Sabtu, 16 September 2017

KONSEP KESEHATAN GIGI DAN MULUT

A.     Kesehatan Gigi dan Mulut
1.      Pengertian Gigi dan Mulut
Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya virus dan bakteri sehingga dapat mengganggu organ tubuh lainnya. Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak – anak maupun dewasa dan tidak bisa di biarkan menjadi lebih parah karena akan mempengaruhi kulitas hidup. (Kemenkes, 2014).
2.      Bagian Gigi
Bagian gigi menurut astoeti, (2006) adalah sebagai berikut :
a.      Email/Enamel
Lapisan paling luar gigi yang merupakan bagian yang paling tahan asam, panas dan dingin.
b.      Dentin
Dentin adalah bagian tengah gigi yang terletak dibawah email gigi.
c.      Semen/Cementum
Semen/cementum adalah bagian yang menghubungkan akar gigi dengan tulang alveolar berfungsi sebagai perekat/pengikat gigi pada tulang rahang.
d.      Pulpa
Pulpa adalah ruang yang berisi saraf gigi dan pembuluh darah
3.      Jenis Gigi
Jenis gigi menurut erwana, (2013) sebagai berikut:
a.      Gigi seri
Gigi seri adalah gigi gigi insisif, jumlahnya empat di atas dan empat dibawah. Dinamakan gigi seri karena gigi ini yang langsung terlihat sama, sepasang (seri), dan berdampingan. Kerusakan pada gigi seri dapat mempengaruhi penampilan seseorang.
b.      Gigi taring
Gigi taring adalah gigi yang memiliki istilah ilmiah kaninus. Jumlahnya ada 4 masing masing satu disebelah kanan, satu di sebelah kanan atas, satu disebelah kiri atas, satu disebelah kanan bawah dan satu disebelah kiri bawah. Gigi ini yang terkhir tumbuh dirongga mulut, sehingga sering mengalami kekurangan tempat.
c.      Gigi graham kecil
Gigi ini diistilahkan dengan premolar. Jumlahnya ada empat dibagian rahang mulut atas, yaitu dua disebelah kanan atas dan dua di bagian kiri bawah. Lalu ada empat lagi dibagian rahang/mulut bawah, yaitu dua dibagian kanan bawah dan dua di bagian kiri bawah.
Pre artinya sebelum atau mendahului. Jadi premolar berarti mendahului molar hal ini karena letaknya di barisan gigi gigi sebelum gigi molar (graham). Bentuknya menyerupai gigi taring, tetapi memiliki bukti yang tajam di kedua sisi, bukan satu seperti taring.
d.      Gigi graham besar
Gigi ini memiliki istilah ilmiah molar. Jumlahnya enam dirahang/mulut atas, yaitu tiga disebelah kiriatas dan tiga disebelah kanan atas serta enam dirahang/mulut bawah, yaitu tiga disebelah kiri bawah dan tiga di sebelah kanan bawah. Gigi ini adalah gigi dengan ukuran terbesar dari seluruh gigi.
4.      Fungsi Gigi
Fungsi gigi menurut Erwana (2013) sebagai berikut:
a.      Gigi seri (tengah, Lateral)
1)     Memotong
Hal ini dimungkinkan karena bentuk gigi seri yang memiliki sisi pengiris seperti pisau atau pedang. Makanan lunak yang terlalu besar untuk masuk akan dipotong seukuran mulut oleh gigi seri
b.      Gigi taring
1)     Merobek
Gigi taring dengan ujungnya yang runcing memiliki fungsi untuk merobek. Makanan yang agak keras sperti daging akan dirobek oleh gigi taring karena gigi seri tidak mampu melakukan ini.
c.      Gigi graham (molar)
1)     Menghaluskan
Fungsi ini adalah milik gigi graham karena gigi graham memiliki permukaan kunyah, yaitu dataran dibagian atas gigi. Makanan yang sebelumnya telah dipotong atau dirobek selenjutnya dihaluskan oleh gigi graham supaya organ pencernaan tidak bekerja terlalu keras.


