LP DAN ASKEP EKLAMSI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia
seperti halnya di Negara lain yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsi. Eklamsi
dapat menjadi penyebab kematian ibu dan bayi (Saefudin 2001).
Angka kejadian aklamsi bervariasi di
berbagai Negara. makin maju suatu Negara, tambah tinggi kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya arti antenatal care, makin rendah angka kejadian Eklamsinya.
Frekuensi eklamsi di Negara-negara maju berkisar antara 0,05 – 0,1 persen,
sedangkan frekuensi di Negara-negara berkembang antara 0,3 – 0,7 persen
(Depkes, 1996)
Eklamsi di Indonesia masih merupakan
penyakit pada kehamilan yang meminta korbanbesar dari ibu dan bayi, kematian
ibu berkisar antara 9,8 – 25,5 persen, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi
berkisar antara 42,2 – 48,9 persen (Saefudin, 1996 : 23)
Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah 214 kelompok kami melaksanakan studi kasus pada ibu hamil dengan eklamsi
dalam makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. A G1P0A0
HAMIL 36 MINGGU DENGAN EKLAMPSI DI
RUANG TERATAI RSUD MAJALENGKA”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaiamana melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan eklampsi sehinggakomplikasi yang mungkin dapat
teratasi.
C. TUJUAN
1.
Tujuan umum
a.
Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien dengan eklampsi
b.
Meningkatkan kemampuan penulis
dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus eklampsi.
2.
Tujuan khusus
a.
Dapat mengkaji pasien dengan
eklampsi
b.
Dapat mengintervretasikan data
ke dalam diagnosa, masalah dan kebutuhan pada pasiern dengan eklampsi.
c.
Dapat mengdentifikasian
diagnosa atau masalah potensial pada pasien dengan eklampsi
d.
Dapat mengidentifikasikan dan
mengatasi masalah yang meemerlukan tindakan segera pada pasien dengan eklampsi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1.
EKLAMPSI
a.
Pengertian
1)
Eklampsi adalah hipertensi
disertai proteinuria dan/atau oedema patologik dan konvulsi atau kejang dan
atau koma.
2)
Eklampsi adalah suatu kondisi
yang ganjil pada wanita yang hamil atau melahirkan. Eklampsi ditandai dengan
kejang yang diikuti dengan koma yang panjang dan singkat, wanita tersebut
biasanya mengalami hipertensi dan proteinuria. Kejang dapat terjadi pada masa
antepartum, intrapartum atau masa nifas.
(Modul Eklampsi, 2002 : 12)
b.
Gejala dan tanda
Pada umumnya kejang didahului oleh
makin memburuknya preeklampsi dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksi. (Depkes, 1996 : 20)
Seramngan eklampsi di bagi dalam 4 tingkat :
1)
Tingkat awal (invasi)
a)
Berlangsung 30 – 35 detik
b)
Tangan dan kelopak mata
bergetar
c)
Mata terbuka dengan pandangan
kosong
d)
Kepala di putar kekanan dan
kekiri
2)
Tingkat kejang tonik
a)
Belangsung 30 detik
b)
Seluruh tubuh kaku, wajah kaku,
pernapasan berhenti dapat diikuti sianosis, tangan menggenggam, kaki diputar ke
dalam, lidah dapat tergigit.
|
3)
Tingkat kejang klonik
a)
Berlangsung 1 – 2 menit
b)
Kejang tonik berubah menjadi
kejang klonik
c)
Kontraksitot berlangsung cepat
d)
Mulut terbuuk tertutup dan
lidah dapat tergigit
e)
Mata melotot mulut berbuih
f)
Muka terjadi kongesti dan
sampai sianosis
g)
Penderita dapat jatuh
4)
Tingkat koma
a)
Setelah kejang klonik berhenti
panderiat menarik napas
b)
Diikuti koma yang lamanya
bervariasi.
Selama terjadi kejang-kejang dapat terjadi suhu naik
mencapai 400 C, nadi bertambah cepat dan tekanan darah meningkat.
(Manuaba, 1998 : 245)
c.
