Laporan Pendahuluan Rheumatoid Artritis (LP Rheumatoid Artritis)

A.    Rheumatoid Artritis
1.         Definisi
Reumatiod Arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun menyebabkan inflamasi kronik yang ditandai dengan terdapatnya sivovitis erosit sistematik (peradangan erosit lapisan dalam sendi ) yang mengenai jaringan persendian ataupun organ tubuh lainnya (Dand, 2004). Penyakit autoimun terjadi jika sistem imun menyerang jaringan tubuh sendiri. Reumathoid Atritis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun yang terjadi di jaringan sinovial (cairan bening lengket yang dilepaskan oleh membran ). Proses fagositosis (proses yang digunakan oleh sel untuk menelan dan kemudian mencerna partikel nutrisi atau bakteri) menghasilkan enzim-enzim dalam sendi sehingga kolagen terpecah dan terjadi edema, proliferasi ( fase sel saat mengalami pengulangan siklus sel tanpa hambatan) membran sinovial (cairan bening lengket yang dilepaskan oleh membran) dan akhirnya pembentukan pannus (terdapatnya sel radang dengan adanya pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea). Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang (Brunner & Suddarth, 2011).
Rheumatoid artritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikerakteristikkan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, deformitas (Kushariyadi, 2010).
Rheumatoid artritis adalah penyakit yang terutama mengenai sendi, tetapi pada kasus berat dapat mengenai banyak oragan lain, seperti : jantung, paru, sistem saraf, dan mata. Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita, tetapi lebih sering pada wanita. Usia wanita biasanya dari pertangahan sampai akhir usia dua puluhan sampai usia pertengahan lanjut. Namun, penyakit juga dapat terjadi di luar rentang usia ini. Rheumatoid artritis adalah keadaan kronik dengan masa-masa gejala menjadi lebih buruk, berkurang, atau hilang total. Penyakit itu sendiri bahkan mungkin hilang, disebut rheumatoid artritis yang padam (Robert, 2010).
Rheumatoid adalah suatu sindrom dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan sindroma rematik lebih banyak. Artritis adalah rada sendi yang mengakibatkan perubahan bentuk sendi. Rheumatoid Artritis adalah penyakit inflamasi siskemik kronis yang diketahui penyebabnya, di karakteristik oleh kerusakan proliferasi membrane sinovial yang menyebabkan  kerusakan pada tulang sendi ankilosis deformitas (Kushariyadi, 2010)  
Menurut kesepakatan para ahli dibidang Rheumatoid (cabang ilmu yang mempelajari tentang penyakit rheumatoid), tanda dan gejala penyakit rheumatoid artritis adalah nyeri, pembengkakan, dan kekuatan sendi, menjadi lemah. Penderita rheumatoid artritis juga akan mengalami tanda keterbatasan mobilitasi saat beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari, dan adanya perubahan bentuk tulang dan sendi. Penderita dapat mengeluh gejala sistem organ lain meskipun tidak biasa. Salah satu yang paling sering adalah nyeri dan kemerahan akibat peradangan berbagai bagian mata (Kusharyadi, 2010).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa rheumatoid artritis adalah penyakit inflamasi non bakterial yang menyerang sendi, penyakit ini biasa terjadi pada pasien pria dan wanita, tetapi lebih sering pada wanita pada usia pertengahan sampai usia lanjut (Lansia).
2.      Penyebab
Penyebab Rheumatoid Artritis belum ditemukan. Tetapi, menurut beberapa teori tentang penyakit persendian ini terjadi saat mekanisme pertahanan tubuh bereaksi melawan agen pencetus. Respon imun menyebabkan pengumpulan sel-sel radang ( limfosit dan makrofag) dalam membrane sinoval. Enzim yang dilepaskan dari sel-sel yang meradang menyebabkan kerusakan tulang dan rawan dalam sendi. Bila tidak diberikan pengobatan, perlahan-lahan akan mengakibatkan deformasi sendi yang lebih parah (Kushariyadi, 2010)
Meskipun penyebab rheumatoid artritis belum ditemukan, diketahui bahwa penyakit ini terjadi saat mekanisme pertahanan tubuh bereaksi terhadap agen pencetus dan mencoba membasminya. Respon imun menyebabkan pengumpulan sel-sel radang (limfosit dan makrofag) dalam membrane sinovial. Enzim yang dilepaskan dari sel-sel yang meradang menyebabkan  kerusakan tulang dan rawan dalam sendi. Bila tidak diberikan pengobatan, perlahan-lahan terjadinya deformitas sendi (Robert, 2010).
