LAPORAN PENDAHULUAN PARKINSON ( LP PARKINSON )

BAB I
PENDAHULUAN


1.1         LATAR BELAKANG
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga. Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang mengalami gangguan penggerakan.

Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminerik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan wanita seimbang. 5-10% orang yang terjangkit penyakit Parkinson, gejala awalnya muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-umumnya mencapai 1,6% di Eropa, meningkat dari 0,6% pada usia 60-64 tahun sampai 3,5% pada usia 85-89 tahun.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita Parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia sesuai dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa 18-85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, lelaki lebih banyak terkena di banding perempuan (3:2) dengan alasan yang belum diketahui.



1.2         RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian penyakit parkinson?
b.      Apa penyebab penyakit parkinson?
c.       Bagaimana patofisiologi penyakit parkinson?
d.      Apa manifestasi klinis penyakit parkinson?
e.       Apa saja klasifikasi penyakit parkinson?
f.       Apa saja penatalaksanaan medis penyakit parkinson?
g.      Apa saja pemeriksaan penunjang penyakit parkinson?
h.      Apa saja komplikasi penyakit parkinson?
i.        Bagaimana rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit parkinson?

1.3         TUJUAN
a.       Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami konsepenyakit parkinson.
b.      Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit parkinson.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1         KONSEP DASAR PENYAKIT
A.      Definisi
Penyakit Parkinson adalah penyakit persyarafan kronis yang disebabkan oleh perubahan patologis pada ganglia basal dari serebrum, dimana mengakibatkan kekurangan dopamine yang mempengaruhi pergerakan tubuh dan tonus otot. (Widagdo, wahyu. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan sistem Persyarafan. 2008. Hal 179)
Penyakit Parkinson merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan.  karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan ), tremor, dan kekakuan otot. (Smeltzer dan Bare, 2002. Hal 2188)
Parkinsonisme merupakan istilah dari suatu sindrom yang ditandai dengan tremoritmi, bradikinesia, kekakuan otot, dan hilangnya reflex-refleks postural. Kelainan pergerakan diakibatkan oleh defek jalur dopaminergenik (produksi dopamine ) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus striatum (nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis). (Muttaqin, arief. 2008. Hal 334)
Jadi penyakit Parkinson adalah suatu sindrom yang menyerang neurologis yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengontrol gerakan yang disebabkan oleh defek jalur dopaminergenik (pruduksi dopamine) yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus striatum (nucleus kaudatus dan nucleus lentikularis) dengan karakteristik yang muncul berupa bradikinesia (perlambatan gerakan), tremor dan kekakuan otot.
B.       Etiologi
Sebagian besar penyebab kasus ini dianggap tidak diketahui atau idiopatik. Parkinsonisme idiopatik adalah penyakit parkison atau paralisis agitans. Merupakan suatu penyakit progresif lambat yang menyerang usia pertengahan tahun atau lanjut, dengan awitan (onset) khas pada usia 50an dan 60an. Tidak ditemukan sebab genetik yang jelas dan tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkannya. Beberapa kasus oleh penggunaan phenothiazine, virus atau gangguan sistem vaskular.

C.      Patofisiologi
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada otak (substansia nigra merupakan kumpulan neukleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpustriatum)
Salah satu neuro transmitter mayor didaerah otak ini dan bagian-bagian lain pada sistem sarap pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat control gerakan. Secara normal dopamine memiliki konsentrasi yang tinggi dibagian-bagian otak tertentu, namun pada penyakit Parkinson konsentrasi dopamine menipis dalam substansia nigra dan korpus stiatum. Penipisan kadar dopamine dalam basal ganglia yang berhubungan dengan adanya bradikinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah selebri regional menurun pada klien dengan penyakit Parkinson dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologis dan biokimia menunjukan bahwa klien demensia dengan penyakit Parkinson mengalami penyakit penyerta alzaimer. Pada kebanyakan klien, penyebab penyakit tersebut tidak diketahui. Parkinsonisme atetiosklerosis terlihat lebih sering terjadi pada kelompok usia lanjut. Kondisi ini menyertai ensepalitis, keracunan, atau toksisitas (mangan, karbonmonoksida), hipoksia atau dapat akibat pengaruh obat.


