesiabisasehat.blogspot.com/2009/07/kumpulan-informasi-tentang-infeksi.html, 19/11/2011,  13.05 WIB. Sabra L. Katz-Wise. 2006.









Comments

Popular posts from this blog

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )