TEORI TENTANG NYERI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seorang pasien yang sedang mengalami nyeri umumnya berharap kepada perawat agar rasa nyeri yang sedang dialaminya dapat segera menghilang atau berkurang, mereka membutuhkan keadaan terbebas dari nyeri- pain relief. Tetapi bagi perawat, memenuhi permintaan tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Setiap orang memiliki persepsi yang sangat berbeda dengan orang lain terhadap nyeri yang mungkin sedang dialami. Perbedaan inilah yang mendorong perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam menyediakan peningkatan rasa nyaman bagi klien dan mengatasi rasa nyeri. Hal yang sangat mendasar bagi perawat dalam melaksanakannya adalah kepercayaan perawat bahwa rasa nyeri yang dialami oleh kliennya adalah sungguh nyata terjadi, kesediaan perawat untuk terlibat dalam menghadapi pengalaman nyeri yang dialami oleh klien dan kompetensi untuk terus mengembangkan upaya-upaya mengatasi nyeri atau pain management.
Rasa nyeri telah diidentifikasi sebagai alasan utama seseorang mencari pertolongan kepada petugas kesehatan dan mengkonsumsi obat-obatan. Sebuah studi komprehensif yang dilakukan oleh Donovan pada tahun 1995 mengungkapkan bahwa banyak orang mengalami nyeri selama beberapa tahun terakhir, rasa nyeri tersebut antara lain; nyeri kepala, nyeri punggung, dan nyeri sendi dengan frekuensi terbesar.
Strategi keperawatan utama yang spesifik dalam meningkatkan rasa nyaman bagi pasien yang sedang mengalami nyeri, bersifat non farmakologi. Sebagaimana diketahui bahwa perawat tidak memiliki wewenang untuk memberikan resep obat-obatan (intervensi farmakologikal) penghilang nyeri kepada pasien. Tindakan mengatasi nyeri – pain management, yang dapat dilakukan oleh perawat sebagai penyedia asuhan keperawatan akan diuraikan lebih lanjut didalam diktat ini.


1.2. Tujuan Penulisan
1)      Tujuan umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kebutuhuan Dasar Manusia 1
2)      Tujuan khusus
·         Untuk mengetahui definisi nyeri
·         Untuk mengetahui etiologi nyeri
·         Untuk mengetahui cara penanganan nyeri non farmakologi
·         Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penanganan nyeri non farmakologi
1.3. Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
1.2              Tujuan penulisan
1.3              Sistematika penulisan
BAB II                        PEMBAHASAN
2.1              Definisi Nyeri
2.2              Etiologi Nyeri
2.3              Klasifikasi Nyeri
2.4              Patofisiologi Nyeri
2.5              Penanganan Nyeri Non Farmakologi
2.6              Kelebihan dan kekurangan Terapi Nyeri Non Farmakologi
BAB III          PENUTUP
3.1              Kesimpulan
3.2       Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Definisi Nyeri
The International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri sebagai “an unpleasant sensory and emotional experience which we primarily associate with tissue damage or describe in terms of such damage, or both.” Definisi ini menyatakan bahwa nyeri merupakan phenomena kombinasi dari aspek sensory, emosional, dan kognitif dan eksistensi dari keadaan pathology fisik tidaklah mutlak muncul pada pasien yang sedang mengalami nyeri.  (The IASP, dalam Parrot,2002)
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual. Walaupun demikian nyeri dapat pula diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau factor lain, sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis dan lain-lain
2.2.      Etiologi Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasi kedalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab adalah trauma (mekanik, thermal, kimiawi maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain.
a.      Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka.
b.      Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas atau dingin.
c.       Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat.
d.      Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
e.       Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena tarikan, jepitan atau metastase.
f.       Nyeri pada peradangan terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri yang disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut saraf reseptor nyeri.
g.      Nyeri yang disebabkan oleh factor psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab organic, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap fisik. Nyeri karena factor ini disebut pula psychogenic pain.
2.3.      Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.
1.      Nyeri berdasarkan tempatnya
1)      Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada mukosa, kulit.
2)      Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3)      Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4)      Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat, spinal cord, batang otak, thalamus dan lain-lain.
2.      Nyeri berdasarkan sifatnya
1)      Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.
2)      Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang lama.
3)      Paroxysmal pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap sekitar 10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
3.      Nyeri berdasarkan berat-ringannya
1)      Nyeri rendah , yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2)      Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.
3)      Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi.

