Laporan Pendahulan HIV / AIDS

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Acquired Immunodeficiency Syndrome yang lebih dikenal dengan singkatannya : AIDS, adalah sindrom (kumpulan gejala) yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat. Keadaan ini bukan suatu penyakit, melainkan kumpulan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh infeksi berbagai macam mikroorganisme serta timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan/kekebalan tubuh penderita.
Dalam Surat Kabar Harian Tempo Interaktif Bandung yang terbit pada tanggal 27 Juli 2005 dijelaskan bahwa sekitar 7.098 orang Indonesia dipastikan menderita HIV/AIDS.AIDS. Berdasarkan data di Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Nasional sampai 30 Juni 2005 disebutkan dari 7.098 orang itu 3.358  orang di antaranya positif mengidap AIDS dan tersebar di 31 provinsi. Sedangkan sisanya adalah yang menderita HIV di berbagai wilayah di 32 provinsi. Berdasarkan urutan terbesar, dari 22 provinsi yang melaporkan data sejak April-Juni 2005, Jawa Barat
menduduki posisi teratas dengan 57 pengidap AIDS dan 12 HIV. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Papua dengan 19 penderita AIDS dan satu orang HIV. Setelah
itu, Sumatera Utara berada di posisi berikutnya dengan 17 orang pengidap AIDS, dan Jawa Timur dengan 15 orang pengidap AIDS. Adapun DKI Jakarta menduduki posisi
kelima dengan 10 orang penderita AIDS.

B.     Tujuan
1.      Tujuan UMum
Pembaca dapat mengetahui tentang  HIV / AIDS
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa dapat mengetahui definisi, cara penularan, kronologis terjadinya HIV dan gejala.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan antenatal dengan komplikasi HIV / AIDS
c.       Mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan  dalam praktek

C.    Metode Penulisan
 Makalah ini disusun dengan menggunakan metode studi literature di beberapa sumber.

D.    Sistematika penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I       PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan
C.     Metode penulisan
D.    Sistematika penulisan
BAB II      TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian AIDS
B.     Cara Penularan HIV
C.     Kronologis terjadinya HIV
D.    Gejala Klinis Stadium HIV
E.     Factor-faktor yang Mempercepat HIV/AIDS pada Seseorang dengan HIV Positif
F.      Cara Mendeteksi Secara Klinis AIDS
BAB III    ASKEP PADA ANTENATAL DENGAN KEADAAN HIV/AIDS
A.    Pengakajian
B.     Diagnosa Keperawatan
C.     Perencanaan
D.    Pelaksanaan
E.     Evaluasi
BAB IV    PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian AIDS
HIV atau Human Immunodefeciency Virus, adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang menimbulkan AIDS.
AIDS atau Aquired Immune Deficienci Syndrome merupakan gejala penyakit akibat menurunya system kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai sindrom cacat kekebalan tubuh.

B.     Cara Penularan HIV
Jenis penularan infeksi HIV, yaitu :
1.      Hubungan seks (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindung dengan orang yang telah terinfeksi HIV.
2.      Penggunaan jarum suntik secara bergantian.
3.      Darah dan produk darah. Melalui transfuse darah atau alat-alat yang telah tercemar
4.      Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang di kandungnya atau kepada bayi yang di susuinya.
Beberapa kondisi yang di perlukan untuk terjadi penularan HIV, yaitu :
1.      HIV harus langsung masuk ke aliran darah. Penukaran hanya akan terjadi jika darah, cairan sperma atau cairan vagina yang telah tercemar HIV masuk ke dalam aliran darah seseorang.
2.      Perlu di ingat bahwa HIV sangat rapuh dan cepat mati di luar tubuh manusia. Virus ini juga sangat sensitif terhadap panas dan tidak kuat hidup pada suhu di atas 60˚C.
3.      Untuk tertular seharusnya ada konsentrasi HIV ynag cukup tinggi. Walaupun HIV dapat di temukan dalam cairan-cairan tubuh yang lain, konsentrasinya terlalu rendah untuk dapat menularkan HIV dan tidak pernah ada kasus yang di laporkan bahwa cairan tersebut sebagai penyebabnya.

Infeksi HIV tidak menular melalui:
1.      Jabatan tangan, sentuhan, ciuman, pelukan, menggunakan peralatan makan/minum, gigitan nyamuk, memakai jamban yang sama atau tinggal serumah.
2.      Biasanya tidak ada gejala khusus pada orang-orang yang terinfeksi oleh HIV dalam waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala seperti berikut:
a.       Kehilangan berat badan secara drastis.
b.      Diare yang berkelanjutan.
c.       Pembengakakan pada leher dan/atau ketiak.
d.      Batuk terus-menerus.
Bila seorang perempuan yang telah terinfeksi HIV hamil, kemungkinan akan menularkan HIV kepada janinya hanya 30 %, walaupun BBL ketika di tes akan selalu memberi hasil yang positif. Hal ini terjadi karena anti body yang di produksi oleh tubuh ibu masuk ke dalam janin melalui plasenta. Hal ini di mulai setelah kehamilan bulan ke empat dan terdapat kelainan pada bayi yang akan timbul antara usia 2 sampai 10 minggu, namun ada yang baru timbul setelah usia 2 tahun. apabila bayi tersebut tidak terinfeksi, dia akan berubah menjadi sero negative sebelum berumur 15-18 bulan. Sebelum itu sulit untuk menentukan apakah bayi terinfeksi atau tidak. Bayi tersebut dapat di tes dengan tes khusus, tetapi tes semacam itu cukup mahal dan hanya dapat di lakukan di laboratorium-laboratorium yang canggih.
 HIV dari wanita yang terinfeksi di tularkan kepada bayi melalui tiga cara (Fredlan, Klein. 1987) yaitu :
1.      Terhadap janin sejak awal tri semester pertama melalui siklus maternal
2.      Terhadap bayi selama proses kelahiran melalui inokulasi atau ingestion  darah ibu dan cairan yang terinfeksi lainnya.
3.      Terhadap bayi melalui ASI

C.    Kronologis terjadinya HIV
Secara singkat perjalanan HIV /  AIDS dapat di bagi dalam empat stadium, yaitu :

1.      Stadium Pertama : HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan di ikuti terjadinya perubahan serologic ketika antibody terhadap virus tersebut berubah dari negative menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif di sebut window period. Lama window period antara 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai 6 bulan. Umumnya di sebabkan oleh penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh virus, bila tes antibody menjadi positif berarti di dalam tubuh terdapat cukup zat anti yang dapat melawan virus tersebut. Kesimpulan tersebut berbeda pada kesimpulan HIV,karena adanya zat anti di dalam tubuh bukan berarti bahwa tubuh dapat melawan infeksi HIV, tetapi sebaliknya menunjukan bahwa di dalam tubuh tersebut terdapat HIV.
2.      Stadium ke dua : Asimptomatik ( tanpa gejala )
Asimptomatik  bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata 5- 10 tahun. cairan tubuh ODHA yang tampak sehat ini, sudah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3.      Stadium ke tiga : Pembesaran kelenjar limfe
Fase ini di tandai denagn pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata ( persistent Generalized Lymphadenipathy ), tidak hanya muncul pada suatu tempat  dan berlangsung lebih dari satu bulan.
4.      Stadium ke empat : AIDS
Keadaan ini di sertai denagn adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit saraf dan infeksi penyakit sekunder.

D.    Gejala Klinis Pada Stadium AIDS
Beberapa gejala klinis yang terjadi pada stadium AIDS, yaitu:
1.      Terdapat  gejala mayor, yaitu :
a.       Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b.      Diare kronis lebih dari satu bulan, berulang maupun terus-menerus
c.       Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.

2.      Terdapat  gejala minor, yaitu :
a.       Batuk kronis lebih dari satu bulan
b.      Infeksi pada mulut dan tenggorokan  yang di sebabkan oleh jamur candida albicans
c.       Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d.      Munculnya herpes zoster berulang
e.       Bercak-bercak gatal di seluruh tubuh.
3.      Infeksi oportunistik
Yaitu infeksi dan malignansi yang timbul sebagai akibat dari gangguan system imun. Dalam respon imun, limfosit t4 memainkan beberapa peranan penting, yaitu: mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibody, menstimulasi limfosit T sitotoksik, memproduksi limfokin dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Jika fungsi limfosit T4 terganggu (jumlah sel T4 di bawah 500 per mikroliter), mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan berkembang lebih cepat menyebabkan sakit yang serius.