D.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinik klien dengan penyakit parkinson adalah  :
1.      Kekakuan, dimana ada pada proses penyakit dan perkembangan waktu selanjutnya.
2.      Mask like facies
3.      Kesulitan untuk menelan dan mengunyah
4.      Penekanan pada pernapasan (keterbatasan dalam ekspansi dada, menurunya suara pernapasan).
5.      Perubahan pola bicara
a)      Lembut, suara low-pitched
b)      Dysarthria
c)      Echolia (pengulangan secara otomatis tentang apa yang orang katakan)
d)     Pengulangan kalimat
6.      Perubahan sikaf berjalan:
a)      Sikap berhenti dengan kekakuan pada tubuh.
b)      Truncal rigidity
c)      Gerakan tubuh seperti robot.
d)     Pada saat berdiri, jari abduksi dan fleksi pada sendi metacarpopha-langeal dan pergelangan tangan sedikit dorsofleksi.
e)      Pada saat berjalan, lengan cenderung tidak bergerak
f)       Lambat dan berjalan diseret, pendek, terputus-putus : propulsive gait (lambat untuk mulai tetapi menambah kecepatan hampir melangkah cepat)
g)      Bradikenesia, dimana klien tidak bisa bergerak.
h)      Tremor pada saat istirahat, tremor hilang pada saat tidur.
7.      Hipotensi ortostatik.
8.      Berkeringat berlebihan.
9.      Kulit berminyak.
10.  Seborrhoea.
11.  Perubahan tekstur kulit.
12.  Disfungsi pencernaan, seperti konstipasi berat.
13.  Kelabilan emosional, depresi dan paranoid.

E.       Klasifikasi
Penyakit Parkinson dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan yaiti :
Tingkat I
Tingkat awal
a.       Kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan.
b.      Sedikit kelemahan
c.       Tangan dan lengan bergetar
Tingkat II
Tingkat ringan
a.       Kerusakan pada kedua belah tungkai dan lengan.
b.      Wajah seperti berkedok.
c.       Gaya berjalan diseret dan pelan
Tingkat III
Tingkat sedang
a.       Gangguan jalan makin meningkat
Tingkat IV
Cacat berat
a.       Akinesia.
b.      Rigidity
Tingkat V
Ketergantungan penuh

F.       Penatalaksanaan Medis
1.      Penatalaksanaan farmakologi.
Sasaran tindakan adalah untuk meningkatkan transmisi dopamine. Teteapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, anhibitor monoamine oksidasi (MAO), dan antidepresi. Beberapa obat ini menyebabkan efek samping psikiatrik pada lansia meliputi :
a)      Antihistamin.
Antihistamin mempunyai mempunyai efek sedative dan antikolinergik pusat ringan, dapat membantu dalam menghilangkan tremor.


b)      Terapi antikolinergik
Agen antikolinergik (triheksifenidil, prosiklidin, dan benzotropin mesilat) efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan Parkinson. Obat-obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agen ini menghilangkan aksi asetilkolin pada sistem saraf pusat, efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondusi akut. Kemudian tekanan intraocular dipantau ketat karena obat-obat ini kontra indikasi pada klien dengan glaucoma meskipun glaucoma yang diderita oleh klien hanya sedikit. Klien dengan hyperplasia prostatic dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine.
c)      Amatidin hidroklorida.
Amatidin hidroksida (symmetrel), agen antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit Parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremoe dan bradikinesia. Agen ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamine dari daerah penyimpanan didalam saraf. Reaksi efek samping terdiri atas gangguan psikiatrik (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing dan gangguan penglihatan.
d)     Terapi levodopa.
Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, saat ini merupakan agen yang palinh efektif untuk pengobatan pada penyakit Parkinson. Levodopa diubah dari (MD4)L, dan (MD4)-dopa menjadi dopamine pada basal ganglia. Seperti disebutka diatas dopamine dengan konsentrasi normal yang terdapat didalam sel-sel substansia nigra menjadi hilang pada klien dengan penyakit Parkinson. Gejala yang hilang juga dapat terjadi akibat kadar dopamine yang lebih tinggi akibat pemberian levodopa.
e)      Inhibitor MAO
Eldepril adalah salah satu perkembangan dalam farmakoterapi penyakit Parkinson. Obat ini menghambat pemecahan dopamine: sehingga peningkatan jumlah dopamine tercapai, tidak seperti bentuk penyakit lain, agen ini secara nyata memperlambat kemajuan penyakit.
f)       Antidepresan
Antidepresan trisiklik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit Parkinson.
2.      Penatalaksanaan pembedahan.
Meskipun banyak pendekatan yang berbeda saat ini, penatalaksanaan pembedahan terhadap penyakit Parkinson masih menjadi bahan penelitian dan controversial. Pada beberapa klien yang cacat tremor atau diskinesia akibat levodopa berat, pembedahan dapat dilakukan. Walaupun pembedahan dapat mengurangi gejala pada klien tertentu, namun hal ini tidak menunjukan adanya perubahan perjalanan penyakit atau perkembangan kearah permanen. Prosedur pembedahan stereotaktik dapat dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi.
Pendekatan lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam upaya membuat pelepasan kembali dopamine normal. Transplantasi saraf pada medulla adrenal klien kedalam basal ganglia efektif mengurangi gejala pada sebagian kecil klien. Transplantasi sel-sel saraf menggunakan jaringan fetus telah dicoba. Penelitian tentang hal ini dan pembedahan lain serta pendekatan yang tidak melalui pembedahan masih terus dilakukan.
G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Tidak ada pemeriksaan laboratorium atau pencitraan yang dapat memastikan diagnosis Parkinson. Tujuan pemeriksaan tersebut untuk menyingkirkan diagnosis banding.
2.      Pemeriksaan pencitraan yang dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis Parkinson adalah Positron Emission Tomography (PET) dan Single Photon Emission CT (SPECT) tetapi tidak dianjurkan sebagai standar.

H.      Kompilkasi
1.      Infeksi saluran perkemihan
2.      Gangguan fungsi pernafasan
3.      Gangguan okulomotorius (pandangan yang kabur)
4.      Kelelahan dan nyeri
5.      Kekurangan nutrisi
6.      Sulit BAB
7.      Dementia (pikun)
8.      Kekakuan otot tenggorokan
9.      Hipoglikemia
10.  Kematian