Rheumatoid artritis masih belum diketahui secara pasti walaupun banyak hal mengenai patologis penyakit ini telah terungkap. Penyakit ini belum dapat dipastikan mempunyai hubungan dengan faktor genetik. Namun, berbagai faktor(termasuk kecenderungan genetik) bisa mempengaruhi reaksi autoimun, faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya rheumatoid artritis dalah jenis kelamin, keturunan, dan infeksi (Aizizah, 2011).
Dua akibat respon peradangan yang menarik adalah pembentukan factor rheumatoid dan nodul rheumatoid. Factor rheumatoid adalah antibody yang dibentuk dalam jumlah besar pada orang dengan penyakit ini dan paling jarang pada artritis lain, jumlah faktor rheumatoid dalam darah dapat diukur dan ini membentuk dasar untuk uji sederhana untuk melihat apakah penderita memiliki penyakit ini (Robert, 2010).
3.      Gejala rheumatoid artritis
Adanya nyeri, pembengkakan, dan kekakuan sendi yang terkena adalah gejala utama rheumatoid artritis. Yang khas, sendi kecil tangan dan kaki, misalnya, sendi buku jari dan tumit kaki terkena pertama kali, tetapi sendi lain dapat terkena, terutama pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, siku, bahu, dan pangkal paha. Jumlah sendi yang terkena bergantung pada beratnya penyakit, yang dapat sangat beragam (Robert,2010).
Gambaran khas yang membedakan dari yang lain adalah simestris penyakit ini yaitu: bila satu sendi pada satu sisi tubuh terkena, sendi yang sama pada sisi lain biasanya terkena. Hal ini disebut poliarthritis simetris dan khas untuk rheumatoid artritis, terutama bila penyakitnya terjadi pada wanita muda sampai usia pertengahan (Robert,2010).
Biasanya kekakuan sendi merupakan hal pertama yang paling menonjol di pagi hari dan lamanya sering disertai rasa tak enak badan dan lelah menyeluruh, yang mencerminkan bahwa penyakit ini mengenai seluruh tubuh (Robert, 2010).  
4.      Manifestasi klinis Rheumatoid artritis
Nyeri, pembengkakkan, dan  nyeri tekan mula-mula terasa di  sekitar sendi dengan lokasi yang tidak jelas. Nyeri di sendi yang tertekan di perparah oleh gerakan, merupakan menifestasi tersering rheumatoid artritis. Secara klinis, peradangan sinovium menyebabkan nyeri tekan, pembengkakkan dan keterbatasan gerakan. Pada pemeriksa sendi, terutama sendi besar misalnya lutut teraba hangat tetapi jarang terjadi eritema (Rosyadi,2013).
5.      Penatalaksanaan
Tujuan utama dari program pengobatan adalah untuk menghilangkan nyeri dan peradangan, mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari klien, serta mencegah dari/atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi. Penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan itu meliputi pendidikan, istirahat, latihan fisik dan terapi, gizi, serta obat-obatan (Nigsih dan lukman, 2011).
Penatalaksanaa rheumatoid artritis dibagi menjadi dua, nonfarmakologi dan farmakologi.
a.      Nonfarmakologi
1)   Pendidikan kesehatan penting dalam membantu pasien untuk memahami penyakit mereka dan belajar bagaimana cara mengatasi konsekuensinya.
2)   Fisioterapi dan terapi fisik dimulai untuk membantu meningkatkan dan mempertahankan berbagai gerakan, meningkatkan kekuatan otot, serta mengurangi rasa sakit.
3)   Terapi okupasi dimulai untuk membantu pasien untuk menggunakan sendi dan tendon efesiensi  tanpa menekan struktur ini, membantu mengurangi ketegangan pada sendi dengan splints dirancang khusus, serta menghadapi kehidupan sehari-hari melalui adaptasi kepada pasien dengan lingkungan dan penggunaan alat bantu yang berbeda.
