LAPORAN PENDAHULUAN CURIGA
ASKEP CURIGA
A. Proses terjadinya masalah.
Prilaku curiga merupakan gangguan
berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan yang ditandai dengan persaan
tidak percaya dan ragu-ragu. Prilaku tersebut tampak jelas saat individu
berinteraksi dengan orang lain atau lingkungannya. Prilaku curiga merupakan
prilaku proyeksi terhadap perasaan ditolak, ketidakadekuatan dan inferiority.
Ketika klien kecemasannya meningkat dalam merespon terhadap stresor, intra
personal, ekstra personal dan inter personal. Perasaan ketidak nyamanan di
dalam dirinya akan diproyeksikan dan kemudian dia akan merasakan sebagai
ancaman/ bahaya dari luar. Klien akan
mempunyai fokus untuk memproyeksikan perasaannya yang akan menyebabkan perasaan
curiga terhadap orang lain dan lingkungannya. Proyeksi klien tersebut akan menimbulkan prilaku agresif sebagaimana yang
muncul pada klien atau klien mungkin menggunakan mekanisme pertahanan yang lain
seperti reaksi formasi melawan agresifitas, ketergantungan, afek tumpul,
denial, menolak terhadap ketidaknyamanan.
Faktor predisposisi dari curiga
adalah tidak terpenuhinya trust pada masa bayi. Tidak terpenuhinya karena lingkungan yang bermusuhan, orang tua
yang otoriter, suasana yang kritis dalam keluarga, tuntutan lingkungan yang
tinggi terhadap penampilan anak serta tidak terpenuhinya kebutuhan anak. Dengan
demikian anak akan menggunakan mekanisme fantasi untuk meningkatkan harga
dirinya atau dia akan mengembangkan tujuan yang tidak jelas.
Pada klien , dari data yang
ditemukan faktor predisposisi dari prilaku curiga adalah gangguan pola asuh. Di
dalan keluarga klien merupakan anak angkat dari keluarga yang pada saat itu
belum memiliki anak. Klien menjadi anak kesayangan ayahnya, karena klien
dianggap sebagai pembawa rejeki keluarga. Sejak kelahiran adik-adiknya ( 7
orang ) klien mulai merasa tersisih dan tidak diperhatikan, merasa tidak
nyaman, sehingga klien merasa terancam dari lingkungan keluarganya. Sejak itu
klien tidak percaya pada orang lain, sering marah-marah dan mengamuk sehingga
klien dibawa oleh keluarganya ke RS jiwa.
B. Masalah-masalah yang muncul pada
klien curiga.
Masalah yang biasanya timbul pada
klien curiga karena adanya kecemasan yang timbul akibat klien merasa terancam konsep dirinya,
kurangnya rasa percaya diri terhadap lingkungan yang baru/asing (masalah ini
tidak muncul pada klien G). Masalah lain yang juga sering muncul pada klien
curiga yaitu marah, timbul sebagai proyeksi dari keadaan ketidak adekuatan dari
perasaan ditolak (masalah ini muncul pada klien ).
Isolasi sosial merupakan masalah
yang juga muncul pada diri klien. Klien menarik diri akibat perasaan tidak
percaya pada lingkungan . Curiga merupakan afek dari mekanisme koping yang
tidak efektif, klien menunjukan bingung peran, kesulitan membuat keputusan,
berprilaku destruktif dan menggunakan mekanisme pertahanan diri yang tidakl
sesuai, dan masalah ini ada pada diri klien.
Masalah lain yang timbul adalah
gangguan perawatan diri dan data yang diperoleh : klien berpenampilan tidak
adekuat, dimana klien tidak mandi, tidak mau gosok gigi, rambut kotor dan
banyak ketombe, kuku kotor dan panjang. (masalah ini ada pada diri klien)
Pada klien muncul juga gangguan
harga diri rendah, dimana klien mempunyai pandangan negatif terhadap dirinya
ditunjukkan dengan prilaku menarik diri atau menyerang orang lain.( masalah ini
ada pada diri klien)
Potensial gangguan nutrisi, pada
klien curiga biasanya mengira makanan itu beracun atau petugas mungkin sudah
memasukkan obat-obatan ke dalam minumannya, akibatnya tidak mau makan - minum.