E.     Faktor-faktor yang dapat mempercepat terjadinya AIDS pada seseorang dengan HIV positif
Salah satu penelitian WHO menunjukkan beberapa factor yang mempengaruhi cepatnya perkembangan AIDS yaitu :
1.      Semakin tua seorang pengidap HIV, maka semakin cepat dia akan sampai ke tahap AIDS
2.      Bayi yang terinfeksi HIV akan sampai ke tahap AIDS lebih cepat dari orang dewasa ayng mengidap HIV
3.      Orang yang telah mempunyai gejala minor pada waktu tertular HIV ( sero konversi ) akan menunjukan gejala AIDS lebih cepat dari pada yang tanpa gejala.

F.     Cara Mendeteksi  AIDS secara Klinis
Dalam penuntun WHO tentang cara mendiagnosa AIDS, dikatakan bahwa seseorang di diagnosa AIDS bila mempunyai minimal 2 gejala mayor dan stu gejala minor serta jika pada orang tersebut tidak ada alsan lain yang menyebabkan system kekebalan tubuh menurun. Jumlah sel T-4 orang yang sehat secara umum berkisar antara 1000-1200 permikroliter. Jika jumlah sel T-4 menurun di bawah 200, maka ia dikatakan sudah masuk pada fase AIDS.



























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANTENATAL DENGAN KEADAAN HIV/AIDS

A.    Pengakajian
  1. Pengumpulan Data
a.       Identitas klien
Terdiri dari : nama, tempat tanggal lahir, agama, suku bangsa, pendidikan terakhir, pekerjaan, golongan darah, alamat, diagnosa medis, penghasilan perbulan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan no. medrec.
Pada ibu hamil dengan HIV / AIDS data di fokuskan pada nama, umur, pekerjaan, status marital, pernikahan keberapa, siapa yang bertanggung jawab.
b.      Status kesehatan
Terdiri dari :
1)      Alasan kunjungan / keluhan utama yang mencangkup berapa gejala-gejalanya, masalah lain yang berhubungan dan apa intervensi yang telah di berikan. Jika pasien telah tahu bahwa ia AIDS, kapan ia didiagnosa, jelaskan perjalanan dan proses infeksinya serta gejala dan tanda klinik yang ada.
2)      Riwayat kesehatan sekarang ( PQRST ) yang terdiri dari factor pencetus, lama keluhan, timbulnya keluhan ( bertahap atau mendadak ), factor yang memperberat, serta upaya yang dilakukan untuk mengatasinya.
3)      Riwayat kesehatan dahulu yang terdiri dari penyakit yang pernah di alami masa kanak-kanak, kecelakaan, pernah di rawat : penyakit dan waktunya, pernah mendapat transfusi darah, operasi, alergi, imunisasi, kebiasan (merokok, kopi, obat, alcohol), obat-obatan (nama dan lamanya, sendiri atau resep).
4)      Riwayat kesehatan keluarga yang terdiri dari genogram tiga generasi, kehamilan, gangguan mental, penyakit yang dapat di turunkan, penyakit yang dapat di tularkan, serta penyakit yang ada atau penyebab kematian.
5)      Pola seksual dan riwayat STD”s (sexually transmitted disseas)
6)      Riwayat obat-obatan, makanan : alergi
7)      Riwayat obstetric dan ginekologi
a)      Riwayat ginekologi
(1) Riwayat menstruasi yang mencakup menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya sifat darah (warna, bau, cair/gumpalan, dismenorhoe), HPHT, taksiran persalinan.
(2) Riwayat perkawinan ( suami istri ) yang terdiri dari usia pernikahan, pernikahan ke-…..
(3) Riwayat KB yang terdiri dari jenis kontrasepsi yang di gunakan sebelum hamil, waktu dan lama penggunaan, masalah yang terjadi dengan cara tersebut, jenis kontrasepsi yang di rencanakan setelah persalinan sekarang, serta jumlah anak yang di rencanakan keluarga.
b)      Riwayat obstetri
(1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G….P…A
Keterangan :    G = kehamilan yang ke berapa
                                                       P = persalinan yang telah di lakukan
                        A = abortus yang telah di lakukan
(2) Riwayat kehamilan sekarang yang mencakup : klien merasa hamil berapa bulan, keluhan waktu hamil, gerakan pertama janin di rasakan, imunisasi, pertambahan berat badan selama hamil, pemeriksaan kehamilan ( teratur atau tidak ), tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan.
Keterangan :
Masalah hamil : tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran perkemihan, perdarahan premature dan lain-lain.
Masalah lahir atau persalinan : SC atas indikasi, perdarahan, kejang-kejang dan lain-lain.
Keadaan anak : hidup atau mati, sebab kematian
(3) Tingkat pengetahuan pasien dan keluarga.

c.       Pemeriksaan fisik
1)      Sistem Pernafasan
Pneumonia Pnemocystis carinii, napas pendek, sesak napas (dispnea), batuk-batuk, nyeri dada. Pada saat auskultasi suara paru terdengar ronchi.
2)      Sistem Kardiovaskuler
3)      Sistem Pencernaan
Hilangnya selera makan, mual, vomitus, kandidiasis oral serta esophagus, nyeri oral atau kesulitan menelan, diare kronis, Sindrom Pelisutan. Daerah perianal harus diperiksa untuk menemukan ekskorasi dan infeksi pada pasien dengan diare yang profus.
4)      Sistem Reproduksi
a)      Payudara : kebersihan, hiperpigmentasi, pembengkakan, kondisi areola mammae, pengeluaran ASI.
b)      Uterus : tinggi fundus uterus, konsistensi
c)      Vagina dan perineum
d)     Lochea
5)      Sistem Perkemihan
Inkontinensia.
6)      Sistem Muskuloskeletal
Kelemahan otot, atrofi, terjadinya deformitas.
7)      Sistem Persyarafan
Manifestasi dini mencakup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis, ataksia. Stadium lanjut mencakup gangguan kognitif global, kelambanan dalam respon verbal, gangguan afektif seperti pandangan yang kosong, psikosis, halusinasi, tremor, kejang.
a)      Nervus I olfaktorius)
b)      Nervus II (optikus)
c)      Nervus III, IV, VI (Okulomotoris, Tochlearis, Abdusen).
d)     Nervus V (Trigeminus)
e)      Nervus VII (fasialis)
f)       Nervus VIII (auditorius)
g)      Nervus IX, X (glosofaringeus, vagus)
h)      Nervus XI (assesorius)
i)        Nervus XII (hipoglosal)
8)       Sistem Integumen
Pembentukan vesikel yang nyeri yang merusak integritas kulit, pembentukan flak yang disertai deformitas, dermatitis seboroika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah, folikulitis menyeluruh yang disertai dengan kulit yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atropik seperti eczema atau psoriasis.
d.      Pola aktivitas sehari-hari
Di kaji sebelum dan setelah hamil
1)      Pola nutrisi ( frekuensi makanan, jenis makan, makanan yang di sukai dan tidak di sukai, makan pantang atau alergi, nafsu makan, porsi makan, minum : jumlah dan jenis )
2)      Pola eliminasi terdiri dari buang air besar : frekuensi, warna, bau, konsistensi, masalah/ keluhan. Buang air kecil : frekuensi, warna, bau, masalah/ keluhan.
3)      Pola tidur dan istirahat terdiri dari waktu tidur, lama tidur perhari, kebiasaan pengantar ridur, kebiasaan saat tidur )
4)      Pola aktifitas dan latihan ( kegiatan dalam pekerjaan, olah raga, kegiatan waktu luang )
5)      Personal hygiene (kulit, mulut, rambut, gigi, pakaian, kuku, vulva hygiene)
6)      Ketergantungan fisik ( merokok, minuman keras, obat-obatan )
e.       Psikososial
Aspek psikologis
1)      Pola pikir dan presepsi
a)      Pengetahuan cara memberi ASI dan merawat bayi
b)      Perencanaan pemberian ASI pada bayi
c)      Jenis kelamin yang di harapkan
d)     Orang yang  membantu merawat bayi di rumah
e)      Kehamilan yang di harapkan/ tidak
2)      Presepsi diri
a)      Hal yang amat di pikirkan saat ini
b)      Harapan setelah menjalani perawatan
c)      Perubahan yang di rasakan setelah hamil
3)      Konsep diri ( body image, peran, ideal diri, identitas diri, harga diri )
      Aspek social
a)      Hubungan komunikasi ( bicara, bahasa, orang yang serumah, struktur keluarga, orang terdekat, status pekrjaan, aktivitas social, sumber-sumber finansial, adapt-istiadat yang di anut, orang yang memegang peran penting dalam keluarga, kesulitan dalam keluarga )
b)      Kebiasaan seksual ( adakah gangguan hubungan seksual, bagaimana pemahaman terhadap fungsi seksual )
f.       Spiritual
( sumber kekuatan, konsep ketuhanan, kegiatan agama, kegiatan kerohanian selama di rumah dan di rumah sakit )
g.      Pemeriksaan penunjang
Terdiri dari pemeriksaan darah, urine dan pemeriksaan tambahan. Beberapa tes yang sering dilakukan untuk menguji antibody HIV adalah Elisa, Latex Agglutination, dan Western Blot. Apabila hasil tes Elisa atau Latex Agglutination menunjukkan seseorang terinfeksi HIV, hasilnya perlu dikonfirmasikan dengan tes Western Blot sebelum dipastikan sebagai HIV positif.
Tes tertentu juga dapat dilaksanakan untuk menguji antigen HIV, yaitu tes Antigen p24 atau Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR ini hanya dipakai untuk penelitian kasus-kasus yang sulit dideteksi dengan tes antibody. Misalnya untuk tes pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif dan kasus-kasus yang diperkirakan masih berada dalam window period.
h.      Pengobatan
  1. Analisa Data
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Kerusakan integritas kulit b.d manifestasi HIV, ekskorasi dan diare pada kulit.
2.      Diare b.d kuman pathogen usus dan/atau infeksi HIV.
3.      Resiko terhadap infeksi b.d immunodefisiensi
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipoksia.
5.      Perubahan proses piker b.d penyempitan rentang perhatian, gangguan daya ingat, kebingungan dan disorientasi. 
6.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Pneumocystisis carinii, peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk.
7.      Nyeri b.d gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma karposi, dan neuropati perifer.
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral.
9.      Isolasi social b.d stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, ketakutan bila dirinya menulari orang lain.
10.  Berduka b.d perubahan gaya hidup serta peranannya, prognosis yang tidak menyenangkan.
11.  Kurang pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.