Metode pereda nyeri nonfarmakologi biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Meskipun tindakan  tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-obatan, tindakan tersebut tindakan tersebut mungkin diperlukan atau sesuai untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal lain, terutama saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari, mengkombinasikan teknik nonfarmakologi dengan obat-obatan mungkin cara yang paling efektif untuk menghilangkan nyeri.
1)   Terapi es dan panas
Terapi es (dingin) dan panas dapat menjadi strategi pereda nyeri yang efektif pada beberapa keadaan, keefektifan dan mekanisme kerjanya memerlukan studi lebih lanjut. Diduga bahwa terapi es dan panas bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-nonreseptor) dalam bidang reseptor yang sama seperti pada cedera.
2)  Teknik relaksasi progresif
Menurut Schulz-Stubner, meneliti aktivitas otak saat relaksasi untuk menekan nyeri, adalah mereka melihat adanya penurunan aktivitas di daerah jaringan nyeri (pusat presepsi nyeri) dan peningkatan aktivitas pada area otak lainnya saat relaksasi. Peningkatan tersebut bias spesifik bisa juga tidak tetapi jelas melakukan sesuatu hal yang menurunkan atau menghambat signal nyeri masuk ke struktur kortikal. Jaringan nyeri berfungsi system relay. Input signal nyeri berasal dari saraf perifer di daerah dimana rangsangan nyeri diberikan,kemudian masuk kedalam spinal cord dimana informasi di proses dan disalurkan ke dalam batang otak. Dari sini signal menuju area otak tengah dan akhirnya masuk ke dalam korteks otak yang berkaitan dengan presepsi sadar terhadap stimulus eksternal seperti nyeri. Proses yang terjadi pada jaringan nyeri bagian bawah gambarannya terlihat sama antara saat kondisi relaksasi ataupun tidak, namun pada kondisi relaksasi aktivitasnya menurun pada daerah atas (korteks) yang berperan terhadap presepsi nyeri. (Chandra, 2011 dalam Primatama,2014, http://www.thesis.umy.ac.id, diperoleh tanggal 12 Mei 2016).
3)  Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesic yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis.Teknik ini mungkin membantu dalam memeberikan perbedaan nyeri terutama dalam situasi sulit.
b.      Farmakologi
Obat-obatan dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit. Nyeri hampir tidak dapat dipisahkan dari rheumatoid artritis, sehingga ketergantungan terhadap obat harus di usahakan seminimum mingkin. Obat utama pada rheumatoid arthritis adalah obat nonstereoid (NSAID)
Obat inflamasi nonstereoid bekerja dengan menghalagi proses produksi mediator peradangan. Tepatnya menghambat sintesis prostasikin, tromboksa, dan radikal-radikal oksigen. Serta untuk tindakan ortopedi meliputi tindakan bedah rekontruksi.
6.      Bahaya dan Komplikasi Rheumatoid artritis
Komplikasi dan bahaya rheumatoid artritis terkait dengan sendi, karena penggunaan dan posisi yang tidak benar selama stadium akut, dapat timbul deformitas, yang menyebabkan tidak dapat digunakannya bagian yang terkena. Akibatnya, dapat terjadi penciutan sendi yang menyebabkan keterbatasan gerak dan fungsi. Kemungkinan lain, sendi menjadi tidak stabil karena kerusakan ligament. Ketidakstabilan ini dapat menyebabkan disloakasi sendi (Robert, 2010).
Selain komplikasi yang khas in, terkenanya organ lain dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut. Khususnya, penderita dengan rheumatoid artritis lebih rentan infeksi, terutama infeksi dada dan infeksi bakteri pada sendi. Komplikasi lain yang terkait dengan hilangnya fungsi juga dapat timbul. Jadi, penderita mungkin sulit melakukan gerakan fisik yang normal (Robert, 2010).
7.      Pengobatan Rheumatoid artritis
Pada pengobatan rheumatoid artritis harus di program yang tepat. Pendekatan yang bisa dilakukan adalah meresepkan obat anti nyeri seperti aspirin atau senyawa serupa. Senyawa ini mengurangi peradangan yang ada dalam membran sinovial sendi dan menghasilkan penurunan nyeri dan pembengkakan karena perbaikan fungsi. Banyak penderita menemukan pil ini saja cukup mengatasi nyeri dan mereka dapat menjalankan kehidupan relative normal (Robert, 2010).