4.      Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1)      Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas. Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti luka operasi, ataupun pada suatu penyakit arteriosclerosis pada arteri koroner.
2)      Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
2.4.      Patofisiologi Nyeri
Berdasarkan karakteristik klinis yang muncul, timbul banyak opini mengenai jenis-jenis mekanisme terjadinya nyeri. Sebuah klasifikasi berdasarkan patofisiologi, membagi secara luas sindrom nyeri, yaitu  nociceptive, neuropathic, psychogenic, campuran atau idiopathic. Sedangkan dalam diktat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai patofisiologi nyeri nociceptive.
Secara klinis, sensasi nyeri dikatakan “nociceptive” jika nyeri tersebut secara langsung berkaitan dengan derajat kerusakan jaringan.  Nyeri nociceptive yang terjadi diasumsikan sebagai hasil dari aktivasi normal system nociceptive oleh noxious stimuli. Nociception terdiri dari empat proses : transduction, transmission, modulation dan perception.
Somatosensory secara normal memproses kerusakan jaringan yang didalam prosesnya terjadi interaksi antara system saraf afferent dan inflamasi yang menyertai.
Nociceptors (serabut delta A dan C) termasuk didalam System afferent primer, adalah  saraf efferent dengan diameter kecil dan merespon kepada noxious stimuli dan dapat ditemukan dikulit, otot, sendi dan jaringan visceral tubuh. Noxious stimuli yang dimaksud adalah Bradikinin, Prostaglandin dan substansi/zat P.
a.      Bradikinin.
Merupakan vasodilator kuat yang meningkatkan permeabilitas kapiler dan mengkonstriksi otot halus. Zat ini mempunyai peran penting dalam proses kimia dari nyeri, baik ditempat sebuah luka terjadi bahkan sebelum impuls yang dikirim sampai keotak. Zat ini merangsang pelepasan Histamin dan bersamaan dengan histamine menyebabkan kemerahan, bengkak dan nyeri biasanya akan lebih diperhatikan bila timbul peradangan.
b.      Prostaglandin.
Merupakan zat yang menyerupai hormone yang mengirim stimuli nyeri tambahan ke system saraf pusat.
c.       Substansi/zat P.
Merupakan zat yang dipercaya bertindak sebagai stimulant dilokasi reseptor nyeri  dan mungkin juga terlibat dalam respon inflamasi (peradangan) di jaringan local  (Fuller & Schaller-Ayers,1990 dalam Taylor, 1993)
Proses nociceptive dimulai dengan aktivasi receptor-receptor spesifik ini, yang mengarah ke transduksi; sebuah proses yang menyebabkan terjadinya depolarisasi saraf peripheral akibat terpajannya saraf dengan stimulus yang tepat.
Setelah depolarisasi terjadi, transmisi dari informasi berlanjut ke akson disepanjang medulla spinalis menuju otak. Kemudian terjadilah proses perubahan bentuk sinyal (modulasi) terhadap input disetiap tingkatan neuroaksis. Perubahan  ini melibatkan aktiivitas saraf afferent dan efferent, dan terjadi di bagian dorsal horn dari medulla spinalis. Informasi yang sampai dihipothalamus dan struktur otak lain kemudian dikenali sebagai rasa nyeri. Proses ini disebut  perception.


DAFTAR PUSTAKA
Baresford, Larry.1998. A piece of pain Relief. Chicago : Hospital and Health Network.
Hilton. A.P. 2004. Fundamental Nursing Skills. USA : Whurr Publisher Ltd
Kozier,et.al. 2004.  Fundamentals of nursing ; concepts, process and practice Seventh  edition. United States: Pearson Prentice Hall
Parrott T.2002. Pain Management in Primary-Care Medical Practice. In: Tollison CD, Satterthwaithe JR, Tollison JW, eds. Practical Pain Management. 3rd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins
Potter, P.A & Perry, A.G.(1993). Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Third edition. St.Louis: Mosby Year Book


Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

Gizi Untuk Usia Sekolah Dan Remaja