C.    Perencanaan
Sasaran bagi pasien mencakup pencapaian dan pemeliharaan integritas kulit, pemulihan kembali kebiasaan defekasi yang normal, tidak adanya infeksi, perbaikan toleran terhadap aktivitas, perbaikan proses pikir, perbaikan klirens saluran napas, peningkatan rasa nyaman, perbaikan status nutrisi, peningkatan sosialisasi, ekspresi berduka, peningkatan pengetahuan tentang pencegahan penyakit dan perawatan mandiri, dan tidak adanya komplikasi.
1.      Kerusakan integritas kulit b.d manifestasi HIV, ekskorasi dan diare pada kulit.
a.       Observasi kulit dan mukosa oral, perianal untuk mengientifikasi perubahan dalam penampakan, lokasi, ukuran lesi serta tanda-tanda infeksi.
b.      Bantu pasien untuk merubah posisi tubuhnya (miring kiri-miring kanan) setiap 2 jam sekali.
c.       Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk kulit.
d.      Anjurkan klien untuk menggunakan sabun nonabrasive serta tidak membuat kulit menjadi kering.
e.       Anjurkan klien untuk menggunakan lotion untuk mencegah kekerinagn pada kulit.
f.       Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian lotion, salep, dalam perawatan kulit yang sakit.
g.      Bersihkan daerah perianal pasien setiap selseai defekasi dengan sabun non abrasive.
2.      Diare b.d kuman pathogen usus dan/atau infeksi HIV.
a.       Observasi pola dan frekuensi defekasi klien.
b.      Observasi konsistensi dari fese dan pernyataan pasien apakah nyeri atau kram pada perut yang berkaitan dengan defekasi.
c.       Kolaborasi untuk pemberian obat dan  asupan nutrisi klien.
3.      Resiko terhadap infeksi b.d immunodefisiensi
a.       Observasi tanda-tanda infeksi seperti: demam/panas, menggigil, keringat mala, batuk dengan atau tanpa produksi sputum, napas yang pendek, kesulitan bernapas, rasa sakit pada mulut atau kesulitan menelan, bercak-bercak putih pada rongga mulut, penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kelenjar limfe yang membengkak, mual, muntah, diare persisten, sering berkemih, sulit untuk mulai dan nyeri saat berkemih, sakit kepala, perubahan visual dan penurunan daya ingat, kemerahan, pembengkakan atau pengeluaran secret dari luka pada kulit, dan lesi vaskuler pada wajah, bibir atau daerah perianal.
b.      Pantau hasil laboratorium yang menunjukkan infeksi.
c.       Pendidikan kesehatan mengenai strategi menghindari infeksi.
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipoksia.
a.       Pantau pasien dalam kemampuan bergerak/aktivitas.
b.      Bantu dan anjrkan  klien untuk menempatkan barang-barang pribadi milik klien di tempat yang mudah dijangkau.
c.       Anjurkan dan latih klien untuk relaksasi dan imajinasi untuk mengurangi kecemasan yang menyebankan kelemahan atau mudah lelah.
5.      Perubahan proses piker b.d penyempitan rentang perhatian, gangguan daya ingat, kebingungan dan disorientasi. 