5.      Proses Pertumbuhan Gigi
Pertumbuhan dan perkembangan Gigi menurut Cahyaningsih, (2011) adalah sebagai berikut :
a.      Masa Bayi (usia 0 – 28 hari)
1)     Erupsi gigi primer biasanya dimulai pada usia 6 bulan dengan gigi seri tengah mandibular primer.
2)     Orang tua harus membersihkan gigi seri dengan kain basah.
3)     Pemberian makan dengan ASI dan melalui botol selama tidur tidak dianjurkan. Hal ini untuk mencegah karies gigi akibat dari kontak dengan susu yang lama
b.      Masa Toddler (usia 1 – 3 tahun)
1)     Gigi primer (20 gigi desidua) lengkap ketika usia 2,5 tahun.
2)     Kunjungan pertama kedokter gigi harus toddler sebelum 2,5 tahun.
3)     Orang tua harus membersihkan gigi toddler dengan sikat lembut dan air, di sela sela gigi menggunakan benang halus. Pasta gigi tidak mungkin digunakan karena toddler tidak menyukai busanya dan berbahaya jika di telan.
4)     Toddler memerlukan supplemen flourida jika sumber air di tempat tinggal tidak mengandung flourida.
5)     Diet rendah kariogenik contoh gula pasir, yang dapat menimbulkan karies pada gigi.
c.      Masa pra sekolah (usia 4 – 6 tahun)
1)     Seluruh gigi yang berjumlah 20 harus lengkap pada usia 3 tahun.
2)     Perkembangan motorik halus, memungkinkan anak mampu menggunakan sikat gigi dua kali sehari.
d.      Masa sekolah (6 – 12 tahun)
1)     Orang tua harus Membimbing dan memperhatikan kebersihan gigi anak
6.      Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut
Erwana, (2013) menyatakan ada 4 cara  menjaga kesehatan gigi dan mulut sebagai berikut:
a.      Bersihkan gigi secara teratur
Bersihkan gigi secara teratur setelah sarapan dan sebelum tidur. Ini sehubungan dengan faktor gigi dalam pembentukan lubang gigi, gigi di bersihkan supaya tidak ada plak yang terbentuk dan menjadi tempat tinggal bakteri pembentukan lubang gigi.
b.      Bersihkan mulut secara menyeluruh
Hal ini berhubungan dengan faktor bakteri dalam pembentukan lubang gigi. Menyikat gigi hanya membersihkan 25% dari keseluruhan bagian gigi dan mulut, masih ada rongga mulut, lidah dan jaringan lunak lainya yang bisa berpotensi terkena bakteri bila gigi dan mulut tidak dibersihkansecara teratur.
c.      Kurangi makanan manis
Hal ini berhubungan dengan faktor gula dalam pembentukan lubang gigi. Makanan manis dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri pembentuk lubang gigi.


d.      Rutin kontrol
Rutin kontrol setiap 6 bulan sekali Hal ini berhubungan dengan faktor waktu. Dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara teratur kedokter gigi maka waktu yang diperlukan untuk bakteri yang melakukan aksinya dapat dihentikan.
7.      Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Saputra, (2013), Prilaku menjaga kebersihan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
a.      Kebiasaan
Kebiasaan seseorang berpengaruh dalam kebersihan diri seseorang.Contohnya adalah setiap individu memiliki kebiasaan tersendiri kapan akan menyikat gigi, mengunting kuku atau mencuci rambut dan bahkan kebiasaan tersendiri untuk menyikat gigi dua kali sehari, satu kali sehari, atau tidak menyikat gigi.
b.      Budaya
Budaya mempengaruhi kebersihan diri seseorang contohnya  adalah terdapat mitos yang mengatakan bahwa menggunting kuku pada malam hari akan menyebabkan kesialan. Hal ini menyebabkan beberapa orang menunda menggunting kuku hingga keesokan harinya.
c.      Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi cara orang tersebut merawat diri. Contohnya adalah untuk menjaga kebersihan gigi, kita sebaiknya menggosok gigi dua kali sehari, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur, individu yang mengetahui hal ini akan berusaha untuk mengikutinya.
d.      Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memenuhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mempertahankan kebersihan diri, contohnya adalah kondisi keuangan seseorang mempengaruhi antara lain jenis sabun mandi, sampo, sikat gigi yang mampu ia beli
e.      Status kesehatan serta kondisi fisik dan mental
Orang yang sedang sakit atau yang mengalami cacat fisik dan gangguan mental akan terhambat kemampuanya untuk merawat diri secara mandiri.
1)     Kebiasaan menyikat gigi
a)     Pengertian kebiasaan Menyikat Gigi
Kebiasaan adalah kegiatan yang sering dilakukakn oleh seseorang. Kebiasaan menyikat gigi dilakukan sebagai salah satu cara mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Menyikat gigi dua kali sehari pada pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, hal ini untuk membuat nafas segar, memperbaiki penampilan gigi, dan menghilngkan plak serta sisa makanan dari permukaan gigi, bila plak dibiarkan selama 24 – 48 jam, ia dapat mengeras dan menimbulkan penyakit pada gusi dan akhirnya menyebabkan gigi tanggal dan penyakit gigi lainya. (Indri, 2009)
Menyikat gigi adalah untuk mencegah dan menghapus pembentukan plak plak sebagian besar terdiri dari bakteri, karena jumlah peningkatan plak bakteri, gigi lebih rentan terhadap gigi karies ketika karbohidrat dalam makanan yang tersisa pada gigi setelah setiap makan atau makanan ringan (Hongini dan Aditawarman, 2012)
b)     Cara Menyikat Gigi yang Benar.
Cara menyikat gigi yang benar menurut Erwana, (2013) adalah sebagai berikut:
(1)    Tepat Alat
Tepat alat disini maksudnya adalah harus benar dalam memilih alat yang digunakan untuk membersihkan gigi, yaitu sikat gigi. Berikut adalah kriteria sikat gigi yang baik:
(a)    Gagang sikat harus lurus supaya memudahkan mengontrol gerakan penyikatan
(b)    Kepala sikat tidak lebar dan membulat supaya tidak melukai jaringan lunak lain, saat menyikat gigi bagian belakang
(c)    Bulu sikat dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan mudah masuk kesela – sela gigi
(2)    Tepat cara
(a)    Gerakan untuk bagian luar gigi depan adalah ke atas dan kebawah, bukan menyikat dengan menggerakan kesamping karena bisa melukai gusi.
(b)    Bagian luar gigi belakang jangan di sikat dengan gerakan naik turun, tetapi dengan gerakan maju mundur atau memutar, gerakan naik turun efektif membersihkan gigi belakang bagian luar.
(c)    Untuk bagian dalam dari gigi depan dan belakang harus disikat dengan gerakan ditarik.
(3)    Tepat waktu
Menyikat gigi pagi hari dilakukan setelah sarapan dan sebelum tidur. Apabila sisa makanan dibiarkan 12 jam lebih tanpa sempat dibersihkan makanan akan menjadi sebuah plak.
(4)    Tepat target
Meliputi tepat membersihkan daerah yang perlu dibersihkan. Gigi Cuma bukan bagian depan dan bagian luar saja, gigi juga ada bagian bagian dalam dan belakang. Bagian – bagian ini kadang terlewatkan atau sengaja dibersihkan.
c)     Hubungan Prilaku Dengan Kebiasaan
Dalam jenis jenis kebutuhan manusia, terdapat diantara beberapa kebutuhan yang meminta cara dan alat pemenuhan yang sangat khusus misalnya kebutuhan akan oksigen dapat dapat dipenuhi dengan cara  bernafas atau menghirup udara yang berisi oksigen. Disamping itu terdapat kebutuhan kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan jalan dan alat yang tidak begitu khusus dan terbatas.
Kalau mengamati kehidupan suatu keluarga dan mengamati cara pergaulan anak dalam keluarga itu. Akan nampak dengan meyakinkan bahwa lingkungan itulah yang banyak mengajarkanbagaimana memenuhi setiap jenis kebutuhan yang diterima oleh setiap anggota keluarga. Keluarga mencerminkan pengaruh norma yang terdapat dalam lingkungan sosio – kultural yang lebih luas. Norma itu menjadi kebiasaan dari tiap individu sesuai dengan cara cara dan norma lingkungan sperti diatas berlangsung melalui proses meniru dan sistem ganjaran dan hukuman. Proses meniru terjadi bila anak melihat dan mengikuti apa yang dilaksanakan oleh orang tuanya.
Proses yang sama ini terjadi juga terhadap berbagai segi kehidupan yang lain. Hanya saja dibidang proses pembentukan aspek kepribadian proses itu akan menjadi lebih kompleks. Kebiasaan muncul didasarkan pada norma norma yang ada dalam masyarakat. Norma sosial merupakan kebiasaan yang lazim di pergunakan dipergunakan oleh setiap anggota kelompok untuk berprilaku. Keadaan norma sosial ini sebagian diresmikan menjadi peraturan tetapi yang banyak merupakan kebiasaan yang tidak tertulis. Kebiasaan yang tidak tertulis mendapat sanksi berupa penilaian negatif  (Purwanto, 2012)
d)     Pembentukan Prilaku akan Membentuk Kebiasaan
Pembentukan prilaku menurut skinner dalam notoatmodjo, (2007) adalah sebagai berikut :
(1)    Melakukan identifikasi tentang hal hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah – hadiah atau rewards bagi prilaku yang akan dibentuk.
(2)    Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen komponen kecil yang membentuk prilaku yang di kehendaki. Kemudian komponen – komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya prilaku yang dimaksud.
(3)    Menggunakan secara urut komponen – komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing masing komponen tersebut.
(4)    Melakukan pembentukan prilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah dilakukan , maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau prilaku tersebut cendrung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen atau prilaku kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen atau prilaku pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang – ulang sampai komponen atau prilaku ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh prilaku yang diharapkan terbentuk.
Sebagai ilustrasi, agar anak mempunyai kebiasaan menyikaat gigi sebelum tidur. Untuk berprilaku sperti ini maka anak tersebut harus :
(a)    Pergi kekamar mandi sebelum tidur,
(b)    Mengambil sikat dan odol,
(c)    Mengambil air dan berkumur,
(d)    Melaksanakan gosok gigi,
(e)    Menyimpan sikat gigi dan odol,
(f)     Pergi ke kamar tidur

Kalau dapat diidentifikasi hadiah hadiah (tidak berupa uang) bagi masing masing komponen atau prilaku tersebut maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

BAB II
PEMBAHASAN
A.     ANAK
1.      Definisi Anak
Anak merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda – beda sesuai dengan tahapan usianya. Anak bukan miniatur dari orang dewasa atau orang dewasa dalam tubuh yang kecil hal ini yang perlu kita pahami dalam memfasilitasi anak untuk mencapai tugas pertumbuhan dan perkembanganya (Cahyaningsih, 2011).
2.      Tahapan Tumbuh Kembang Pada Anak
Menurut Cahyaningsih, (2011) pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara teratur, berkaitan, dan berkesinambungan. Setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahapan pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
a.      Masa janin didalam kandungan.
b.      Masa setelah lahir terdiri dari beberapa tahapan usia yaitu :
1)     Masa neonatus (usia 0 – 28 hari)
2)     Masa bayi (usia 1 – 12 bulan).
3)     Masa toddler (Usia 1 – 3 tahun)
4)     Masa pra sekolah (usia 4 – 6 tahun)
5)     Masa sekolah (usia 7 – 13 tahun)
6)     Masa remaja (usia 14 – 18 tahun)
3.      Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah (6 – 12 tahun)
Rentang kehidupan yang dimulai dari usia 6 sampai 12 tahun memiliki berbagai label yang masing masing menguraikan karakteristik penting dari priode tersebut. Priode usia pertengahan ini sering sekali disebut usia sekolah atau masa sekolah. Priode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan sekolah, yang memiliki dampak segnifikan dalam perkembangan dan hubungan anak dengan orang lain. Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak kanak, dan menggabungkan diri kedalam kelompok sebaya, yang merupakan hubungan dekat pertama diluar kelompok keluarga.
Secara fisiologis, masa kanak – kanak pertengahan dimulai dengan tanggalnya gigi susu pertama dan di akhiri pada masa pubertas dengan memperoleh gigi permanen terakhir (kecuali gigi graham terakhir). Selama usia 5 – 6 tahun sebelumnya anak mengalami kemajuan, dar bayi yang tidak berdaya menjadi individu yang kuat dan kompleks  dengan kemampuan berkomunikasi, membentuk konsep yang terbatas, dan mulai terlibat dalam prilaku sosial dan motorik yang kompleks. Anak mengalami pertumbuhan fisik yang sangat cepat. Sebaliknya priode masa kanak – kanak pertengahan, antara pertumbuhan yang cepat dimasa kanak – kanak awal dan ledakan pertumbuhan dimasa pubertas, adalah saat pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara bertahap dengan peningkatan yang lebh besar aspek fisik dan emosional

a.      Kelompok Umur
Kelompok umur menurut Oshawd kroh didalam Astoeti, (2006) sebagai beriku:
1)     Usia 6 – 8 tahun (SD kelas 1 – 2)
Di umur seperti ini  masih di pengaruhi fantasi menjadi kenyataan dicampur baur dengan fantasi.
2)     Usia 8 – 10 tahun (kelas 3 – 4)
Usia 8 – 10 tahun adalah masa berpikir naif dan nyata atau masa mengumpulkan ilmu pengetahuan
3)     Usia 10 – 12 tahun (kelas 5 – 6)
Usia 10 – 12 tahun adalah masa berfikir kritis dan nyata.
4.      Metode dan Alat Bantu Ajar Usia Sekolah
Pada tahapan ini perlu dipilih metode dan alat bantu ajar yang sesuai sehingga dapat menghasilkan perubahan prilaku. Sesuai dengan  teori perkembangan diatas maka kelompoknya adalah sebagai berikut
a.      Kelompok 6 – 8 tahun (kelas 1 – 2) menggunakan metode ceramah di modifikasi dengan bercerita/dongeng, bermain dan bernyanyi.
1)     Berceramah ringan dengan dibantu flip chart, slide, poster mengenai bentuk gigi, fungsi gigi susu dan gigi tetap, waktu yang tepat untuk menyikat gigi, serta dibantu alat peraga lain seperti model gigi dan sikat giginya untuk melatih menyikat gigi yang benar.
2)     Bercerita/mendongeng dapat menggunakan tokoh – tokoh fantasi anak anak yang di jagokan sebagai tokoh yang bergigi kuat dan sehat. Tujuan bercerita untuk memberikan informasi dan gagasan serta mendorong anak untuk melihat prilaku dan norma mereka.
3)     Bermain dan menggunakan alat – alat permainan atau pun gambar gambar mengenai makanan yang sehat dan tidak sehat untuk gigi.
4)     Benyanyi lagu lagu jenaka dengan mengganti lirik yang mudah diingat dengan tujuan untuk memberi gagasan kesehatan gigi pada anak
b.      Kelompok 8 – 10 tahun (kelas 3 – 4) menggunakan metode ceramah di modifikasi dengan peragaan
1)     Berceramah mengenai: bagian – bagian mulut dan gigi, fungsi dan jenis gigi, plak, proses gigi berlubang, cara menyikat gigi di bantu dengan alat peraga model gigi dan sikat gigi.
2)     Memeragakan merupakan cara yang menyenangkan untuk saling tukar pengetahuan dan keterampilan . peragaan membantu dan memberi kesempatan kepada anak untuk mempelajari dan melaksanakan keterampilan baru.
c.      Kelompok 10 – 12 tahun (kelas 5 – 6) menggunakan metode ceramah dimodifikasi dengan diskusi kelompok.
1)     Berceramah mengenai flour, plak penyebab gigi berlubang, proses penjalaran gigi berlubang gusi sehat, proses penjalaran gigi berlubang gusi sehat, proses terjadinya penyakit gusi, dibantu dengan poster dan alat peragaan lain.
Diskusi kelompok, yaitu memecahkan permasalahan bersama dari topik dan pertanyaan yang diberikan oleh penceramahan.

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI KELAS 3 SDN IBU DEWI VI CIANJUR

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya virus dan bakteri sehingga dapat mengganggu organ tubuh lainnya. Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak – anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan menjadi lebih parah karena akan mempengaruhi kulitas hidup. (Kemenkes, 2014).
Menurut World Health Organitation (WHO) di seluruh dunia, 60-90% dari anak anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, sekitar 30 % dari orang yang berusia 65-74 tahun tidak memiliki gigi alami. Dan kebanyakan orang yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut yang berekonomi kurang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya penggunaan tembakau, penggunaan alkohol, makan yang tidak sehat dan kebersihan mulut yang kurang.
Kesehatan gigi dan mulut di masyarakat Indonesia sering kali menjadi prioritas yang kesekian bagi sebagian orang. Di Indonesia prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut meningkat dilihat dari Persentase penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dan 2013 dari 23,3% menjadi 25,9%, menurut data karakteristik kelompok umur  tahun 2007 dan 2013 umur 5 – 9 dari 21,6% menjadi 28,9% dan umur 10 – 14 dari 20,6% menjadi 25,2% hal ini mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi (Kemenkes, 2014).
Menurut Riskesdas di Jawa Barat kesahatan gigi dan mulut persentasenya dari tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 25,3% menjadi 28,0% hal ini membuat Jawa barat menempati peringkat terbanyak ke 4 setelah Sulawesi Tenggara 28,6%, DKI Jakarta 29,1%, dan Aceh 30,5% di tahun 2013. Dan paling banyak masalah tentang kesehatan gigi adalah karies, untuk itu masalah karies di Indonesia memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut sebagai tugas pokok perawat gigi mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut yang mencakup, mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, mengetahui kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, mampu mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tersedia secara wajar, dan maningkatkan angka mempertahankan gigi (kencana, 2013).
Basha dan Swamy, (2012) yang melakukan penelitian di india manyatakan bahwa 60-90% dari anak – anak usia sekolah mengalami karies gigi yang di sebabkan oleh kebersihan gigi dan mulut sangat kurang pada anak. Teori perkembangan Piaget (1969) menyatakan bahwa anak usia sekolah berada pada tahap perkembangan oprasional konkrit, dimana cara berfikir mereka sudah mulai logis dan masuk akal, sehingga apabila anak di beri pendidikan tentang sesuatu maka anak akan mengembangankan pengetahuan dan keterampilan melakukan sesuatu tersebut (Wong, Hockenberry, Wilson, & Winkelstein, (2008) Kebiasaan seseorang menyikat gigi sangatlah penting karena bila menyikat gigi dilakukan setelah sarapan dan sebelum tidur dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Anak yang mengalami kerusakan gigi akan malas beraktivitas karena harus menahan rasa sakit pada gigi dan mulutnya. Rasa sakit itu juga dapat menyebabkan anak mengalami penurunan selera makan. Hal ini berdampak pada kekurangan asupan gizi pada anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan membusuk maka gigi berlubang harus di cabut. Pencabutan gigi pada anak sekolah mengakibatkan ruang kosong yang menyulitkan anak dalam mengunyah makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan anak jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan menggosok gigi yang salah dapat meninggalkan sisa – sisa makanan bahkan penumpukan sisa makanan yang dapat membentuk asam mikrobial sehingga lama kelamaan akan menimbulkan destruksi komponen organik gigi dan mengakibatkan gigi berlubang (Schuurs, 1992).
Anak anak yang mengalami sakit pada gigi berlubang kecendrungan lebih banyak tidak masuk sekolah, mau tidak mau kondisi ini juga mempengaruhi prestasi belajar murid. Pepsodent berhasil melakukan penelitian yang dilakukan bersama departemen ilmu kesehatan gigi masyarakat dan Kedokteran gigi pencegahan FKG UI mengenai masalah kesehatan gigi dan mulut. Penelitian dilakukakan disekolah dasar bekasi. Penelitian terhadap 984 responden dari tiga SD di daerah Bekasi memperlihatkan fakta bahwa 94 persen anak usia 6-7 tahun mengalami seduikitnya satu gigi berlubang pada gigi susu. Masalah yang sama juga dialami anak usia 10-11 tahun sebanyak 82 persen pada gigi tetap mereka. Pepsodent meyakini bahwa gigi berlubang tak hanya membuat anak mengalami rasa sakit, namun juga akan mempengaruhi kehadiran anak di Sekolah. (drg. Mirah Afifah, 2015)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang – ulang untuk hal yang sama. Definisi berprilaku benar dalam menyikat gigi adalah kebiasaan menyikat gigi setiap hari sesudah makan dan sebelum tidur (Kemenkes, 2013)
Dari data RISKESDAS 2013 dengan jumlah sampel untuk kelompok umur ≥10 tahun berjumlah 835.256 responden menunjukan sebagian besar (93,8%) menyikat gigi setiap hari, sebagian besar penduduk juga menyikat gigi pada saat mandi sore yaitu sebesar 79,7%, sebagian besar penduduk menyikat gigi setiap hari saat mandi pagi atau mandi sore. Kebiasaan yang keliru hampir merata tinggi diseluruh kelompok umur. Kebiasaan benar menyikat gigi penduduk indonesia hanya 2,3%.
Penelitian Budisuari, Oktarina dan Mikrajab, (2010) tentang hubungan pola makan dengan kebiasaan menyikat gigi, kebiasaan menyikat gigi juga dapat mempengaruhi berat ringannya karies, responden yang sikat gigi mempunyai kecendrungan terjadinya karies lebih ringan di banding yang tidak gosok gigi. Pencarian pengobatan gigi kepada tenaga kesehatan perlu ditingkatkan melalui peningkatan informasi, pengetahuan serta persepsi seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut. Karena hal ini juga mempengaruhi tinggi rendahnya karies gigi. Dan juga gigi merupakan fokus infeksi terjadinya penyakit sistemik, antar lain penyakit ginjal dan jantung.
Penelitian Pranoto, Kristiono dan Indraswary, (2010) tingkat motivasi ibu tentang kesehatan gigi dan mulut di TK sinar Matahari semarang dari 56 responden, di dapatkan kriteria motivasi buruk 17,8% kriteria sedang 39,2% dan kriteria baik 43%. Tingkat early childhood caries pada TK sinar matahari semarang dari 56 responden, didapatkan jumlah minimal 33,9% jumlah mild 8,9% jumlah moderate 30,4% dan jumlah severe 26,8% adanya hubungan antara motivasi ibu tentang kesehatan gigi terhadap early child caries pada anak umur 3-5 tahun. Maka dari itu kebiasaan menyikat gigi tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk mendorong seseorang agar mau menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor faktor yang menyebarkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2009). Motivasi tentang kesehatan gigi anak sangat penting karena anak akan meniru mengingat hal ini maka tanpa adanya motivasi yang kuat seseorang anak akan malas untuk menyikat gigi dan merawat giginya sejak dini (Pranoto, Cristiono dan Indraswary, 2010)
Hasil studi pendahuluan peneliti melakukan dengan dua cara yaitu dengan wawancara  dan observasi. Studi pendahuluan dilakukan di SDN IBU DEWI VI karena dari data Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Puskesmas Cianjur Kota, sekolah tersebut yang paling banyak angka kejadian karies nya dan dari data tersebut, kelas yang terbanyak kariesnya berada di kelas 3, Maka dari itu peneliti melakukan wawancara terhadap siswa kelas 3 wawancara dilakukan oleh peneliti pada 10 orang siswa didapatkan 4 orang menyikat gigi satu kali sehari, dan 5 orang menyikat gigi saat mandi pagi dan mandi sore, 1 orang menyikat gigi setelah sarapan, waktu mandi dan malam hari. Hampir seluruhnya tidak pernah memeriksa rutin gigi mereka apabila tidak sakit, namun kebanyakan siswa tahu apa penyebab karies gigi, dampak dari tidak menyikat gigi dan paham bila ada penyuluhan kesehatan tentang gigi dilakukan oleh pihak puskesmas. Meskipun orang tua siswa menyediakan sikat gigi sendiri dan tersedia pasta gigi, siswa jarang memakainya. malasnya siswa untuk menyikat gigi karena siswa merasa menyikat gigi terlalu rumit untuk dilakukan dan agar siswa lebih cepat mandinya karena hal tersebut tidak terlalu penting bagi siswa.
Hasil wawancara dari pihak sekolah meyatakan bahwa pihak sekolah tidak ada program penyuluhan kesehatan gigi di sekolahnya namun pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Cianjur Kota untuk memeriksakan karies gigi para siswa dilakukan 3 bulan sekali untuk pengecekan, penyuluhan dan peragaan menyikat gigi yang benar. Hasil observasi tempat bahwa di SDN IBU DEWI VI banyak pedagang kaki 5 yang menjual makanan dan minuman manis sehingga para siswa banyak yang membeli makan berbahan manis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “hubungan motivasi dengan kebiasaan menyikat gigi pada anak usia sekolah dengan karies di SDN IBU DEWI 6”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ibu Dewi 6 Cianjur ?”.
C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ibu Dewi 6 Cianjur
2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui gambaran motivasi anak
b.      Mengetahui gambaran kebiasaan menggosok gigi
c.      Mengetahui hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak Usia sekolah di SDN Ibu dewi 6 Cianjur

D.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi ilmu keperawatan dasar yang berkaitan dengan motivasi dan kebiasaan menyikat gigi serta memberikan konstribusi bagi pengembangan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan gigi
2.      Manfaat Praktis
a.      Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada SDN Ibu Dewi 6 bahwa kebiasaan menggosok gigi didasari terlebih dahulu oleh motivasi sehingga akan mencegah terjadinya karies
b.      Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan khususnya bagi perawat bahwa kebiasaan mengogosok gigi didasari terlebih dahulu oleh motivasi untuk mencegah karies.
c.      Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada anak dengan karies akan lebih paham tentang kesehatan gigi dan mulut dan dapat dijalankan setiap hari dengan baik dan benar.
d.      Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dan melakukan penelitian dengan faktor faktor lain kebiasaan menyikat gigi.

Featured Post

LEAFLET KEHAMILAN TIDAK DI INGINKAN (KTD)

yang ingin Edit bisa di download Link di bawah DOWNLOAD