Sabtu, 17 Juni 2017

LAPORAN PENCAPAIAN TARGET DI RS SOREANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Rumah sakit dan puskesmas merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan masyarakat dimana salah satu tenaga kesehatannya adalah perawat. Perawat dapat diharapkan mampu memberikan pelayanan keperawatan secara professional di rumah sakit dan puskesmas, hal ini sangat ditentukan oleh pengalaman belajar praktik selama menjalankan pendidikan agar mahasiswa tersebut terampil dalam memberikan asuhan keperawatan.
Sesuai dengan kurikulum program studi ilmu keperawatan (S1) khususnya mahasiswa yang mengikuti metode pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi (KBK) harus mendapatkan pengalaman berbentuk praktik belajar klinik yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk melaksanakan praktik pada tatanan klinik keperawatan yang sebenarnya, yaitu di Rumah Sakit dan Puskesmas. Praktik klinik ini merupakan praktik pengenalan terhadap tatanan klinik yang harus ditempuh oleh mahasiswa sebagai bagian dari pembelajaran pada tahap akademik di dalam kurikulum pendidikan program S1 Keperawatan.
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan simulasi asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien dengan gangguan kegawatan, dan angguan kesehatan.
2.      Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini mahasiswa mampu melaksanakan simulasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami kegawatan, dan mengancam kehidupan dan kecacatan di Unit Gawat Darurat (UGD).
C.    SASARAN
Praktik klinik keperawatan (PKK) IV akan diikuti oleh mahasiswa program studi ilmu keperawatan (S1) tingkat III semester VI program regular dengan jumlah mahasiswa keseluruhan 103 orang mahasiswa.
D.    PERSYARATAN
Mahasiswa yang telah mengikuti dan lulus mata ajar pada blok penanganan bencana dan keperawatan gawat darurat.
E.     WAKTU
Praktik klinik keperawatan (PKK) IV akan dilaksanakan pada tanggal 08 Juni 2015 – 27 Juni 2015
F.     TEMPAT PRAKTIK
Tempat yang digunakkan untuk Praktik Klinik Keperawatan (PKK) IV, yaitu :
1.      Ruang UGD RSUD Soreang Kabupaten Bandung, dan Ruang UGD RS Bhayangkara Sartika Asih Kota Bandung
2.      RS Jiwa Provinsi Jawa Barat
3.      Puskesmas daerah Kota Cimahi, terdiri dari Puskesmas Cimahi Utara, Puskesmas Cimahi Tengah, Puskesmas Cimahi Selatan, Puskesmas Padasuka, Puskesmas Cipageran, dan Puskesmas Citeureup
G.    PEMBIMBING
1.      Akademik :
a.       RSUD Soreang Kabupaten Bandung :
1)      H. Hikmat Rudyana, S.Kp.,M.Kep
2)      Budi Santoso, S.Kep,.Ners,.M.Kep
3)      Evangeline, S.Kp,.M.Kep
2.      Pembimbing Rumah Sakit :
Clinical Instructur (CI) Rumah Sakit masing-masing.
H.    TARGET KETERAMPILAN (KOMPETENSI)
Kompetensi yang harus dicapai mahasiswa pada PKK IV ini adalah melakukan simulasi asuhan keperawatan pada klien yang mengalami kegawatan dan mengancam kehidupan atau kecacatan. 
I.       METODE PEMBELAJARAN
1.      Pre Conference dan Post Conference
2.      Pembuatan laporan pendahuluan dan laporan kasus
3.      Bed Side Teaching
4.      Komunikasi Terapeutik
5.      Pendidikan Kesehatan
J.      PROSES BIMBINGAN
Bimbingan dilakukan setiap hari oleh pembimbing akademik, pembimbing dari rumah sakit (Clinical Instructur) dan puskesmas secara bergantian. Pelaksanaan terdiri dari dilakukannya pre dan post conference, bed side teaching, dan bimbingan/responsi LP/ASKEP/daily report, dengan materi pencapaian kompetensi mahasiswa (terlampir) dan kasus yang diambil oleh mahasiswa atau materi yang berhubungan dengan keperawatan pada masing-masing departemen.
K.    KEGIATAN MAHASISWA
1.      Mengikuti pengarahan tentang program praktik
2.      Orientasi ruangan dan perkenalan dengan pegawai rumah sakit
3.      Memenuhi target pencapaian kompetensi dan diparaf oleh pembimbing atau perawat yang mengetahui pencapaian kompetensi mahasiswa.
a.       Keperawatan gawat darurat
1)      Mendokumentasikan asuhan keperawatan terkait dengan klien kelolaan
2)      Memenjuhi target kompetensi keperawatan gawat darurat (KGD)
3)      Membuat laporan daily report
4)      Mengikuti ujian praktik
4.      Mahasiswa membuat laporan yang terdiri dari :
a.       Laporan individu
1)      Keperawatan gawat darurat
Mahasiswa membuat laporan individu yang terdiri dari :
a)      1 laporan resume asuhan keperawatan terkait dengan label kuning atau merah
b)      1 laporan daily report
c)      1 laporan resume asuhan keperawatan pada klien yang akan diujiankan
L.     KEGIATAN PEMBIMBING AKADEMIK
Secara umum pembimbing akademik melaksanakan tugas bimbingan mahasiswa diantaranya :
1.      Mengadakan pre conference
2.      Memberikan bimbingan langsung pada mahasiswa
3.      Menilai perilaku mahasiswa (softskill)
4.      Melakukan pengawasan terhadap pencapaian target kompetensi mahasiswa yang akan mereka capai
Sedangkan secara khusus sesuai dengan kompetensi keperawatan yang akan mereka capai pembimbing akademik melakukan bimbingan pada mahasiswa diantaranya :
1.      Keperawatan Gawat Darurat
a.       Melakukan bed side teaching dan student teaching yaitu bimbingan secara langsung kepada klien
b.      Melakukan bimbingan dalam proses pendokumentasian resume asuhan keperawatan mahasiswa terkait dengan klien kelolaan
c.       Mengecek pengisisan daily report
d.      Melakukan responsi hasil pendokumentasian asuhan keperawatan mahasiswa di ruang UGD terkait dengan klien kelolaan
J.      KETENTUAN UMUM PRAKTIK MAHASISWA
1.      Seluruh mahsiswa wajib mengikuti praktik sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, dan mengisi daftar hadir (jam datang dan jam pulang).
2.      Seluruh mahasiswa dinas di ruangan :
a.       Dinas Pagi       : Jam 07.00 WIB – 14.OO WIB
b.      Dinas Siang     : Jam 14.00 WIB – 21.00 WIB
3.      Waktu istirahat mahasiswa 60 menit secara bergantian atau sesuai dengan kebijakan dari rumah sakit tempat mahasiswa tersebut praktik
4.      Mahasiswa wajib memakai atribut seragam lengkap sesuai dengan ketentuan  yang telah ditentukan oleh institusi serta menggunakkan sepatu dan kaos kaki. Ketidaklengkapan atribut akan diperhitungkan pada penilaian praktik
5.      Mahasiswa wajib berpenampilan rapih dan bersih, bagi mahasiswi yang berambut panjang, rambut harus digulung ke atas serta memakai kap bagi yang tidak berkerudung, bagi mahasiswa wajib merapihkan potongan rambutnya, kumis, dan janggut dicukur rapih
6.      Mahasiswa tidak diperkenankan menggunakkan hp selama proses praktik, kecuali istirahat
7.      Satu hari tidak masuk praktik tanpa alasan yang jelas wajib mengganti praktik selama 3 hari, tidak masuk praktik dengan alasan izin yang jelas dan rasional/sakit harus membawa surat izin atau sakit dari dokter dan mengganti praktik sesuai dengan ketidakhadirannya. Mahasiwa wajib mengganti hari absen praktik pada hari libur dan menyelesaikan sebelum ujian praktik
8.      Ketidakhadiran praktik atau penggantian praktik harus sepengetahuan kordinator dan pembimbing praktik sagtu hari sebelumnya, dan wajib mengisi form ketidakhadiran praktik yang telah disediakan
9.      Keterlambatan lebih dari 30 menit akan dikenakan pengurangan 20% dari nilai softskill dan apabila keterlambatan lebih dari 3 kali secara berturut-turut/tidak berurutan akan diberi sanksi dengan mengganti dinas sebanyak satu shift dinas di ruangan yang ditentukan oleh CI atau pembimbing akademik
10.  Ketidakhadiran lebih dari 3 kali secara berturut-turut atau tidak berurutan tanpa dengan alasan yang jelas akan dinyatakan tidak lulus dari program praktik klinik keperawatan IV
11.  Jika ada mahasiswa yang tidak memenuhi ketentuan umum praktik mahasiswa di atas maka praktik di anggap gagal dan di wajibkan untuk menggantinya di hari berikutnya dengan bukti telah mengganti praktik dari CI rumah sakit
12.  Setiap mahasiswa wajib membawa nursing kit, alat tulis, dan buku panduan.









BAB II
PROFIL RSUD SOREANG

A.    SEJARAH RSUD SOREANG
Rumah Sakit Umum Daerah Soreang selanjutnya disingkat dengan RSUD Soreang adalah salah satu Rumah Sakit Pemerintah yang berada di wilayah Kabupaten Bandung yang berdiri pada tahun 1996 dan merupakan pengembangan dari Puskesmas DTP Soreang dengan dasar Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah TK. II Bandung Nomor: 445/4056/Tapra tahun 1996 perihal Persetujuan Prinsip Peningkatan Puskesmas DTP Soreang menjadi Rumah Sakit Kelas D. Pada tahun 1997, RSUD Soreang ditetapkan menjadi Rumah Sakit Daerah Kelas C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1409/MENKES/SK/XII/1997.
Penetapan susunan organisasi serta pengisian jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999 dan bulan Agustus 2001 berdasarkan Perda No. 13/1998 dan Perda No. 7/2001 serta pada tahun 2002 dirubah kembali dengan kenaikan eselon menurut Perda No. 10/2002. Pada tahun 2008 melalui Perda No. 5 Tahun 2008 terdapat perubahan atas susunan organisasi serta  pengisian jabatan di seluruh Rumah Sakit Umum Daerah milik Pemerintah Kabupaten Bandung. Berdasarkan Perda No. 5 Tahun 2008  tersebut maka kedudukan RSUD Soreang merupakan SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bandung yang bertanggungjawab  kepada Bupati Bandung sebagai Kepala Daerah sekaligus pemilik Rumah Sakit di bidang pelayanan kesehatan rujukan,  dengan tugas pokok melaksanakan upaya kesehatan secara berdayaguna dan berhasilguna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan, melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
B.     VISI DAN MISI
Visi dan Misi RSUD Soreang untuk mewujudkan dan melaksanakan Visi dan Misi ketiga Kabupaten Bandung tersebut khususnya dalam rangka membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diantaranya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pencapaian IPM tahun 2010. Adapun Visi dan Misi RSUD Soreang adalah sebagai berikut :
1.      Visi RSUD Soreang:
Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah Soreang yang amanah, maju, unggul, mandiri dan berdaya saing.
2.      Misi RSUD Soreang :
Berdasarkan Visi diatas maka ditetapkan Misi RSUD Soreang sebagai berikut:
a.       Meningkatkan kualitas dan kuantitas Sumber Daya manusia.
b.      Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan paripurna.
c.       Meningkatkan pengelolaan manajemen RS secara profesional.
d.      Meningkatkan kemitraan dengan institusi terkait dibidang pelayanan dan pendidikan kesehatan.

BAB IV
KESAN DAN SARAN

A.    KESAN
Dalam waktu yang dirasakan singkat mahasiswa dapat dikenalkan dengan keadaan yang sesungguhnya dilapangan selain itu, mahasiswa pun dapat mengambil pelajaran yang berharga yang dapat menjadi bekal kedepanya keadaan yang berbeda dari yang telah mahasiswadapatkan di kampus dengan dilapangan menuntut mahasiswa untuk dapat menyesuaikan diri dan berusaha untuk tetap mampu menjalankanya dengan baik
Hal tersebut adalah hal yang paling berkesan dan mampu menjadi pelajaran yang berharga untuk mahasiswa. Maka dari itu, mahasiswa dan insitusi mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari pembimbing lapangan dan berbagai pihak dalam proses praktik belajar lapangan yang mahasiswa lakukan di RSUD soreang.
B.     PESAN
Lebih ditingkatkan dalam memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan visi, misi dan moto RSUD soreang.



Jumat, 16 Juni 2017

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK “MARASMIK-KWASHIORKOR”


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
“MARASMIK-KWASHIORKOR”


Pendahuluan
                        Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiyah, 1997).

Klasifikasi

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:
1) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)
2) Berat badan 60-80% standar dengan edema          : kwashiorkor (MEP berat)
3) Berat badan <60% standar tanpa edema    : marasmus (MEP berat)
4) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor (MEP berat)
(Ngastiyah, 1997)
Kwashiorkor adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi protein. Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging, telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
Marasmus adalah MEP berat yang disebabkan oleh defisiensi makanan sumber energi (kalori), dapat terjadi bersama atau tanpa disertai defsiensi protein. Bila kekurangan sumber kalori dan protein terjadi bersama dalam waktu yang cukup lama maka anak dapat berlanjut ke dalam status marasmik kwashiorkor.

Gambaran Klinik Kwashiorkor:
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari standar)
Tabel 1: Perkiraan Berat Badan (Kg)
1. Lahir                                    3,25
2. 3-12 bulan                           (bln + 9) / 2
3. 1-6 tahun                             (thn x 2) + 8
4. 6-12 tahun                           {(thn x 7) – 5} / 2
 (Soetjiningsih, 1998, hal. 20)
Tabel 2: Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
1. 1 tahun                                1,5 x TB lahir
2. 4 tahun                                2 x TB lahir
3. 6 tahun                                1,5 x TB 1 thn
4. 13 tahun                              3 x TB lahir
5. Dewasa                               3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
 (Soetjiningsih, 1998, hal. 21)
Perubahan mental (cengeng atau apatis)
Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat)
Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)
Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering  ditemukan gambaran crazy pavement dermatosis.
Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba kenyal, licin dengan batas yang tegas)
Anemia akibat gangguan eritropoesis.
Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia dengan kadar globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan terjadinya perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis dan sebagainya)
 
Gambaran Klinik Marasmus:
Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit tinja.
Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan lemak bawah kulit
Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang sehingga wajah tampak lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan menonjol
Vena superfisial tampak lebih jelas
Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.

Konsep Asuhan Keperawatan Marasmik-Kwashiorkor
Riwayat Keperawatan
Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif lama).
Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:
Penurunan ukuran antropometri
Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah dicabut)
Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot intercostal)
Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat meningkat bila terjadi diare.
Edema tungkai
Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan  terutama jenis normositik normokrom karen
A adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare.
Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial.
Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan


Rencana Keperawatan

1) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare (Carpenito, 2000, hal. 645-655).

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Klien akan menunjukkan pening-katan status gizi.

Kriteria:
Keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang.
Dengan bantuan perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/per oral) sesuai program dietetik.


Jelaskan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukkan contoh jenis sumber makanan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien.

Tunjukkan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.

Laksanakan pemberian roborans sesuai program terapi.

Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi.


Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat meneruskan upaya terapi dietetik yang telah diberikan selama hospitalisasi.




Meningkatkan partisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien.


Roborans meningkatkan nafsu makan, proses absorbsi dan memenuhi defisit yang menyertai keadaan malnutrisi.

Menilai perkembangan masalah klien.



2) Kekurangan volume cairan tubuh b/d penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan akibat diare(Carpenito, 2000, hal. 411-419).

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Klien akan menunjukkan keadaan hidrasi yang adekuat.

Kriteria:
Asupan cairan adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi.
Tidak ada tanda/gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1 x/24 jam dengan konsistensi padat/semi padat).


Lakukan/observasi pemberian cairan per infus/sonde/oral sesuai program rehidrasi.

Jelaskan kepada keluarga tentang upaya rehidrasi dan partisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharan patensi pemberian infus/selang sonde.

Kaji perkembangan keadaan dehidarasi klien.

Hitung balans cairan.


Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.


Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga dalam pelaksanaan terpi rehidrasi.




Menilai perkembangan masalah klien.


Penting untuk menetapkan program rehidrasi selanjutnya.







3) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan protein yang tidak adekuat (Carpenito, 2000, hal. 448-460).   

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.

Kriteria:
Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.


Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak.

Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.

Lakukan pengukuran antropo-metrik secara berkala.

Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.

Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (Puskesmas/Posyandu)


Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak.



Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan.

Menilai perkembangan masalah klien.


Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.

Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.




4) Risiko aspirasi b/d pemberian makanan/minuman personde dan peningkatan sekresi trakheobronkhial (Carpenito, 2000, hal. 575-580).       

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Klien tidak mengalami aspirasi.

Kriteria:
Pemberian makan/minuman per sonde dapat dilakukan tanpa mengalami aspirasi.
Bunyi napas normal, ronchi tidak ada.



Periksa dan pastikan letak selang sonde pada tempat yang semestinya secara berkala.

Periksa residu lambung setiap kali sebelum pemberian makan-an/minuman.

Tinggikan posisi kepala klien selama dan sampai 1 jam setelah pemberian makanan/minuman.

Ajarkan/demonstrasikan tatacara pelaksanaan pemberian makanan/ minuman per sonde, beri kesempatan keluarga melakukan-nya setelah memastikan keamanan klien/kemampuan keluarga.

Observasi tanda-tanda aspirasi.


Merupakan tindakan preventif, meminimalkan risiko aspirasi.



Penting untuk menilai tingkat kemampuan absorbsi saluran cerna dan waktu pemberian makanan/minuman yang tepat.


Mencegah refluks yang dapat menimbulkan aspirasi.



Melibatkan keluarga penting bagi tindak lanjut perawatan klien.







Menilai perkembangan masalah klien.


5) Bersihan jalan napas tak efektif b/d peningkatan sekresi trakheobronkhial sekunder terhadap infeksi saluran pernapasan (Carpenito, 2000, hal. 799-801).

Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional

Klien akan menunjukkan jalan napas yang efektif.

Kriteria:
Jalan napas bersih dari sekret, sesak napas tidak ada, pernapasan cuping hidung tidak ada, bunyi napas bersih, ronchi tidak ada.


Lakukan fisioterapi dada dan suction secara berkala.

Lakukan pemberian obat mukolitik/ekspektorans  sesuai program terapi.

Observasi irama, kedalaman dan bunyi napas.


Fisioterapi dada meningkatkan pelepasan sekret. Suction diperlukan selama fase hipersekresi trakheobronkhial.

Mukolitik memecahkan ikatan mukus; ekspektorans mengencerkan m,ukus.


Menilai perkembangan maslah klien.





DAFTAR PUSTAKA

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. Ke-6, EGC, Jakarta.

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta


Featured Post

LEAFLET KEHAMILAN TIDAK DI INGINKAN (KTD)

yang ingin Edit bisa di download Link di bawah DOWNLOAD