Diagnosa
Diagnosa eklampsi tidak mengalami
kesukaran, dengan adany gejala dan tanda pre-eklampsi yang disusul oleh
serangan kejang, maka diagnosa eklampsi sudah tidak diragukan lagi. Walaupun
demikian, eklampsi harus dibedakan dari :
1)
Epilepsi, dalam anamnesis
diketahui adanya serangan sebelum hamil atau pada hamil muda dan tanda
pre-eklampsi tidak ada
2)
Kejang karena obat anestesi
3)
Koma karena sebab lain, sepeti
diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis dan lain-lain.
d.
Etiologi
Penyebab eklampsi sampai sekarang
belum diketahui. Telah terdapat benyak teori yang mencoba sebab musebab
penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberi jawabanyang memuaskan.
Teori yang dewasa ini bsnysk dikemukakan adalah iskemia plasenta. Akan tetapi,
dengan teori ini tidak dapat diterngkan semua hal yang bertalian dengan
penyakit ini. Diantara faktor-faktor yang dikemukakan sering kali sukar
ditentukan man yang sebab dan mana yang akibat. (Wknjosastro, 1999 : 282)
e.
Patofisiologi
Pada pre-eklampsi terjadi spasme
pembuluh darahdisertai retensi garam dan air. Pada biopsy ginjal ditemukan
spasme hebat anteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen anteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah.
Jadi jika semua anteriola yang di dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan ferifer agar
oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkasn kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan di ruang intertisial
belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria
dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus. (Wiknjosastro, 1999 : 285).
f.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pre-eklampsi berat
dan eklampsi sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam
setelah timbulnya kejang pada eklampsi. Semua kasus per-eklampsi berat harus
ditangani secara aktif. Pengangan konservatif tidak dianjurkan karena gejala
dan tanda eklampsi seperti hiperrefleksi dan gangguan penglihatan sering tidak
sahih.
1)
Penanganan kejang
a)
Beri obat antikonvulsan
b)
Perlengkapan untuk penanganan
kejang.
c)
Beri oksigen 4 – 6 liter
d)
Lindungi pasien dari
kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras.
e)
Baringkan pasien pada posisi
kiri untuk mengurangi resiko aspirasi.
f)
Setelah kejang, aspirasi mulut
dan tenggorokan bila perlu..
2)
Penanganan umum
a)
Jika tekanan deiastolik tetap
10 mmHg, berikan obat antihipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90 – 100
mmHg.
b)
Pasang infuse.
c)
Ukur keseimbangan cairan,
jangan sampai terjadi over load cairan.
d)
Kateterisasi urine untuk
memantau pengeluaran urine dan proteinuria.
e)
Jika jumlah urine kurang dari
30 ml per jam :
(1)
Hentikan MGSO4 dan
berikan cairan IV (NaCL 0,9% atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per 8
jam.
(2)
Pantau kemungkinan oedema baru.
f)
Jangan tingglakan pasien
sendirian
g)
Observasi tanda-tanda vital,
refleks dan denyut jantung janin setiap jam.
h)
Auskultasi paru untuk mencari
tanda-tanda oedema paru.
i)
Hentikan pemberiak cairan IV
dan berikan diuretic misalnya furosemid 40 mg IVsekali saja bila ada oedema
paru.
j)
Nilai pembekuan darah dan uji
pembekuan sederhana.
3)
Antikonvulsan
MGSO4 merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada PEB dan eklampsi.
Cara pemberian MGSO4 pada eklampsi:
a)
Dosis awal
(1)
MGSO4 4 Gr IV
sebagai larutan 20 % selama 5 menit.
(2)
MGSO4 4 Gr IV
sebagai larutan 20 % selama 5 menit.
(3)
Segera dilanjutkan dengan
pemberian 10 Gr larutan MGSO450 % masing-masing 5 Gr dibokong kanan
dan bokong kiri secara IM dalam ditambah dengan 1 ml lignokain 2 % pada semprit
yang sama . pasien akan merasa agak panas wakti pemberian MGSO4.
b)
Dosis pemeliharaan
(1)
MGSO4 1 – 2 Gr per
jam per infuse
(2)
Lenjutkan pemberian MGSO4
sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang berakhir.
c)
Sebelum pemberian MGSO4,
periksa :
(1)
Frekuensi pernapasan minimal 16
kali permenit.
