Analisa Diri Perawat Dalam Komunikasi Terapeutik Perawat
Komunikasi Terapeutik Perawat
A. Analisa Diri Perawat
1.
Kesadaran
Diri
Sebagai
instrument dalam berkomunikasi yang bertujuan terapeutik, maka perawat harus
dapat mengenali perasaan, perilaku dan kepribadiannya secara pribadi maupun
sebagai pemberi pelayanan kesehatan. Perawat harus dapat menjawab pertanyaan
“siapa saya?” yang sebenarnya.
Kesadaran
diri perawat ini diharapkan dapat membuat perawat dapat menerima perbedaan dan
keunikan klien. Kesadaran diri yang mantap akan mempengaruhi komunikasi yang
terapeutik. Untuk membantu mengenal siapa sebenarnya diri seseorang pada aspek
perilaku, pikiran, dan perasaan, dapat dilihat dari teori “Self Disclosure”
yang digambarkan oleh Johari Window sebagaimana tabel 1 ini:
Analisa kesadaran diri menurut “Johari Window”
Jika kuadran I yg diperbesar, maka
individu ini cenderung bahkan selalu terbuka dengan orang lain. Ciri khas dari
individu ini ad periang, familier, mudah akrab, tidak kikir, banyak teman dan
menyenangkan
Jika kuadran II diperbesar, maka individu
ini suka menonjolkan dirinya sendiri, dia merasa paling hebat, seperti katak
dalam tempurung. Dia tidak menyadari bahwa tindakannya tidak benar, dia buta
terhadap dirinya sendiri sehingga area ini disebut juga Blind Area (area
buta).
Jika kuadran III diperbesar, maka individu
ini akan nampak suka menyendiri, pendiam, tidak suka bergaul atau berinteraksi
dengan orang lain. Individu ini lebih banyak menyimpan rahasia, sehingga area
ini dapat disebut dengan Secret area.
Jika kuadran IV diperbesar, individu ini
tidak diketahui oleh orang lain namun dia tahu banyak tentang orang lain. Dia
tertutup terhadap dirinya, tidak ada yang tahu tentang dirinya sekalipun
dirinya sendiri, hanya Tuhan yang mengetahui segala sesuatu tentang dirinya.
Kesadaran
diri dapat ditingkatkan melalui 3 cara :
a.
Mempelajari diri sendiri
Salah
satu penyebab tidak efektipnya komunikasi perawat-klien adalah karena perawat
kurang menyadari tentang aspek yang ada dalam dirinya. Aspek diri yang berada
diluar kesadaran sso akan nerada diluar kendalinya. Hal ini dp merusak
interaksinya dengan orang lain. Karena itu perawat perlu mempelajari dirinya
agar dia tahu apa kelebihan dan kekurangannya yang dimilikinya
Untuk menjadi sso (diri
yang utuh) ada 4 aspek yg perlu mendapat perhatian :
1)
Tubuh (struktur, fungsi, bentuk dan
penggunaan bahasa tubuh
2)
Pengalaman subjektif
3)
Hubungan dengan orang lain
4)
Perasaan2 yang muncul tanpa disadari
ketika berinteraksi atau mendapat pengalaman baru
b.
Cara belajar dengan orang lain
Banyak
sekali sifat dan perilaku kita yang kita tidak sadari tetapi orang lain melihat
atau merasakannya. Stevens R (1996) menyatakan tidak ada seorang pun yang mampu
mengenali dirinya secara keseluruhan.
Karena
itu seorang perawat perlu mendengarkan semua pendapat atau komentar klien,
teman sejawat ataupun orang lain ttg dirinya dan berusaha mengubah dirinya ke
arah yang lebih baik. Penolakan terhadap kritik dan saran orang lain hanya akan
merugikan diri sendiri karena tidak akan ada perubahan dalam diri
c.
Mengembangkan sikap terbuka
Keterbukaan
mrpkn salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Dengan terbuka pada orang
lain sso akan merasa aman ketika berinteraksi karena tidak ada sesuatu yang
disembunyikan. Kebiasaan membuka diri ini bisa dilatih dengan cara sering
berkenalan dg orang baru dan mencoba memperkenalkan diri pada orang tersebut.
Membuka
diri juga bisa dilakukan pada sso yg dp dipercaya, dan dirasakan bisa membantu
menyelesaikan masalah yang dihadapi. Keterbukaan yang berlebihan di depan umum
juga tidak baik karena tidak semua orang mampu melihat pengalaman hidup sso
secara objektif. Keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan atau
memfitnah orang tersebut
Kesadaran
diri menentukan pola komunikasi yang dibangun antara komunikator dengan
komunikan, antara perawat dengan klien
Kesadaran
diri yang baik dapat menciptakan hubungan yang terapeutik yang saling memuaskan
2.
Klarifikasi
Nilai
Kenyamanan
dan kepuasan perawat terhadap sistem nilai yang dianut merupakan modal yang
bermakna bagi perawat dalam melaksanakan komunikasi terapeutik. Perawat akan
lebih siap dan mantap dalam mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan
nilai yang dimiliki, sehingga hubungan terapeutik antara perawat-klien tidak
terganggu.
Tabel 2 :Tehnik
Klarifikasi Nilai
Tehnik ini merupakan permainan yang
mengandung pelajaran bahwa masing-masing individu mempunyai tata nilai,
pengalaman, kepercayaan, harapan dan kehidupan yang berlainan. Seseorang tidak
boleh hanya menilai orang lain dari sudut pandangnya sendiri namun harus
menghargai orang lain dengan sudut pandang yang beragam
3.
Eksplorasi
Perasaan
Perawat
perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapeutik.
Jika
perawat terbuka pada perasaannya maka ia akan mendapatkan dua informasi
penting, yaitu bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada
klien. Sehingga pada saat berbicara dengan klien, perawat harus menyadari
responnya dan mengontrol penampilannya.
Tehnik pada tabel 3 tidak u membuat
penilaian namun sebagai upaya individu/klien untuk jujur dan berani
mengungkapkan perasaannya. Dari ungkapan2 perasaan tersebut dapat
mengidentifikasi apakah perasaan klien positif atau negatif.
Bila perasaan positif, terapis (perawat)
perlu mendukung dan mengembangkan perasaan tersebut dan sebaliknya, bila
perasaan negatif maka perawat perlu mengarahkan dan memberikan alternatif agar
klien dapat mengelola perasaannya.
4.
Kemampuan
Menjadi Model
Seorang
pasien membutuhkan sosok pribadi yang dapat diteladaninya dalam mengubah
perilaku. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan diharapkan mampu menjadi
model bagi klien dalam menjalani kehidupannya, karena perawat adalah orang yang
paling dekat dan paling lama bersama klien
Berkaitan
dengan kemampuan perawat dalam menjadi model, ada pendapat yang menyatakan
bahwa perawat harus mampu memisahkan antara kehidupan pribadi dengan kehidupan
profesional.
Jadi
ketika berinteraksi dengan klien, perawat harus mampu tetap tersenyum walaupun
dirinya sedang mengalami konflik dengan suaminya. Hal tersebut mungkin sulit
untuk dilakukan karena adanya konflik yang mendominasi seseorang membuat
dirinya tidak mampu bersikap wajar atau apa adanya.
Perawat
yang bisa menjadi model adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadinya serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau
pengingkaran.
Seorang
perawat yang dalam kehidupan sehari-harinya senantiasa cemas, penuh konflik,
dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan tidak bisa menjadi model
dan tidak akan mampu mengubah perilaku klien menjadi labih baik
Kemampuan
menjadi model ini merupakan bentuk tanggung
jawab perawat terhadap apa yang disampaikan kepada klien disamping tanggung
jawab profesi
5.
Etika
dan tanggung Jawab
Dlm
melaksanakan Askep, perawat hrs bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang
dilakukannya
Demikian
pula dalam berkomunikasi, perawat seharusnya bertanggung jawab atas perilakunya
dan mampu mengatasi semua kelemahannya
Perawat
bisa menunjukkan rasa tanggung jawabnya dlm berkomunikasi dengan cara meminta
maaf pada klien ketika, misalnya, dia bersikap atau berperilaku menyinggung
perasaan klien
Untuk
mengatasi kelemahannya, perawat bisa melakukan analisis diri sebelum
berinteraksi dengan klien.
Dalam
berinteraksi dg klien, perawat harus menjunjung tinggi kode etik keperawatan dan etika yang dibenarkan
dalam sebuah hubungan terapeutik. Secara etika, misalnya, seorang perawat
laki-laki tidak dibenarkan memegang jemari atau memeluk bahu klien perempuan
tanpa tujuan terapeutik
B. Referensi :
1.
Mundakir,
(2006). Komunikasi Keperawatan : Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
2.
Suryani.
(2005). Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Comments