a.       Kaji status mental klien.
b.      Bantu pasien dan keluarga untuk memahami dan mengatasi semua perbahan yang terjadi dalam prose berpikir.
c.       Pakai bahasa yang mudah dimengerti oleh klien dalam berkomunikasi.
d.      Pasang rel penghalang di samping tempat tidur untuk menghindari trauma.
6.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Pneumocystisis carinii, peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk.
a.       Kaji frekuensi, irama penggunaan otot-otot pernapasan saat bernapas.
b.      Anjurkan dan Bantu klien dalam posisi semi fowler untuk memudahkan klien bernafas.
c.       Observasi status volume cairan
7.      Nyeri b.d gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma karposi, dan neuropati perifer.
a.       Kaji kualitas dan kuantitas nyeri.
b.      Lakukan perawatan perianal dengan menggunakan sabun nonabrasive setiap selesai BAB.
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral.
a.       Pantau berat badan klien, asupan makanan, pengukuran antrompometrik, kadar albumin, BUN, protein, serta transferin dalam serum.
b.      Kaji factor-faktor yang mengganggu asupan oral, seperti anoreksia, infeksi kandida, ual, nyeri, kelemahan dan keadaaan mudah letih, serta intoleransi latosa.
c.       Kolaborasi pemberian antiemetik untuk mengatasi mual dan muntah.
d.      Anjurkan klien untuk memakan yang lunak dan mudah ditelan.
e.       Anjurkan dan Bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut (oral hygiene).
9.      Isolasi social b.d stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, ketakutan bila dirinya menulari orang lain.
a.       Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan terisolasi serta kesepiannya.
b.      Informasikan kepada klien bahwa perasaan yang dialaminya adalah merupakan hal yang lazim serta normal.
c.       Informasikan kepada klien cara melindungi diri dan orang lain dapat membantu pasien agar tidar terhindar dari kontaksosial.
10.  Berduka b.d perubahan gaya hidup serta peranannya, prognosis yang tidak menyenangkan.
a.       Bantu klien untuk mengungkapkan perasaannya dan gali serta kenali sumber-sumber yang memberikan dukungan dan mekanisme untuk mengatasi persoalan ini.
b.      Dorong klien untuk tetap mempertahankan kontak dengan keluarga serta sahabatnya dan manfaatkan kelompok-kelompok pendukung AIDS local maupun nasional serta saluran hotline.
c.       Anjurkan klien untuk mempertahankan / meneruskan kegiatan yang biasa dilakukan.
11.  Kurang pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.
a.       Informasikan / lakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga dan sahabat klien mengenai cara penularan penyakit AIDS.
b.      Komunikasikan mengenai tindakan penjagaan yang diperlukan untuk mencegah penularan virus HIV, termasuk penggunaan kondom selama melakukan hubungan seks.