(2)
Refleks patella (+)
(3)
Urine minimal 30 ml per jam
dalam 4 jam terakhir.
d)
Hentikan pemberian MGSO4,
jika :
(1)
Frekuensi napas kurang dari 16
kali per menit.
(2)
Refleks patella (-)
(3)
Urine minimal 30 ml per jam
dalam 4 jam terakhir.
e)
Siapkan antidotum
Jika terjadi henti nafas, lakukan
ventilasi (masker dan balon, ventilator), beri kalsium glukonas 1 Gr (20 ml
dalam larutan 10 %) IV perlahan-lahan sampai pernapasan mulai lagi.
4)
Antihipertensif
Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau
lebih berikan obat antihipertens. Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan
diastolik diantara 90 – 100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral.
5)
Persalinan
Persalinan harus diusahakan segera
setelah keadaan pasien stabil. Penundaan persalinan meningkatkan resiko untuk
ibu dan janin.
a)
Perikssa serviks.
b)
Jika serviks matang, lakukan
pemecahan ketuban lalu induksi persalinan dengan oksitosin atau proslaglandin.
c)
Jika persalinan pervaginatidak
dapat diharapkan dalam 24 jam lakukan SC.
d)
Jika DJJ kurang dari 100/menit
atau lebih dari 180/menit, lakuka SC.
e)
Jika serviks belum matang,
janin hidup lakukan SC.
f)
Jika anestesi untuk SC tidak
tersedia atau jkikan janin mati atau terlalu kecil :
(1)
Usahaka lahoir pervagina.
(2)
Matangkan serviks dengan
misoprostol, prostaglandin atau kateter foley.
6)
Perawatan pasca persalinan
a)
Antikonvulsan diteruskan sampai
24 jam setelah persalian atau kejang
terakhir.
b)
Teruskan terapi antihipertensi
jika tekanan diastolic masih 110 mmHg atau lebih.
c)
Pantau urine.
7)
Rujukan
a)
Terdapat oliguri (urine kurang
dari 400 ml per 24 jam) selama 24 jam setelah persalinan.
b)
Terdapat kopagulapati atau sindrom HELLP;
c)
Koma berlangsung lebih dari 24
jam sesudah kejang.
(Saefudin A.B, 2000)
g.
Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah
kematian ibu dan janin. Komplikasi lain yang biasanya terjadi pada pre-eklampsi
berat dan eklampsi diantaranya : solusi plasenta, hipofibrinogenemia,
hemolisis, pedarahan otak, kelainan mata, edema paru-paru, nekrosis hati,
sindrom HELLP, kelainan ginjal, komplikasi lain, prematuritas, dismaturitas dan
kematian janin intra uterin.
(Depkes, 1996 : 22)
BAB III
TINJAUAN KASUS
TINJAUAN KEPERAWATAN PAD
ANY. A G1P0A0
HAMIL 36 MINGGU DENGAN
EKLMPSI
A. DATA SUBJEKTIF
1.
Identitas
a.
Identitas Pasien
Nama : Ny.
A
Umur : 20
Thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : islam
Suku bangsa : Sunda/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Tanggal masuk : 10
– 11 - 2004
Tanggal pengkajian : 11 –
11 - 2004
Diagnosa : G1P0A0 + Eklampsi
Alamat : Mekarwangi
- Argapura
b.
Identitas Penanggung jawab
Nama : Tn.
D
Umur : 25
Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Hub dengan pasien : Suami
Pekerjaan : Sopir
Alamat : Mekarwangi
- Argapura
2.
Status kesehatan
a.
Keluhan Utama
|
Klien mengatakan sakit pada daerah luka bekas
operasi
b.
Riwayat kesehatan sekarang
Tanggal 10 – 11 – 2004 pagi klien
mengatakan kejang-kejang 5 x dan keluar air dari vagina. Pada jam 14.30 WIB
klien dibawa ke UGD RSU Majalengka dan dirawat di ruang teratai (kebidanan)setelah
diperiksa klien diputuskan operasi, jam 20.00WIB klien dioperasi SC. Pada saat
dikaji tanggal 11 – 11 – 2004 klien menghatakan sakit pada daerah luka operasi,
nyeri bertambah jika duduk atau berdiri dan berkurang jika tidur terlentang. Nyeri
terasa teriris-iris. Skala nyeri 7.
c.
Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat
di RS dan mengatakan belum pernah menderita penyakit berat
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit yang menular dan penyakit yang diturunkan.
e.
Riwayat kesehatan perkawinan
Ibu berstatus kawin, ini merupakan
perkawinan yang pertama dan perkawinan ini telah berlangsung sekitar 1,5 tahun.
3.
Data Obstetri
a.
Riwayat menstruasi
Klien mengaku pertama haid pada usia 14 tahun, siklusnya
teratur selama 28 hari lamanya 7 hari, klien mengatakan menstruasi terakhir
lupa, taksiran kehamilan klien tidak tahu.
b.
Riwayat kehamilan persalinan
dannifas yang lalu
Klien mengatakan belum pernah hamil dan melahirkan,
ini merupakan kehamilan yang pertama.
c.
Riwayat kehamilan
Klien mengaku hamil anak pertyama dan baru 2 x
memeriksakan kehamilannya di Puskesmas, terakhir diperiksa 1 bula yang lalu,
klien mengatakan mendapatkan immunisasi TT sudah 2 x.
4.
Riwayat Genokologi
Klin mengatakan tidak mempunyai kelainan genokologi dan
belum pernah mengalami operasi genokologi.
5.
Riwayat Fsikososial
Kehamilan ini sangat diharapkan dan jenis kelain anak
tyerserah yang diberi Tuhan.
6.
Data Fisik
1.
Penampilan Umur
a.
Bentuk tubuh : Sedang
b.
Kebersihan secara umum : agak kotor
2.
Activity Daily Living (ADL)
No.
|
ADL
|
DI RUMAH
|
DI RS
|
|
1.
|
Nutrisi
a. Makan
·
Jenis menu
·
Frekuensi
·
Porsi
·
Pantangan
·
Keluhan
b. Makan
·
Jenis minuman
·
Banyaknya
·
Pantangan
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
·
Diet biasa (nasi & lauk pauk)
·
1 – 2 kali sehari
·
1 porsi sedang
·
Tidak ada pantangan
·
Tidak ada masalah
·
Air putih
·
± 10 gelas per hari
·
Tidak ada
|
·
Test feeding
·
-
·
-
·
-
·
-
·
Test feeding
·
-
·
-
|
2.
|
Istirahat dan tidur
a. Malam
·
Lamanya
·
Waktu
·
Penerangan
·
Gg. Tidur
b. Siang
·
Tidur siang
·
Lamanya
·
Waktu
|
:
:
:
:
:
:
:
|
·
4 Jam
·
Jam 12.00 WIB
·
Dengan lampu
·
Tidak ada
·
Kadang-kadang
·
1 jam
·
Jam 13.00 WIB
|
·
Tidak bisa tidur
·
-
·
-
·
-
·
Kadang-kadang
·
1 jam
·
tidak tentu
|
3.
|
Eliminasi
a. BAK
·
Frekuensi
·
Warna
·
Bau
·
Gangguan
b. BAB
·
Frekuensi
·
Warna
·
Bau
·
Konsistensi
·
Gangguan
|
:
:
:
:
:
:
:
: : |
·
± 6 kali
/ hari
·
Kuning jernih
·
Pesing
·
-
·
1 kali / hari
·
-
·
-
·
Lunak
·
-
|
·
·
Kuning jernih
·
Pesing
·
-
·
1 kali / hari
·
-
·
-
·
Lunak
·
-
|
No.
|
ADL
|
DI RUMAH
|
DI RS
|
|
4.
|
Personal Hygiene
a.
Mandi
·
Frekuensi
·
Pakai
sabun
·
Gogok
gigi
·
Air
yang digunakan
·
Tempat
·
Tk.
Kemandirian
b.
Berpakaian
·
Frekuensi
ganti
·
Tk.
Kemandirian
|
:
:
:
:
:
:
:
:
|
·
2
kali
·
Pakai
·
2
kali / hari dengan pasta gigi
·
3
kali / hari
·
Mandiri
|
·
1
kali / hari
·
Pakai
·
2
kali / hari dengan pasta gigi
·
Air
hangat
·
Tempat
tidur
·
Dibantu
orang lain
·
1
kali / hari
·
Mandiri
|
5.
|
Mobilisasi dan
Aktivitas
a. Kebiasaan
|
:
|
·
Mampu
melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
|
·
Klien
mampu miring ke kiri / kanan di tempat tidur, namun tidak mampu duduk.
|
3.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadan umum
1.
Kesadaran : Compos mentis
2.
Orientasi : Waktu, tempat dan orang baik
3.
Bahasa dan memori : Kemampuan
bahasa dan ingatan baik
4.
Tanda-tanda vital
-
Tekanan darah : 130/80
mmHg
-
Nadi : 96 x /
menit
-
Pernapasan : 20
x / menit
-
Suhu : 36, 60
C
b.
Berat badan dan tinggi badan
1.
Berat Badan : 68 kg
2.
Tinggi Badan : 150 cm
3.
BB sebelum hamil : 51 kg
4.
Kenaikan BB selama hamil : 17 kg
c.
Muka
Tidak ditemukan closma gravidarum dan oedema pada muka
d.
Mata
Kelopak mata normal, konjungtiva merah muda, sclera
tidak ikterik.
e.
Hidung
Tidak ditemukan polip dan pengeluaran lendir
f.
Mulut dan gigi
Mulut tidak baud an tidak terdapat karies pada gigi
g.
Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan
pembesaran vena jugularis.
h.
Dada
Bunyi jantung murini regular, paru-paru bersih tidak
ditemukan wheezing dan ronchi, payudara normal, simetris kiri dan kanan,
putting susu menonjol, colostrums belum ada, tidak terdapat benjolan dan lesi.
i.
Abdomen
Pulpasi : TFU 3 jari bawah pusat.
j.
Gental
Tidak ditemukan perisesdan oedema, ditemukan pengeluaran
lender dan darah tapi sedikit.
k.
Ekstremitas bawah dan atas
Di ekstremitas atas terpasang infuse D 5% sedangkan
ekstremitas bawah ditemukan oedema
l.
Pemeriksaan laboratorium
a)
Darah Hb : 13.4 95 %
Leucosit : 35.650
Gol darah : A
b)
Urine
(a)
Protein : ( ++ )
(b)
Nitrit : ( +++ )
(c)
Sedimen eritrosit : +
banyak
(d)
Leucosit : ++ banyak
m.
Therapy
1.
Kalfoksin IJ 2 x 1 gram
2.
Kaltofren IJ 3 x 1 Ampul
3.
Infus RL. Dex.
B. ANALISA DATA
No
|
DATA
|
KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
2.
3.
4.
|
DS : - klien mengeluh
nyeri di daerah luka bekas operasi, nyeri seperti diiris-iris.
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika
bergerak, karena rasa nyeri tersebut klien mengatakan tidak bisa tidur pada
malam maupun siang hari.
- Skala nyeri 7
DO : - klien meringis saat diperiksa keadaan
fisik
- terdapat luka operasi masih terdapat
perban
- Tekanan darah
- Nadi
- Pernafasan
- Ekspresi wajah kesakitan
DS : - Klien mengeluh
nyeri saat bergerak
DO : -
Klien nampak membatasi gerak
- Klien tidur terlentang terus
- Klien tidak mempu duduk
DS : - Klien mengatakan 2 hari belum keramas
DO : - Rmabut kotor dan kusut
- ADL di Bantu
- Klien nampak murung
DS
: -
DO : - Terdapat luka operasi
- Terpasang infus
|
Operasi Secsio Caesaria
Terputusnya kontinuitas jaringan
|
Nyeri akut
Kurang istirahat dan tidur.
Kurang mobilitas fisik
Kurang perawatan diri
Resiko tinggi infeksi
|
C. RUMUSAN DIAGNOSA PERAWATAN
A.
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
B.
Kurang istirahat tidur
berhubungan dengan rasa sakit dari penyakit yang diderita.
C.
Kurang mobilitas fisik
berhungan dengan nyeri.
D.
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktifitas .
E.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan dan adanya benda asing
dalam tubuh
D. PROSES KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Ny. A
UMUR : 20
tahun
|
DIAGNOSA MEDIK :
NO. CM :
|
No
|
Diagnosa
kepera
|
Perencanaan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
Pelaksana
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||||
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
(5)
|
(6)
|
(7)
|
(8)
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan kontinuitas ditandai
dengan :
DS : - Klien mengeluh
nyeri di daerah luka bekas operasi . nyeri serasa diiris-iris.
- Klien mengatakan nyeri bertambah jika
bergerak, karena rasa nyeri tersebut, klien mengatakan tidak bisa tidur pada
malam maupun siang hari.
- Skala nyeri 7
DO : - Klien meringis saat dilakukan pemeriksaan fisik.
- Terdapat luka operasi
masih ditutup perban
- Tekanan
daera 130/80 mmHg
- Nadi
: 96 kl/mnt
- Pernafasan
: 20 kl/mnt
- Ekspresi
wajah kesakitan
|
Dalam waktu 3 hari diharapkan nyeri berkurang atau
hilang dengan kriteria :
- Klien tidak mengeluh nyeri
- Ekspresi awjah klien tenang
- Klien bisa istirahat / tidur
- Skala nyeri turun menjadi 1
- Tanda vital normal :
Ø Tensi : 120/80 mmHg
Ø Nadi : 80 kali / mnt
Ø Respirasi : 18 kali/mnt
|
- Lakukan teknik distraksi nyeri dengan
cara mengalihkan perhatian klien.
- Lakukan teknik relaksasi dengan cara
latihan nafas.
- Ubah posisi klien dengan posisi yang
nyaman.
- Kolaborasi untuk pemberian obat
analgetika parenteral.
|
- Dengan Teknik distraksi nyeri (ngobrol
dan membaca ) konsentrasi tidak terfokus terhadap rasa nyeri sehingga nyeri
berkurang.
- Dengan relaksasi dapat mengurangi
ketegangan otot dan menurunkan ambang nyeri
- Dengan mengatur posisi tubuh yang nyaman
dapat mengurangi rasa nyeri
- Dengan obat analgetika ambang nyeri akan
turun sehingga nyeri berkurang.
|
- Tgl
- Tgl
- Tgl
Membantu klien merubah posisi semi fowler
sesuai kenyaman klien A : klien kooperatif.
- Tgl
|
Tgl
S :
- Klien masih mengeluh nyeri
-
Klien
mengatakan susah tidur
- Skala nyeri 5
O :
-
Ekspresi wajah kesakitan
A :
- Masalah
teratasi sebagian
P :
- Teruskan intervensi
|
|
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2003. Panduan Pengajaran Asuhan Kebidanan Fisiologi Bagi Dosen D3 Kebidanan
Buku 1 Asuhan Keperawatan. Pusdiknas-WHO-JHPIEGO : Jakarta .
Manuaba, I.G. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan. EGC
: Jakarta .
Marjono, A.B. 1999. Hipertensi Pada Kehamilan. Pre-Eklampsi Eklampsi. http/WWW.
Geocities.com : Jakarta .
Mochtar, M. 1998. Sinopsis
Obstetri. EGC : Jakarta .
Saifudin, A.B. 1996. Buku II Kelainan pada Persalinan. Depkes RI : Jakarta .
1996. Buku IV Gestosis . Depkes RI
: Jakarta .
2001. Buku Acuan Nasinal
Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. YPB-SP : Jakarta .
2002. Buku Panduan Prakstis
Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. YPB-SP : Jakarta .
Wijayarini, Widyastuti. 2002. Modul Eklampsi. EGC : Jakarta .
Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo : Jakarta .
Comments