TES TOLERANSI LATIHAN PADA GANGGUAN KARDIOVASKULER
1. Pengertian
Tes toleransi latihan ( ETT ) adalah merekam aktivitas
kelistrikan jantung selama latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen pada jantung. Latihan fisik yang dilakukan pasien dapat berupa pasien berjalan pada ban
berjalan atau treadmill, bersepeda
statis atau atau naik turun tangga. Pasein dilatih dengan meningkatkan kecepatan
berjalan dan mencondongkan ban berjalan atau meningkatkan beban sepeda statis secara bertahap. Selama latihan
gambaran monitor elektrokardiografi, heart rate dan tekanan darah selalu dipantau
dan dianalisa.
2. Penggunaan
Tes toleransi latihan
dilakukan untuk mendeteksi secara dini kelainan-kelainan jantung,
seperti pada keadaan-keadaan :
Aterosklerosis koroner menimbulkan gejala dan komplikasi sebagai akibat
penyempitan lumen arteri dan penyumbatan aliran darah ke jantung. suplay darah
yang tidak adekuat ( iskhemik ) yang
ditimbulkan sel – sel otot kekurangan komponen darah. Manifestasi utama
ischemia miokardium adalah nyeri dada. Salah satu factor yang dapat menimbulkan
nyeri angina adalah latihan fisik karena kebutuhan oksigen jantung meningkat.
Diagnosa ini salah satunya dapat
ditegakkan dengan stress tes, terutama pada ischemia tersamar (secara obyektif
ischemia yaitu dengan stress tes tetapi pasien tidak menunjukkan gejala).
Pasien dengan factor resiko terhadap coronary artery
diseases dapat ditelusuri dari riwayat kesehatan, sebagai bagian dari
pengkajian kardiovaskuler terutama factor resiko. Factor resiko dibedakan
menjadi dua yaitu yang tidak dapat
dirubah (riwayat keluarga dengan masalah jantung, peningkatan usia, jenis
kelamin, ras) dan dapat dirubah ( kadar kolesterol, tinggi tekanan darah,
merokok, kadar glukosa darah, obesitas, inaktivitas fisik, stress, penggunaan
kontrasepsi oral).untuk meyakinkan kondisi pasien dengan riwayat tersebut maka
diperlukan diagnosa dini untuk menentukan kesehatan pasien.
Mengevaluasi kemampuan latihan ketika pasien tidak dapat
menjelaskan tentang kelelahan dan nafas
pendek, pada keadaan ini pasien kadang tidak
dapat menentukan penyebab dari adanya perubahan dalam tubuhnya hal akan
mempersulit dalam menegakkan diagnosa. Untuk membantu menegakkan diagnosa maka
dokter akan melakukan salah satu tes diagnosa yaitu stress tes. Fokus utama
pengkajian adalah terhadap curah jantung dan perubahan pola EKG. Bila
curah jantung berkurang, maka jumlah oksigen yang mencapai jaringan akan berkurang. Dengan berkurangnya oksigen ini
akan menimbulkan rangsangan syaraf simpatik untuk memenuhi kebutuhan aksigen
dan menurunnya metabolisme sel sehingga
akan menimbulkan kelelahan.
Mengevaluasi respon tekanan darah terhadap latihan pada
pasien dengan borderline hipertensi. Tes toleransi latihan pada kasus ini
digunakan untuk membedakan bahwa peningkatan tekanan darah itu disebabkan oleh
rangsangan aktifitas fisik atau keadaan patologi pada system kardiovaskuler
Mengidentifikasi kelainan irama jantung, berupa disritmia adalah kelainan denyut jantung yang
meliputi gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia dapat
diidentifikasi dengan menganalisa EKG. Disritmia
dapat muncul, apabila terjadi ketidakseimbangan
pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh aktivitas normal seperti latihan atau
stress tes, hal ini terjadi karena
peningkatan respon miokardium terhadap stilumus terutama syaraf simpatik
yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
Membantu mengembangkan program latihan yang aman selama rehabilitasi. Pasien yang
mengalami serangan miokard infak akut
dan bebas dari gejala maka program
rehabilitasi aktif harus dimulai. Tujuan rehabilitasi adalah mengembangkan dan
memperbaiki kualitas hidup serta mendorong aktivitas fisik dan penyesuaian
fisik. Tujuan toleransi latihan dicapai melalui penyesuaian fisik, yang dilakukan untuk memperbaiki
efisiensi jantung.
Mengevaluasi efektivitas pengobatan pada angina dan
ischemic. Obat – obatan yang biasa
digunakan untuk meningkatkan suplai
oksigen, vasodilor , antikoagulan dan
trombolitik. Nitrogliserin menyebabkan
dilatasi arteri dan vena yang
mengakibatkan pengumpulan darah di
perifer, sehingga menurunkan jumlah
darah yang kembali ke jantung ( preload ) dan mengurangi beban kerja jantung.
3. Persiapan Pasien sebelum latihan
ini untuk keamanan pasien dan keberhasila
latihan.
- Persiapan pakaian
sebelum latihan
pasien dianjurkan untuk menggunakan sepatu olah raga bersole dari karet, celana yang nyaman, dan
baju yang longgar
Tidur cukup sebelum latihan
Kondisi tidak segar atau stress atau emosi
akibat situasi yang menegangkan akan
menyebabkan frekuensi jantung meningkat,
akibat pelepasan adrenalin dan meningkatkannya tekanan darah, dengan demikian
beban kerja jantung akan meningkat.
Tidak diinstruksikan untuk
berhenti merokok, makan atau minum 4 jam sebelum latihan.
Makan dan
minum akan meningkatkan aliran darah ke daerah mesenteric untuk pencernaan,
sehingga menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung. Kondisi ini akan
mengakurkan hasil stress tes.
Tidak makan atau minum bahan –
bahan yang mengandung cafein selama 12 jam sebelum latihan.
Bahan – bahan yang mengandung kafein akan menimbulkan stimulasi
terhadap syaraf simpatik, hal ini akan mempengaruhi frekuensi jantung, irama,
dan tekanan darah.
Tidak minum obat – jantung
selama 1 hari sebelum test kecuali atas anjuran dokter
Obat – obatan yang di konsumsi menjelang latihan akan dapat memberikan hasil yang meraguakan.
Jika pasien menggunakan inhaler, maka dianjurkan untuk dibawah pada
saat test. Demikian juga pada pasien diabetes
jika pasien mendapatkan insulin untuk mengontrol gula darah, dianjurkan dosis
½ nya pada pagi hari dan makan 4 jam
sebelum latihan. Jika pasien mendapatkan pil untuk mengontrol gula darah, maka
jangan minum obat sampai latihan selesai. Jika pasien dimonitor glukosanya,
maka glukosa harus dicek sebelum dan sesudah latihan.
4. Pelaksanaan test
Waktu pelaksanaan berkisar 30 – 60 menit
Electrode dilekatkan pada area dinding
dada dapat dihubungkan memakai kabel dengan
electrocardiograph monitor atau dapat juga dengan menggunakan metode Telemetry alat penangkap data yang portable yang
menggunakan sistem transmisi gelombang suara dan tanpa kabel.
Pasien di ukur heart rate dan
tekanan darah sebelum latihan, pasien
melakukan ban berjalan atau treadmill,
bersepeda statis, naik turun tangga.
Latihan dimulai pada kecepatan Warming-up dan tiap tiga menit kecepatan
dinaikkan. Pengukuran tekanan darah dan
heart rate diambil di menit ke 2 pada setiap tahap.
Jarak tempuh ban berjalan atau sepeda statis adalah 2 – 3 mil/jam
Hal – hal yang harus
diperhatikan selama pelaksanaan tes
adalah : tekanan darah, heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG,
ketidaknyamanan pasien pada dada.
Latihan dihentikan pada : pasien merasa tidak nyaman pada dada, nafas
pendek, pusing, kenaikan heart rate ( maksimal 85% dari rata HR )
ketidakteraturan irama jantung, perubahan pada gambaran EKG.
-
Setelah pelaksanaan treadmill pasien
akan dimonitor 10 sampai 15 menit setelah tes selesai atau setelah irama jantung kembali ke kondisi dasar.
C. Implikasi Keperawatan
Catat obat – obat yang diminum
klien dan waktu terakhir di minum.
Anjurkan pasien Tidur cukup
sebelum latihan, tidak makan atau minum
selama 4 jam sebelum latihan, tidak makan atau minum bahan – bahan yang
mengandung cafein selama 12 jam sebelum latihan.
Jelaskan bahwa pemeriksaan untuk
melihat kelistrikan jantung pada saat jantung menerima beban yang lebih tinggi.
Jelaskan waktu melaksanaan
treadmill 30 – 60 menit.
Jelaskan bahwa dada, tangan,
kaki pasien akan dipasang electrode yang
akan di hubungkan dengan EKG atau
menggunakan telemetry
Jelaskan bahwa pemeriksaan
treadmill cukup aman karena diawasi oleh dokter atau tekniker yang mengetahui
jika terjadi kondisi kegawatan.
Anjurkan klien untuk memakai
baju yang longgar, celana yang nyaman dan sepatu yang bersol dari karet pada waktu melakukan
treadmil
Jelaskan bahwa pemeriksaan sama
dengan berlari atau bersepeda, dimana bebannya akan dinaikkan setiap tiga menit
Anjurkan klien untuk
memberitahu selama pemeriksaan apabila mengalami nyeri dada, nafas pendek,
pusing dan yang lebih penting lagi memberi kesempatan klien untuk bertanya.
Diagnosa keperawatan yang
dapat ditegakkan pada pelaksanaan latihan ini dapat berupa : Ansietas yang berhubungan dengan hasil pemeriksaan, Penurunan curah
jantung yang berhubungan dengan penyakit
jantung koroner dan erubahan perfusi
jaringan yang berhubungan dengan penurunan curah jantung sekunder terhadap penyakit jantung.
D. Pembahasan
Penyakit jantung sampai saat ini masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang cukup penting, baik di negara maju maupun negara
berkembang, seperti di indonesia merupakan penyebab kematian nomor satu.
Walaupun telah banyak kemajuan dalam penatalaksanaan dan
dan terapi namun tetap saja
penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit jantung koroner yang sering disebut dengan istilah ‘the
silence killer’
Mengingat banyaknya jumlah penderita coronary artery desease
dan kerugian yang ditimbulkan, maka dikembangkanlah suatu metode preventif
dengan berbasis tehnologi informasi yang dapat mendeteksi secara dini yang
disebut Tes Toleransi Latihan atau treadmill test. Metode ini dikembangkan dengan merekam aktivitas kelistrikan jantung selama
latihan fisik yang berdampak terhadap peningkatan kebutuhan oksigen pada
jantung.
Pada pelaksanaan tes dinding dada dibersihkan untuk
menghilangkan kotoran dan lemak juga
bila perlu bulu-bulu dada dicukur dan diberikan jelly khusus untuk mempercepat
tranmisi dari electrode ke jaringan tubuh. Electrode dihubungkan oleh kabel dengan electrocardiograph monitor ( EKG/ECG ) , dan
dapat pula menggunakan telemetry.
Telemetry adalah "satu alat penangkap data yang
portable, yang menggunakan sistem transmisi gelombang suara dan tanpa
kabel". Atau ada juga yang menyebutnya "ilmu dan tehnologi yang
menggunakan instrument pengukuran data menggunakan gelombang suara, dengan
tanpa kabel, radio, remote.
Hal – hal yang harus diperhatikan selama pelaksanaan stres tes adalah : tekanan
darah, heart rate, irama jantung, pernafasan, perubahan EKG, ketidak nyamanan
pada dada, karena bila keadaan tersebut dibiarkan akan dapat menyebabkan infark jantung yang selanjutnya sangat
membahayakan pasien.
Tes toleransi latihan atau stress tes baik monitor
langsung dengan menggunakan bakel maupun dengan telemetry merupakan alat canggih kesehatan berbasis
tehnologi informasi yang sangat berguna untuk mendeteksi kelainan jantung.
Tentu saja aplikasi tressing
tes ini sangat ditunjang dengan kemampuan sumber daya manusia yang handal baik
dokter maupun perawat dalam membaca ECG (elektocardiogram), namun saat ini
telemetry yang ada telah didesain sedemikian rupa terkoneksi dengan program
komputer yang langsung menganalisa patologi kelainan jantung pasien.
Implikasi keperawatan merupakan hal yang sangat
menunjang keberhasilan dan kelancaran pelaksanaan test, disini perawat dituntut
tidak hanya dalam komunikasi terapeutik dalam hal menyampaikan informasi
sehubungan dengan pelaksanaan test tetapi juga perawat dituntut untuk dapat menganalisa hasil dari perekaman
ECG sehingga dapat segera berkolaborasi dengan dokter untuk mengambil suatu
tindakan bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
E. Kesimpulan
Tes toleransi latihan atau stressing test merupakan alat
canggih kesehatan berbasis tehnologi informasi terutama pada aplikasi telemetry
Perawat dituntut tidak hanya dalam komunikasi terapeutik
dalma hal menyampaikan informasi sehubungan dengan pelaksanaan test tetapi juga
perawat dituntut untuk dapat menganalisa
hasil dari perekaman ECG
Daftar Pustaka
1.
Brunner & Suddarth, ( 2002
) Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta
2.
Cleveland Clinic ( 2004 ) Diagnosing Heart disease : stress test.
Diambil 14 Maret 2008 : www.yahoo.com/treadmill.urac’s
3.
Maryland Medical Center
Programs, (2001 ) Stres Test. Diambil
14 Maret 2008 www.yahoo.com/treadmill.UMHS
4.
Nettina and Sandra, (1996) The Lippingcott : Manual of Nursing Practice.
Sixth edition. Philadelphia
Washington .
5.
North Memorial Medical Center (
2000 ) Exercise stress test ECG. Diambil 15 Maret 2008 :www.yahoo.com/healthencyclopedia
6.
University of Utah Health
Scienci Center. ( 2000 ) Exercise Treadmill Test. Diambil 14 Maret
2008 :www.yahoo.com/treadmill.test
7.
Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (2007) Aplikasi Telemetry dalam
Asuhan Keperawatan pasien dengan penyakit jantung di Indonesia . Diambil 15 Maret
2008 : http://www.nurmartono.blogspot.com/
Comments