(masalah ini tidak ada pada diri klien)
PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan
berorientasi pada masalah yang timbul pada klien. Pada bab ini akan
menyampaikan secara singkat mengenai pelaksanaan proses keperawatan yang
meliputi : Diagnosa Keperawatan, Tujuan jangka panjang, Intervensi, Evaluasi
dan tindak lanjut. Adapun proses keperawatan secra lengkap ada pada lampiran.
Diagnosa keperawatan I
Potensial
melukai diri sendiri/ orang lain s/d ketidak mampuan klien mengungkapkan marah
secara konstruktif.
Tupan
: Tidak melukai orang lain/ diri sendiri serta mampu mengungkapkan marah secara
konstruktif.
Intervensi
:
1.
Membina hubungan saling percaya
dengan klien .
2.
Memelihara ketengann lingkungan,
suasana hangat dan bersahabat.
3.
Mempertahan kan sikap perwat secara
konsisten.
4.
Mendorong klien untuk
mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan
klien marah.
5.
Mendiskusikan dengan klien tentang
tanda-tanda yang biasa terjadi pada orang yang sedang marah.
6.
Mendorong klien untuk mengatakan
cara-cara yang dilekukan bila klien marah.
7.
Mendiskusikan dengan klien cara
mengungkapkan marah secara konstruktif.
8.
Mendiskusikan dengan keluarga (
pada saat kunjungan rumah ) ttg marah pada klien , apa yang sudah dilakukan
bila klien marah dirumah bila klien cuti.
Evaluasi
:
·
Klien mau menerima petugas
(mahasiswa ), dan membalas salam.
·
Berespon secara verbal.
·
Membalas jabat tangan, mau diajak
berbicara.
·
Klien mampu mengungkapkan penyebab
marahnya.
·
Klien dapat mengenal tanda-tanda
marah.
·
Klien megatakan kalau amuk itu
tidak baik.
·
Klien dapat memperagakan tehnik
relaksasi.
Tindak
lanjut :
·
Melanjutkan untuk latihan marah
yang konstruktif dengan tehnik relaksasi, tehnik asertif.
Diagnosa keperawatan II
Gangguan
hubungan sosial; menarik diri sehubungan dengan curiga.
Intervensi
:
1.
Membina hubungan saling percaya.
2.
Bersikap empati pada klien.
3.
Mengeksplorasi penyebab kecurigaan
pada klien .
4.
Mengadakan kontak sering dan
singkat.
5.
Meningkat respom klien terhadap
realita.
6.
Memberikan obat sesuai dengan
program terapi dan mengawasi respon klien.
7.
Mengikut sertakan klien dalam TAK
sosialisasi untuk berinteraksi.
Evaluasi
:
·
Klien mampu mengeksplorasi yang
menyebabkan curiga.
·
Klien disiplin dalam meminum obat sesuai program terapi.
Tindak
lanjut:
·
Teruskan untuk program sosialisasi/
interaksi klien untuk mengurangi kecurigaan.
Diagnosa
Keperawatan III
Penampilan
diri kurang s/d kurang minat dalam kebersihan diri.
Tupan
: Penampilan klien rapih dan bersih serta klien mampu merawat kebersihan diri.
Intervensi
:
1.
Memperhatikan tentang kebersihan
klien .
2.
Mendiskusikan dengan klien ttg
gunanya kebersihan.
3.
Memberikan reinforsemen positif apa
yang sudah dilakukan klien.
4.
Mendorong klien untuk mengurus
kebersihan diri.
Tindak
lanjut :
·
Perlu dilanjutkan dengan TAK
tentang kegiatan sehari-hari.
·
Berikan motivasi agar klien mau
merawat diri.
Comments