2.2         KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A.      Pengkajian
1.      Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur (lebih sering pada kelompok usia lanjut, pada usia 50an dan 60an), jenis kelamin (lebih banyak pada laki-laki), pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
2.      Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pada anamnesis, sering klien megeluhkan adanya tremor pada salah satu tangan dan lengan, kemudian kebagian yang lain, dan akhirnya bagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral. Karakteristik tremor dapat berupa lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari. Keadaan ini meningkat bila klien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas dan muncul pada saat klien beristirahat.
Keluhan lainnya pada penyakit meliputi adanya perubahan pada sensasi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Adanya keluhan rigiditas deserebrasi, berkeringat, kulit berminyak dan sering menderita dermatitis seboroik, sulit menelan, konstipasi, dan gangguan kemih yang diperberat oleh obat-obat antikolinergik dan hipertrofi prostat.
4.      Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan, aspirin, vasodilator, dan penggunaan obat-obat antikolinergik dalam jangka waktu lama.
5.      Riwayat  penyakit keluarga
Walaupun tidak ditemukan adanya hubungan penyakit parkinson dengan sebab genetik yang jelas, perawat perlu melakukan pengkajian riwayat penyalit pada keluarga. Pengkajian dilakukan dengan menanyakan apakah ada anggota keluarga terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes melitus. Hal ini diperlukan untuk melihat adanya komplikasi penyakit lain yang dapat mempercepat progresifnya penyakit.
6.      Riwayat psiko-sosio-spiritual
Apakah klien mengalami dampak yang timbul akibat penyalit seperti ketakutan akan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan citra tubuh).
Adanya perubahan hubungan dan peran disebabkan oleh karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan berbicara. Pola persepsi dan konsep diri yang ditemukan adalah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terpenting pada klien dengan penyakit parkinson adalah tanda depresi. Manifestasi mental muncul dalam bentuk penurunan kognitif, persepsi, dan openuruna  memori (ingatan). Beberapa manifestasi psikiatrik (perubahan kepribadian, psikosis, limensia, konfusi akut) umumnya terjadi pada lansia.
7.      Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data yang diperoleh dari pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem dan terarah dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan sistem persarafan dan dihubungkan dengan keluhan klien.
1.      Keadaan umum
Klien dengan penyakit Parkinson umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital, yaitu bradikardi, hipotensi, dan penurunan frekwensi pernafasan.
a.       Sistem respirasi
1)      Inspeksi
Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.
2)      Palpasi
Ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
3)      Perkusi
Ditemukan adanya suara rensonan pada seluruh lapang paru.
4)      Auskultasi
Ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor, ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien dengan inaktivitas.
b.      Sistem kardiovaskuler
Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
c.       Sistem persarafan
1)      Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien biasanya composmentis dan juga bergantung pada penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status kognitif klien.
2)      Pemeriksaan fungsi serebri
Status mental: biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan penurunan memori baik jangka pendek dan memori jangka panjang.
3)      Pemeriksaan saraf kranial
a)      Saraf I
Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b)      Saraf II
Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan ketajaman penglihatan.
c)      Saraf III, IV dan VI
Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot bola mata.
d)     Saraf V
Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan, saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).
e)      Saraf VII
Persepsi pengecapan dalam batas norma.

f)       Saraf VIII
Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan proses senilis dan penurunan aliran darah ragional.
g)      Saraf IX dan X
Ditemukan kesulitan dalam menelan makanan.
h)      Saraf XI
Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.
i)        Saraf XII
Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecap normal.
4)      Sistem motorik
a)      Inspeksi . Ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot, dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering mengalami rigiditas deserebrasi.
b)      Tonus otot, ditemukan meningkatan.
c)      Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.
5)      Pemeriksaan refleks
Terdapat kehilangan refleks postural. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke depan atau ke belakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
6)      Sistem sensorik
Sesuai berlanjutnya usia, klien dengan penyekit Parkinson mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada merupakan hasil dari neuropati.


d.      Sistem perkemihan
Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine, ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
e.       Sistem pencernaan
Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh. Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
f.       Sistem musculoskeletal
Adanya kelemahan, kelelahan otot, tremor secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari. Adanya perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan resiko pada trauma fisik bila melakukan aktifitas.

B.       Diagnosa
1.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
2.      Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control oto/koordinasi.
3.      Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah, dan menelan.
4.      Kekurangan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerak otot-otot wajah.
5.      Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan peyakit.
6.      Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur perawatan rumah yang tidak adekuat.

C.    Intervensi
1.      Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot.
1)      Tujuan:
Dalam waktu 2x24 jam, klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.
2)      Kriteria hasil:
Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur sendi, bertambahnya kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
3)      Intervensi:
a.       Kaji mobilitas yang ada dan observasi peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.
b.      Lakukan program latihan yang meningkatkan kekuatan otot.
c.       Lakukan latihan postural.
d.      Ajarkan teknik berjalan khusus:
1)      Ajarkan untuk berkonsentrasi pada berjalan tegak, memandang lurus ke depan, dan menggunakan cara berjalan dengan dasar lebar (misalnya berjalan dengan kaki terpisah).
2)      Klien dianjurkan untuk latihan berjalan dengan diiringi music marching band atau lagu, karena hal ini memberikan rangsangan sensorik.
3)      Latihan bernapas sambil berjalan membantu untuk menggerakkan rangka tulang rusuk dan transport oksigen untuk mengisi bagian paru-paru yang kadar oksigennya rendah.
4)      Melakukan periode istirahat yang sering untuk membantu pencegahan frustasi dan kelelahan.
e.       Anjurkan mandi hangat dan masase otot.
f.       Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri, sesuai toleransi.
g.      Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
4)      Rasional:
a.       Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
b.      Meningkatkan koordinasi dan ketegasan, menurunkan kekakuan otot dan mencegah kontraktur bila otot tidak digunakan.
c.       Latihan postural untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik ke depan dan ke bawah.
d.      Teknik berjalan khusus dapat juga dipelajari untuk mengimbangi gaya berjalan menyeret dan kecenderungan tubuh condong ke depan.
e.       Mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks saat melakukan aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
f.       Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan.
g.      Peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ekstremitas dapan ditingkatkan dengan latihan fisik oleh tim fisioterapi.
2.      Deficit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan, kehilangan control oto/koordinasi.
1)      Tujuan:
Dalam waktu 2x24 jam, perawatan diri klien terpenuhi.
2)      Kriteria hasil:
Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan merawat diri, klien mempu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuannya, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu.
3)      Intervensi:
a.       Mandiri. Kaji kemampuan dan tingkat penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
b.      Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
c.       Ajarkan dan dukung klien selama aktivitas.
d.      Rencanakan tindakan untuk mengatasi keterbatasan penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat, dekatkan tempat tidur ke dinding.
e.       Modifikasi lingkungan.
f.       Gunakan pagar di sekililing tempat tidur.
g.      Kaji kemampuan komunikasi untuk buang air kecil, kemampuan menggunakan urinal, pispot. Antarkan ke kamar mandi bila kondisi memungkinkan.
h.      Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan meningkatkan aktifitas.
i.        Kolaborasi pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
j.        Konsultasi k edokter terapi okupasi.
4)      Rasional:
a.       Membantu dalam mengantisipasi dan merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
b.      Menghindari klien dari keadaan cemas dan ketergantungan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien rendah,
c.       Dukungan pada klien selama aktivitas kehidupan sehari-hari dapat mengkatkan perawatan diri.
d.      Klien mampu melihat dan memakan makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan.
e.       Modifikasi lingkungan diperlukan untuk mengkompensasi ketidakmampuan fungsi.
f.       Gunakan pagar di sekililing tempat tidur baik tempat tidur di rumah sakit dan di rumah, ata sebuah tali yang diikat pada kaki tempat tidur untuk member bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
g.      Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah neurologic.
h.      Meningkatkan latihan dan menolong mencegah konstipasi.
i.        Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air besar.
j.        Untuk mengembangkan terapi dan melengkapi kebutuhan khusus.
3.      Gangguan eleminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan medikasi atau penurunan aktivitas
1)      Tujuan : Dalam waktu 2x24 jam, kebutuhan eleminasi alvi terpenuhi.
2)      Kriteria hasil : Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat, konsistensi feses lembek, tidak teraba masa pada colon, bising usus normal  (15-30 x/menit )
3)      Intervensi
a.       Monitor adanya konstipasi.
b.      Berikan penjelasan pada klien dan keluarga penyebab konstipasi.
c.       Modifikasi defekasi yang teratur. Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung serat.
d.      Atur posisi duduk toilet.
e.       Bila klien mampu minum, berikan asupan cairan yang cukup (2 liter/hari) jika ada kontra indikasi.
f.       Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, enema).

4)      Rasional
a.       Klien parkinson mempunyai masalah konstipasi berat. Faktor-faktor yang menyebabkan kondisi ini adalah melemahnya otot-otot yang digunakan dalam defekasi, kurangnya latihan, tidak adekuatannya asupan cairan dan penurunan aktivitas sistem saraf otonom dan obat-obatan digunakan untuk mengobati penyakit, juga menghambat sekresi normal usus.
b.      Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab konstipasi.
c.       Defekasi yang teratur dan rutin dapat membangun semangat klien mengikuti pola yang teratur, sadar untuk mengikuti asupan cairan dan makan makanan yang mengandung serat. Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler.
d.      Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toileting karna pasien sulit bergerak dari posisi berdiri ke posisi duduk.
e.        Asupan cairan adekuat membantu mempertahakan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler.
f.       Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air pada usus, yang melunakan masa feses dan membatu eliminasi.
4.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, pelambatan dalam proses makan, kesulitan mengunyah dan menelan.
1)      Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
2)      Kriteia hasil : Mengerti tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh, memperlihatkan kenaikan berat badan sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium.
3)      Intervensi
a.       Evaluasi kemampuan makan klien.
b.      Observasi atau timbang berat badan jika memungkinkan.
c.       Menejemen mencapai kemampuan menelan
1)      Gangguan menelan disebabkan oleh termor pada lidah, ragu-ragu dalam memulai menelan, kesulitan dalam membentuk makanan dalam bentuk bolus.
2)      Makanan setengah padat dengan sedikit air memudahkan untuk menelan.
3)      Klien dianjurkan untuk menelan secara berurutan.
4)      Klien diajarkan untuk meletakan makanan diatas lidah menutup lidah dan gigi dan menelan.
5)      Klien dianjurkan untuk mengunyah pertama kali pada satu sisi mulut dan kemudian ke satu sisi lain.
6)      Untuk mengontrol air liur, klien dianjurkan untuk menahan kepala tetap tegak dan membuat keadaan sadar untuk menelan.
7)      Massage otot wajah dan leher sebelum makan dapat membantu.
8)      Berikan makanan kecil dan lunak.
d.      Monitor pemakaian  alat bantu.
e.       Kaji fungsi sistem gastrointestinal meliputi suara bising usus, catat terjadinya perubahan didalam lambung seperti mual, muntah. Observasi perubahan pergerakan usus misanlnya diare, konstipasi.
f.       Anjurkan pemberian cairan 2500 cc/hari selama tidak terjadi gangguan jantung.
g.      Lakukan pemeriksaan laboratorium yang di indikasikan, seperti serum, transperin, BUN/kreatinin, dan glukosa.
4)      Rasional
a.       Klien mengalami kesulitan dalam mempertahankan berat badan mereka. Mulut merekan kering karena obat-obatan yang mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Klien beresiko aspirasi akibat penurunan reflrk batuk.
b.      Tanda kehilang berat badan (7-10 %) dan kekurangan asupan nutrisi menunjukan terjadinya masalah katabolisme, kandungan glikogen dalam otot, dan kepekaan terhadap pemasangan ventilator.
c.       Meningkatkan kemampuan klien dalam menelan dan dapat membantu peneurunan nutrisi klien melalui oral. Tujuan lainnya adalah mencegah terjadinya kelelahan, memudahkan masuknya makanan, dan mencegah gangguan pada lambung.
d.      Pemanas elektrik digunakan untuk menjaga makanan tetap hangat dan klien diizinkan untuk istirahat selama waktu yang ditetapkan untuk makan, alat-alat khusus juga membantu makan. Penggunaan piring yang stabil, cangkir yang tidak pecah bila jatuh, dan alat-alat makan yang dapat digenggam sendiri digunakan sebagai alat bantu.
e.       Fungsi sistem gastrointestinal sangat penting untuk asupan makanan. Ventilator dapat menyebabkan kembung dan perdarahan lambung.
f.       Menvegah terjadinya dehidrasi akibat penggunaan ventilator selam klien tidak sadar dan mencegah terjadinya konstipasi.
g.      Memberikan informasi yang tepat tentang keadaan nutrisi yang dibutuhkan klien.

5.      Kekurangan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara. Perlambatan bicara, ketidak mampuan menggerakan otot-otot wajah.
1)      Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan klien mampu membuat teknik/metode komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi
2)      Dengan criteria hasil :
Klien dapat berkomunikasi dengan sumber yang ada.

3)      Intervensi :
a.       Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi
b.      Menentukan cara-cara berkomunikasi seperti mempertahankan kontak mata, memberikan pertanyaan dengan jawaban iya atau tidak, menggunakan kertas dengan pensil/bolpoin, gambar, atau papan tulis, bahasa isyarat, perjelas arti dan komunikasi yang disampaikan.
c.       Mempertimbangkan komunikasi bila terpasang kateter intravena
d.      Letakan bel pemanggil dalam jangkauan klien dan berikan penjelasan cara menggunakanny. Jawab panggilan tersebut dengan segera. Penuhi kebutuhan klien. Katakan kepada klien jika perawat siap membantu jika dibutuhkan.
e.       Buatlah catatan perawat di kantor perawat tentang keadaan klien yang tidak dapat berbicara.
f.       Buat rekaman pembicaraan pasien.
g.      Anjurkan keluarga/orang terdekat klien untuk berbicara dengan klien, memberi informasi tentang keluargany, dan keadaan yang sedang terjadi.
h.      Kolaborasi dengan ahli wicara bahasa.
4)      Rasional :
a.       Gangguan bicara ditemukan pada banyak klien dengan penyakit Parkinson. Bicara mereka yang lemah, monoton, dan terdengar halus menuntut kesadaran berupaya untuk bicara dengan lambat, dengan penekanan perhatian pada apa yang mereka katakana.
b.      Mempertahankan kontak mata akan membuat klien tertarik selam berkomunikasi. Jika klien  dapat menggerakan kepala, mengedipkan mata, atau senang dengan isyarat-isyarat sederhana, lebih baik dengan menggunakan pertanyaan iya atau tidak.
Kemampuan menulis kadang-kadang melelahkan klien, selain itu dapat bekerja sama untuk membantu memenuhi kebutuhan klien.
c.       Kateter intavena yang terpasang ditangan akan mengurangi kebebasan klien dalam menulis atau member isyarat.
d.      Ketergantunagan klien pada ventilator akan membuat klien lebih baik dan rilek, merasa aman, dan mengerti bahwa selama menggunakan ventilator perawat akan memenuhi segala kebutuhanya.
e.       Memngingatkan staf perawat untuk berespon dengan klien selama memberikan perawatan.
f.       Rekaman pembicaraan klien dalam kaset secara periodic dibutuhkan dalam memantau perkembangan klien. Amplifier kecil membatu bila klien mengalami kesulitan mendengar.
g.      Keluargaa dapat merasa akrab dengan klien dan berada dekat klien selama berbicara. Pengalaman ini dapat membantu dan mempertahankan kontak nyata seperti merasakan kehadiran anggota keluarga yanag dapat mengurangi perasaan kaku.
h.      Ahli terapi wicara bahasa dapat membantu dalam membentuk peningkatan latihan percakapan dan membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan metode komunikasi untuk memenuhi kebutuhan klien.
6.       Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit.
1)      Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan koping individu memjadi efektif.
2)      Dengan criteria hasil :
Klien mampu mengatakan atau mengkomunikasikan dengan ornag terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi, mengakui, dan menghubungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang akurat tenpa harga diri yang negative.
3)      Intervensi :
a.       Kaji perubahan gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
b.      Dukung kemampuan koping klien.
c.       Catat ketika klien menyatakan sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
d.      Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang lain yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang berat.
e.       Beri dukungan psikologis secara menyeluruh.
f.       Bantu dan ajarkan keperawatan yang baik dengan memperbaiki kebiasaan.
g.      Buat rencana program aktivitas harian pada keseluran hari.
h.      Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.
i.        Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
j.        Monitor gangguan tidur, peingkatan kesulitan konsentrasi, letargi, dan penolakan.
k.      Kolaborasi : rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.
4)      Rasional :
a.       Menentukan bantuan individu dalam menyusun rencana perawat atau pemilihan intervensi.
b.      Kepatuhan terhadap program latihan dan berjalan membantu memperlambat kemajuan penyakit. Dukunangan dan sumber bantuan dapat diberikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahakan partisipasi aktif.
c.       Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukan kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
d.      Membantu klien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
e.       Klien dengan penyakit Parkinson sering merasa malu, apatis, klien tidak adekuat, bosan, dan merasa sendiri. Perasaan ini dapat disebabkan akibat keadaan fisik yang lambat dan upaya yang besar dibutuhkan terhadap tugas-tugas kecil. Klien dibantu dan didukung untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (seperti meningkatnya mobilitas).
Karena Parkinson mengarah akan menunjukan menarik diri dan depresi, klien harus aktif berpartisipasi dalam program terapi yang mencakup program social dan rekreasi
f.       Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
g.      Program aktifitas pada keseluruhan hari mencegah waktu tidur yang terlalu banyak yang dapat mengarah pada tidak adanya keinginan beraktivitas dan apatis. Setiap upaya dibuat untuk mendukung klien keluar dari tugas-tugas yang termasuk koping dengan kebutuhan mereka setiap hari dan untuk membentuk klien mandiri.
Apa pun yang dilakukan hanya untuk keamanan sewaktu mencapai tujuan dengan meningkatnya kemampuan koping.
h.      Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
i.        Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
j.        Dapat mengindikasikan terjadinya depresi, depresi umumnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke yang memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
k.      Dapat memfasilitasi perubahan yang penting untuk perkembangan perasaan. Kerja sama fisioterapi, psikoterapi, terapi obat-obatan dan dukungan partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang juga sering muncul pada keadaan ini.
7.      Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan sumber informasi prosedur keperawatan rumah yang tidak adekuat.
1)      Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan informasi dapat diterima oleh klien.
2)      Kriteria hasil :
Keluarga dapat mengetaui bagaimana cara merawat klien dirumah secara mandiri,dan mendapat informasi dengan adekuat dan tepat.
3)      Intervensi :
a.       Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan sehat dirumah
b.      Jelaskan pentingnya perawatan kesehatan dirumah pada klien dan keluargaa.
c.       Beri dukingan pada keluarga dalam merawat klien Parkinson.
d.      Fasilitasi anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaannya terhadap frustasi, marah, dan perasaan bersalah, karena hal ini sering membantu mereka.
e.       Berikan mereka informasi tentang pengobatan dan perawatan yang mencgah masalah yang tidak perlu ada.
4)      Rasional :
a.       Mengetahui tingkat pengetahuan dan tingkat pendididkan akan memudahkan perawat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kondisi klien.
b.      Kebutuhan informasi tentang penyakit Parkinson ditujukan agar klien mampu beradaptasi dan mempunyai kemampuan menghadapi penyakit. Setiap upaya yang dibuat untuk menjelaskan keadaan nyata, penyakit, dan pengelolaan kecemasan dan ketakutan yang muncul, dan mungkin merupakan ketidak mampuan akibat penyakit itu sendiri.
c.       Keluarga mengalami stress akibat hidup dan merawat orang yang mengalami ketidakmampuan.
d.      Akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.
e.       Pemberi pelayanan kesehatan diikutsertakan dalam perencanaan dan mungkin sebagai konsultan dalam mengajarkan klien dan keluarga tentang teknik menurunkan stress, bekerja sama dalam proses memberikan perawatan.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Penyakit Parkinson adalah penyakit neurodegenerative yang bersifat kronis progresif, merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminerik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.
Penyakit ini sebum diketahui jelas obat untuk penyembuhannya tetapi ada banyak terapi medikasi yang biasanya digunakan untuk memperkecil atau menghindari akibat yang terjadi akibat penyakit ini seperti: (terapi antihistamin, antikolinergik, terapi lepoldova,dll). Dan untuk pembedahannya biasanya dilakukan berupa subtalamotomi dan palidotomi.
Pendekatan lainnya antara lain mencakup transplantasi jaringan saraf kedalam basal ganglia dalam upaya membuat pelepasan kembali dopamine normal dan transplantasi saraf pada medulla adrenal klien kedalam basal ganglia. Tetapi pembedahan ini masih controversial dan hanya untuk mengurangi sebagian kecil dari gejala yang dialami oleh pasien.




Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

Gizi Untuk Usia Sekolah Dan Remaja