D.    Pelaksanaan
E.     Evaluasi




BAB IV
PENUTUP

HIV atau Human Immunodefeciency Virus, adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang menimbulkan AIDS.
AIDS atau Aquired Immune Deficienci Syndrome merupakan gejala penyakit akibat menurunya system kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dikatakan sebagai sindrom cacat kekebalan tubuh.
Di Indonesia Propinsi Jawa Barat berada di peringkat pertama untuk penderita HIV/AIDS, pernyataan ini di kutip di Harian Tempo Interaktif Bandung pada 27 Juli 2005.
Dalam asuhan keperawatan pada antenatal dengan keadaan HIV/AIDS, masalah yang muncul adalah :
1.      Kerusakan integritas kulit b.d manifestasi HIV, ekskorasi dan diare pada kulit.
2.      Diare b.d kuman pathogen usus dan/atau infeksi HIV.
3.      Resiko terhadap infeksi b.d immunodefisiensi
4.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan, malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipoksia.
5.      Perubahan proses piker b.d penyempitan rentang perhatian, gangguan daya ingat, kebingungan dan disorientasi. 
6.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Pneumocystisis carinii, peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk.
7.      Nyeri b.d gangguan integritas kulit perianal akibat diare, sarcoma karposi, dan neuropati perifer.
8.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan oral.
9.      Isolasi social b.d stigma penyakit, penarikan diri dari sistem pendukung, ketakutan bila dirinya menulari orang lain.
10.  Berduka b.d perubahan gaya hidup serta peranannya, prognosis yang tidak menyenangkan.
11.  Kurang pengetahuan b.d cara-cara mencegah penularan HIV dan perawatan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Petrus. AIDS dan Penyakit Kelamin Lainnya. Jakarta: EGC
           
Bobak, Loudermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Farrer, Helen. 1999. Perawatan maternitas. Edisi 2. Jakarta: EGC

http:///www.Google. Askep Antenatal HIV/ AIDS

http:///WinZip. Jawa Barat Propinsi Aids Tertinggi

Irene, M. Boback., etc. 1995. Maternity Nursing, St. Louis. Baltmer. Fourth edition. Mosby.

Marylind, Dongoes. 1991. Nursing Care Plan for Maternity. Toronto: CV Mosby
           

Smeltzer, Suzanne. C., Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC

Comments

Anonymous said…
Obat herbal Dr. imoloa yang hebat adalah obat penyembuhan yang sempurna untuk Virus HIV, saya mendiagnosis HIV selama 8 tahun, dan setiap hari saya selalu mencari penelitian untuk mencari cara sempurna untuk menghilangkan penyakit mengerikan ini karena saya selalu tahu bahwa apa yang kita butuhkan karena kesehatan kita ada di bumi. Jadi, pada pencarian saya di internet saya melihat beberapa kesaksian berbeda tentang bagaimana Dr. imoloa dapat menyembuhkan HIV dengan obat herbal yang kuat. Saya memutuskan untuk menghubungi pria ini, saya menghubunginya untuk obat herbal yang saya terima melalui layanan kurir DHL. Dan dia membimbing saya bagaimana caranya. Saya memintanya untuk solusi minum obat herbal selama dua minggu. dan kemudian dia menginstruksikan saya untuk pergi memeriksa yang saya lakukan. lihatlah aku (HIV NEGATIF). Terima kasih Tuhan untuk dr imoloa telah menggunakan obat herbal yang kuat untuk menyembuhkanku. ia juga memiliki obat untuk penyakit seperti: penyakit parkison, kanker vagina, epilepsi, Gangguan Kecemasan, Penyakit Autoimun, Nyeri Punggung, Keseleo, Gangguan Bipolar, Tumor Otak, Ganas, Bruxisme, Bulimia, Penyakit Disk Serviks, Penyakit Kardiovaskular, Penyakit Kardiovaskular, Neoplasma, kronis penyakit pernapasan, gangguan mental dan perilaku, Cystic Fibrosis, Hipertensi, Diabetes, asma, radang sendi yang dimediasi autoimun yang dimediasi. penyakit ginjal kronis, penyakit radang sendi, sakit punggung, impotensi, spektrum alkohol feta, Gangguan Dysthymic, Eksim, kanker kulit, TBC, Sindrom Kelelahan Kronis, sembelit, penyakit radang usus, kanker tulang, kanker paru-paru, sariawan, kanker mulut, tubuh nyeri, demam, hepatitis ABC, sifilis, diare, Penyakit Huntington, jerawat punggung, gagal ginjal kronis, penyakit addison, Penyakit Kronis, Penyakit Crohn, Cystic Fibrosis, Fibromyalgia, Penyakit Radang Usus Besar, penyakit kuku jamur, Penyakit Kelumpuhan, penyakit Celia, Limfoma , Depresi Besar, Melanoma Maligna, Mania, Melorheostosis, Penyakit Meniere, Mucopolysaccharidosis, Multiple Sclerosis, Distrofi Otot, Rheumatoid Arthritis, Penyakit Alzheimer email- drimolaherbalmademedicine@gmail.com / hubungi atau {whatssapp ..... 2347081986098}}

Popular posts from this blog

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )