EFFUSI PLEURA MALIGNA
EFFUSI PLEURA MALIGNA
I. PENDAHULUAN
Effusi pleura
adalah terkumpulnya cairan di dalam rongga pleura dengan jumlah yang lebih
besar dari normal ( nilai normal 10-20 cc), sehingga dapat dinilai dengan
pemeriksaan radiologis dan munculnya kelainan restriktif pada paru.
Tingkat besarnya effusi
pleura ditentukan oleh faktor-faktor :
a. Jumlah cairan yang sedemikian banyak sehingga
terjadi pemburukan fungsi restriktif.
b. Kecepatan pembentukan cairan. Makin cepat terjadi
pembentukan cairan makin memperburuk keadaan penderita.
c. Jenis cairan. Serohemorhagik lebih berbahaya dari
non sero hemorhagik. Memburuknya fungsi paru ini ditentukan oleh jumlah cairan
yang terbentuk dalam satuan waktu
Untuk
menggambarkan kecepatan pembentukan ini terdapat istilah effusi pleura maligna.
Dimana jumlah cairan yang terbentuk jauh lebih besar dari jumlah cairan yang
diabsorbsi sehingga menimbulkan kelainan fungsi restriktif selain dari
pergeseran alat-alat mediastinal, pembentukan cairan ini disebabkan oleh keganasan.
Bila terjadi
pergeseran alat mediastinal baik yang disebabkan oleh terbentuknya cairan
maupun karena aspirasi cairan, kedua keadaan dapat menimbulkan kegawatan paru.
Persoalan pokok
pada penderita effusi pleura maligna adalah mengatasi penambahan jumlah cairan yang terjadi secara massive
dalam waktu singkat. Makin tinggi kecepatan pembentukan cairan pleura makin
tinggi pula tingkat kegawatan yang terjadi. Para penyelidikan juga membuktikan
bahwa pembentukan cairan pleura karena tumor ganas baik metastasis ataupun
primer dari pleura merupakan tanda prognosa yang buruk.
II.
ETIOLOGI
Sebagian besar
penyebab dari effusi pleura maligna ditimbulkan oleh tumor ganas paru, dan
dapat disebabkan pula oleh berbagai penyakit antara lain infeksi (TBC, virus,
parasit, jamur atau berbagai kuman lainnya). Sedangkan secara teoritis dapat
timbul oleh karena malnutrisi, kelainan sirkulasi limphe, trauma thorak,
infeksi pleura, sirosis hepatis, meigh syndrome, sub phrenic abses, vena cava
superior syndrome, SLE, rheumatoid artritis dan radioterapi mediastinal serta
berbagai sebab yang belum jelas (idiopatik).
Dari berbagai
penyebab ini keganasan merupakan sebab yang terpenting ditinjau dari kegawatan
paru dan angka ini berkisar antara 43-52 %. Berdasarkan jenis tumornya bisa karena
tumor primernya atau metastasis dari tempat lain. Tumor-tumor primer lebih
jarang menyebabkan effusi pleura dari pada tumor metastasis. Akan tetapi bila
terdapat mesotelioma sebagian besar akan menyebabkan effusi pleura maligna.
Tumor-tumor
pleura yang sering menimbulkan cairan pleura antara lain bronchogenig ca, ca
mamma, limphoma atau tumor-tumor dari tempat lain seperti colon, rectum,
abdomen, cervic, renal, kelenjar adrenal, pankreas, esophagus, thyroid, testis,
osteogenic sarcoma dan multiple myeloma.
III. PATOGENESIS
Patogenesis terbentuknya
effusi pleura dapat dibagi antara lain:
1. Non Malignancy
Dalam
keadaan fisiologi cairan pleura berkisar antara 10-20 cc dan cairan ini
bervariasi pada latihan fisik. Sedangkan tekanan hidrostatik intra pleura adalah
minus 5 cm H2O. Menurut teori driving pressure adalah sama dengan perbedaan
tekanan hidrostatik ( tekanan intra pleura dikurangi tekanan hidrostatik
kapiler dikurangi dengan tekanan hidrostatik antara kapiler dan tekanan ini
besarnya 6 cmH2O). Jadi dasar pembentukan cairan ini adalah perbedaan tekanan
hidrostatik lebih besar dari tekanan osmotik.
Pada
pleura visceralis terjadi sebaliknya dimana perbedaan tekanan osmotik lebih
besar dari pada tekanan hidrostatik. Pada pleura visceralis terjadi pengisapan
cairan dengan kekuatan pengisapan sama dengan perbedaan tekanan osmotik intra
kapiler dan intra pleura (reabsorbsion pressure 9 mmHg)
Sebagaimana
diketahui tekanan hidrostatik intra kapiler pada pleura parietalis 30 mmHg,
tetapi tekanan hidrostatik kapiler pada pleura visceralis 11 mmHg. Sedangkan faktor yang lain dapat
dianggap konstan , yakni tekanan hidrostatik intra pleura 5 mm Hg, tekanan
osmotik intra pleura 6 mmHg dan tekanan osmotik intra kapiler 32 mmHg. Dengan
perkataan lain di pleura parietalis berlaku rumus:
PD =
(PHC-PHP)-(POC-POP)
= (30-(-5)-(32-6)
= 9 cmH2O
Pada pleura
visceralis :
PD =
(11-(-5)-(321-6)
= - 10 cmH20
Secara teoritis
pembentukan cairan dapat dibagi atas :
A.
Eksudat
a.
Permeabilitas kapiler pleura bertambah
b.
Pengaliran cairan limphe rongga pleura terhambat
B.
Transudat, yang terdapat pada :
a.
Bendungan sistemik dari arteri pulmonalis
b.
Hipoproteinemia disertai merendahnya koloid osmotik
plasma
c.
Tekanan intra pleura yang sangat negatif
d.
Perembesan transudat intra peritoneal melalui sistem
limpha dan menembus diaphragma ke rongga pleura.
2. Effusi pleura maligna
Pada effusi
pleura maligna faktor-faktor fisiologis ini tidak lagi dapat diperhitungkan
oleh karena faktor mekanisme pembentukan cairan memberikan gambaran patologis :
a.
Erosi pembuluh darah dan pembuluh limphe
b.
Obstruksi pembuluh darah atau pembuluh limphe
c.
Effusi oleh karena skunder infeksi dari tumor
d.
Implantasi sel tumor pada pleura
Pembentukan
cairan yang demikian menyebabkan cairan cepat terkumpul dan bertambah dimana
terbentuk secara massive.
IV.
DIAGNOSA
Diagnosa
dari effusi pleura ditegakkan atas dasar keluhan dari penderita dan dapat
dibedakan atas
1.
Riwayat Penyakit, dimana terdapat :
a.
Keadaan uum yang lemah
b.
Terdapatnya dispneu
c.
Terdapatnya rasa nyeri dada
d.
Suhu tubuh yang tidak tetap
2.
Pemeriksaan Fisik yang ditandai dengan :
a.
Hemithorak yang kurang bergerak
b.
Vocal fremitus berkurang
c.
Perkusi redup
d.
Suara pernafasan menghilang
Secara
teoritis dapat pula ditentukan garis Ellis Damoiseu, namun pemeriksaan rontgen
laebih dapat memberikan tanda-tanda yang pasti. Pada gambaran radiologis
ditemukan gambaran perselubungan, ruang antar iga yang melebar dan desakan pada
alat mediastinum. Disamping tanda yang pasti adanya meniskus pada permukaan
cairan dan dapat dibuktikan terdapatnya pergeseran cairan pada photo lateral
decubitus.
Di
samping itu kadang-kadang suatu massa tumor memberikan gambaran Golden S sign,
dimana permukaan conveks sedangkan meniscus cairan memberikan gambaran konkaf.
Bentuk dimana didapatkan bayangan cairan pleura sering sukar dibedakan dengan
atelektasis lebih-lebih terdapat atelektasis dan cairan pleura bersama-sama
yang memberikan gambaran radiologis yang tak jarang pada kanker paru yang tumbuh intra luminer.
3.
Pleura punctie
Dapat
memastikan adanya cairan dalam pleura dan jenis cairan eksudat,
transudat,hemorhagic atu pus. Walaupun tes biokimia meliputi
alkalinephospatase, lacticodehidrogenase, amilase, glucosa, protein dan lemak
atau pemeriksaan sedimen dari pleura yaitu eritrosit, leukosit ataupun
pemeriksaan bakteriologis, akan tetapi secara makroskopis cairan ini telah
dapat dilihat.
Penyebab
yang pasti dari effusi pleura hanya ditegakkan atas dasar sel-sel ganas atau
kuman-kuman penyakit dari cairan punksi maupun biopsi pleura.
V. TERAPI
1. Aspirasi cairan pleura
Punksi
pleura ditujukan untuk menegakkan diagnosa effusi plura yang dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopis cairan. Disampng itu punksi dituukan pula untuk
melakukan aspirasi atas dasar gangguan fugsi restriktif paru atau terjadinya
desakan pada alat-alat mediastinal.
Jumlah cairan yang boleh diasirasi ditentukan
atas pertimbangan keadaan umum penderita, tensi dan nadi. Makin lemah keadaan
umm penderita makin sedikit jumlah cairan pleura yang bisa diaspirasi untuk
membantu pernafasan penderita.
Komplikasi yang
dapat timbul dengan tindakan aspirasi :
a.
Trauma
Karena aspirasi
dilakukan dengan blind, kemungkinan dapat mengenai pembuluh darah, saraf atau
alat-alat lain disamping merobek pleura parietalis yang dapat menyebabkan
pneumothorak.
b.
Mediastinal Displacement
Pindahnya
struktur mediastinum dapat disebabkan oleh penekaran cairan pleura tersebut.
Tetapi tekanan negatif saat punksi dapat menyebabkan bergesernya kembali
struktur mediastinal. Tekanan negatif
yang berlangsung singkat menyebabkan pergeseran struktur mediastinal kepada
struktur semula atau struktur yang retroflux dapat menimbulkan perburukan
keadaan terutama disebabkan terjadinya gangguan pada hemodinamik.
c.
Gangguan keseimbangan cairan, Ph, elektroit, anemia dan
hipoproteinemia.
Pada aspirasi
pleura yang berulang kali dalam waktu yang lama dapat menimbulkan tiga pengaruh
pokok :
a.
Menyebabkan berkurangnya berbagai komponen intra
vasculer yang dapat menyebabkan anemia, hipprotein, air dan berbagai gangguan
elektrolit dalam tubuh
b.
Aspirasi cairan pleura menimbulkan tekanan
cavum pleura yang negatif sebagai faktor yang menimbulkan
pembentukan cairan pleura yang lebih banyak
c.
Aspirasi pleura dapat menimbulkan skunder aspirasi.
2. Water Seal Drainage
Telah
dilakukan oleh berbagai penyelidik akan tetapi bila WSD ini dihentikan maka
akan terjadi kembali pembentukan cairan.
3. Penggunaan Obat-obatan
Penggunaan
berbagai obat-obatan pada pleura effusi selain hasilnya yang kontraversi juga
mempunyai efek samping. Hal ini disebabkan
pembentukan cairan karena malignancy
adalah karena erosi pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaan
citostatic misalnya tryetilenthiophosporamide, nitrogen mustard, dan penggunaan
zat-zat lainnya seperi atabrine atau
penggunaan talc poudrage tidak memberikan hasil yang banyak oleh karena tidak
menyentuh pada faktor patofisiolgi dari terjadinya cairan pleura.
Pada
prinsipnya metode untuk menghilangkan cairan pleura dapat pula menimbulkan
gangguan fungsi vital . Selain aspirasi thoracosintesis yang berulang kali,
dikenal ula berbagai cara lainnya yaitu :
1.
Thoracosintesis
Dapat dengan
melakukan apirasi yang berulang-ulang dan dapat pula dengan WSD atau dengan
suction dengan tekanan 40 mmHg
2.
Pleurodysis
Dapat
dipergunakan darah atau glukosa atau dengan talc poudrage dengan tujuan untuk
menghilangkan rongga pleura.
3.
Pleurectomy/ dekortikasi
Dengan tujuan
untuk menghilangkan pleura, sering dilakukan pada carcinoma mamma.
4.
Memasukan bahan-bahan radioaktif
a.
Dapat digunakan Au 198 sebanyak 75-150 mc sampai
dengan dosis 450 mc
b.
P32 (Cr P32O4) sebanyak 10-20n mc.
c.
Yetrium 90.
Walaupun berbagai
penlitian tidak menunjukkan hasil yang baik akan tetapi pada metastase
carcinoma mamma menunjukkan hasil yang lebih baik daripada carcinoma paru
primer.
5.
Citostatic intra pleura.
Zat-zat yang
digunakan biasanya :
a.
Mustargen 0,4 mg per kg berat badan digunakan dosis
20-40 mg dalam 100 cc larutan garam.
b.
Theothepa 20-50 mg intra pleura
c.
Atabrine 250 mg dalam 10 cc aquades
d.
Fluoro uracil dan mitomycine
6.
Radiasi
Radiasi pada
tumor justru menimbulkan effusi pleura disebabkan oleh karena kerusakan aliran
limphe dari fibrosis. Akan tetapi beberapa publikasi terdapat laporan
berkurangnya cairan setelah radiasi pada tumor mediastinum..
Comments