Dengan demikian, obat anti radang menjadi lini pertama pengobatan dan dapat digabung dengan terapi fisik. Bila penyakit berkembang (biasanya terlihat pada sinar X sebagai destruksi tulang yang meningkat), mungkin diperlukan terapi lini kedua. Ini biasanya menggunakan obat yang sedikit lebih toksik ysng terbukti dapat memperlambat atau menghentikan pemburukan penyakit. Senyawa ini, antara lain garam emas dan penisilamin. Garam emas biasanya diberikan denga suntikan per minggu, per dua minggu, atau perbualan ( Robert, 2010).
Penisilamin berbentuk tablet, kedua senyawa ini tampaknya mengubah penyakit dan pada beberapa orang bahkan menghentikan total. Namun, senyawa ini memiliki efek samping serius yang mengenai ginjal dan air seninya diperiksa tiap minggu. Dengan cara ini, kelainan yang diinduksi obat dapat terdeteksi dini sebelum terjadi kerusakan serius, kemudian obat dapat dihentikan (Robert, 2010).
Pada beberapa penderita, obat lini kedua ini tidak efektif dan digunakan obat lini ketiga. Obat lini ketiga yang paling sering adalah azatiprin, siklofosfamid, metotreksa, dan klorambusil. Obat-obatan ini mengubah kerja sistem imun seperti membuat tidak merusak membran sinovial. Obat steroid juga dapat dikendalikan dengan satu atau gabungan pil-pil ini, pembedahan juga dapat berguna. Kadang lapisan sendi yang meradang (membran sinovial) diangkat meskipun efek operasi sinovektomi ini tidak permanen dan masalah akan kambuh(Robert, 2010).
Deformitas sendi dapat diperbaiki dengan operasi seperti perbaikan tendon dan ligament di sekeliling sendi. Jenis pembedahan yang paling penting adalah penggantian sendi yang sakit dengan sendi buatan, terutama pangkal paha, lutut, dan sendi buku jari (Robert, 2010).
Terapi kesehatan kerja dan terapi fisik juga berperan untuk rheumatoid arthritis. Olahraga mempertahankan kekuatan otot dan gerakan dan otot, mencegah deformitas sendi. Penderita dapat dilatih untuk melakukan kegiatan sehari-hari, seperti berpakaian, memasak, dan mencuci. Hal ini memampukan penderita melakukan banyak pekerjaan penting (Robert, 2010).
8.      Macam – macam penyakit rheumatoid arthritis
a.   Rheumatoid Artritis Servikal
Rheumatoid Artritis servikal adalah suatu peradangan nonbacterial pada sendi tulang servikal. Kondisi ini merupakan sekelompok penyakit jaringan penyambung difusi yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya (Muttaqin, 2012).
b.   Rheumatoid Artritis Pinggul
Rheumatoid artritis pinggul adalah suatu peradangan nonbacterial pada sendi pinggul. Penyakit ini merupakan salah satu dan sekelompok penyakit jaringan penyambung difusi yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui penyebabnya (Muttaqin, 2012).
c.   Rheumatoid artritis sendi lutut
Rheumatoid artritis sendi lutut adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat progresif kronis mengenai sendi lutut dan tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini, rheumatoid artritis lutut diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi (Muttaqin, 2012).
d.   Rherumatoid Artirits sendi bahu
Rheumatoid artritis sendi bahu adalah penyakit inflamasi nonbacterial yang bersifat progresif kronis mengenai sendi bahu tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini, rheumatoid artritis sendi bahu diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi (Muttaqin, 2012).

e.   Rheumatoid artritis sendi siku
Rheumatoid artritis sendi siku adalah penyakit inflamasi nonbakterial yang bersifat progresif kronis mengenai sendi siku tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini, rheumatoid artritis sendi siku diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi (Muttaqin, 2012).
f.    Rheumatoid artritis sendi tangan
Rheumatoid artritis sendi tangan adalah penyakit inflamasi nonbacterial yang bersifat progresif kronis mengenai sendi tangan tidak diketahui penyebabnya. Pada saat ini, rheumatoid artritis sendi tangan diduga disebabkan oleh factor autoimun dan infeksi (Muttaqin, 2012).

Comments

Popular posts from this blog

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )