HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DI KELAS 3 SDN IBU DEWI VI CIANJUR

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya virus dan bakteri sehingga dapat mengganggu organ tubuh lainnya. Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak – anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan menjadi lebih parah karena akan mempengaruhi kulitas hidup. (Kemenkes, 2014).
Menurut World Health Organitation (WHO) di seluruh dunia, 60-90% dari anak anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki masalah kesehatan gigi dan mulut, sekitar 30 % dari orang yang berusia 65-74 tahun tidak memiliki gigi alami. Dan kebanyakan orang yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut yang berekonomi kurang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya penggunaan tembakau, penggunaan alkohol, makan yang tidak sehat dan kebersihan mulut yang kurang.
Kesehatan gigi dan mulut di masyarakat Indonesia sering kali menjadi prioritas yang kesekian bagi sebagian orang. Di Indonesia prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut meningkat dilihat dari Persentase penduduk yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 dan 2013 dari 23,3% menjadi 25,9%, menurut data karakteristik kelompok umur  tahun 2007 dan 2013 umur 5 – 9 dari 21,6% menjadi 28,9% dan umur 10 – 14 dari 20,6% menjadi 25,2% hal ini mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi (Kemenkes, 2014).
Menurut Riskesdas di Jawa Barat kesahatan gigi dan mulut persentasenya dari tahun 2007 dan 2013 meningkat dari 25,3% menjadi 28,0% hal ini membuat Jawa barat menempati peringkat terbanyak ke 4 setelah Sulawesi Tenggara 28,6%, DKI Jakarta 29,1%, dan Aceh 30,5% di tahun 2013. Dan paling banyak masalah tentang kesehatan gigi adalah karies, untuk itu masalah karies di Indonesia memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut sebagai tugas pokok perawat gigi mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dibidang kesehatan gigi dan mulut yang mencakup, mampu memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu melaksanakan upaya untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, mengetahui kelainan-kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, mampu mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, mampu menggunakan sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang tersedia secara wajar, dan maningkatkan angka mempertahankan gigi (kencana, 2013).
Basha dan Swamy, (2012) yang melakukan penelitian di india manyatakan bahwa 60-90% dari anak – anak usia sekolah mengalami karies gigi yang di sebabkan oleh kebersihan gigi dan mulut sangat kurang pada anak. Teori perkembangan Piaget (1969) menyatakan bahwa anak usia sekolah berada pada tahap perkembangan oprasional konkrit, dimana cara berfikir mereka sudah mulai logis dan masuk akal, sehingga apabila anak di beri pendidikan tentang sesuatu maka anak akan mengembangankan pengetahuan dan keterampilan melakukan sesuatu tersebut (Wong, Hockenberry, Wilson, & Winkelstein, (2008) Kebiasaan seseorang menyikat gigi sangatlah penting karena bila menyikat gigi dilakukan setelah sarapan dan sebelum tidur dapat meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
Anak yang mengalami kerusakan gigi akan malas beraktivitas karena harus menahan rasa sakit pada gigi dan mulutnya. Rasa sakit itu juga dapat menyebabkan anak mengalami penurunan selera makan. Hal ini berdampak pada kekurangan asupan gizi pada anak. Selain itu, apabila gigi dibiarkan membusuk maka gigi berlubang harus di cabut. Pencabutan gigi pada anak sekolah mengakibatkan ruang kosong yang menyulitkan anak dalam mengunyah makanan. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan anak jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Kebiasaan menggosok gigi yang salah dapat meninggalkan sisa – sisa makanan bahkan penumpukan sisa makanan yang dapat membentuk asam mikrobial sehingga lama kelamaan akan menimbulkan destruksi komponen organik gigi dan mengakibatkan gigi berlubang (Schuurs, 1992).
Anak anak yang mengalami sakit pada gigi berlubang kecendrungan lebih banyak tidak masuk sekolah, mau tidak mau kondisi ini juga mempengaruhi prestasi belajar murid. Pepsodent berhasil melakukan penelitian yang dilakukan bersama departemen ilmu kesehatan gigi masyarakat dan Kedokteran gigi pencegahan FKG UI mengenai masalah kesehatan gigi dan mulut. Penelitian dilakukakan disekolah dasar bekasi. Penelitian terhadap 984 responden dari tiga SD di daerah Bekasi memperlihatkan fakta bahwa 94 persen anak usia 6-7 tahun mengalami seduikitnya satu gigi berlubang pada gigi susu. Masalah yang sama juga dialami anak usia 10-11 tahun sebanyak 82 persen pada gigi tetap mereka. Pepsodent meyakini bahwa gigi berlubang tak hanya membuat anak mengalami rasa sakit, namun juga akan mempengaruhi kehadiran anak di Sekolah. (drg. Mirah Afifah, 2015)
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Kebiasaan adalah pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan secara berulang – ulang untuk hal yang sama. Definisi berprilaku benar dalam menyikat gigi adalah kebiasaan menyikat gigi setiap hari sesudah makan dan sebelum tidur (Kemenkes, 2013)
Dari data RISKESDAS 2013 dengan jumlah sampel untuk kelompok umur ≥10 tahun berjumlah 835.256 responden menunjukan sebagian besar (93,8%) menyikat gigi setiap hari, sebagian besar penduduk juga menyikat gigi pada saat mandi sore yaitu sebesar 79,7%, sebagian besar penduduk menyikat gigi setiap hari saat mandi pagi atau mandi sore. Kebiasaan yang keliru hampir merata tinggi diseluruh kelompok umur. Kebiasaan benar menyikat gigi penduduk indonesia hanya 2,3%.
Penelitian Budisuari, Oktarina dan Mikrajab, (2010) tentang hubungan pola makan dengan kebiasaan menyikat gigi, kebiasaan menyikat gigi juga dapat mempengaruhi berat ringannya karies, responden yang sikat gigi mempunyai kecendrungan terjadinya karies lebih ringan di banding yang tidak gosok gigi. Pencarian pengobatan gigi kepada tenaga kesehatan perlu ditingkatkan melalui peningkatan informasi, pengetahuan serta persepsi seseorang tentang kesehatan gigi dan mulut. Karena hal ini juga mempengaruhi tinggi rendahnya karies gigi. Dan juga gigi merupakan fokus infeksi terjadinya penyakit sistemik, antar lain penyakit ginjal dan jantung.
Penelitian Pranoto, Kristiono dan Indraswary, (2010) tingkat motivasi ibu tentang kesehatan gigi dan mulut di TK sinar Matahari semarang dari 56 responden, di dapatkan kriteria motivasi buruk 17,8% kriteria sedang 39,2% dan kriteria baik 43%. Tingkat early childhood caries pada TK sinar matahari semarang dari 56 responden, didapatkan jumlah minimal 33,9% jumlah mild 8,9% jumlah moderate 30,4% dan jumlah severe 26,8% adanya hubungan antara motivasi ibu tentang kesehatan gigi terhadap early child caries pada anak umur 3-5 tahun. Maka dari itu kebiasaan menyikat gigi tersebut sangat dipengaruhi oleh motivasi seseorang untuk mendorong seseorang agar mau menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor faktor yang menyebarkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner & Freeman, 1995 dalam Nursalam, 2009). Motivasi tentang kesehatan gigi anak sangat penting karena anak akan meniru mengingat hal ini maka tanpa adanya motivasi yang kuat seseorang anak akan malas untuk menyikat gigi dan merawat giginya sejak dini (Pranoto, Cristiono dan Indraswary, 2010)
Hasil studi pendahuluan peneliti melakukan dengan dua cara yaitu dengan wawancara  dan observasi. Studi pendahuluan dilakukan di SDN IBU DEWI VI karena dari data Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Puskesmas Cianjur Kota, sekolah tersebut yang paling banyak angka kejadian karies nya dan dari data tersebut, kelas yang terbanyak kariesnya berada di kelas 3, Maka dari itu peneliti melakukan wawancara terhadap siswa kelas 3 wawancara dilakukan oleh peneliti pada 10 orang siswa didapatkan 4 orang menyikat gigi satu kali sehari, dan 5 orang menyikat gigi saat mandi pagi dan mandi sore, 1 orang menyikat gigi setelah sarapan, waktu mandi dan malam hari. Hampir seluruhnya tidak pernah memeriksa rutin gigi mereka apabila tidak sakit, namun kebanyakan siswa tahu apa penyebab karies gigi, dampak dari tidak menyikat gigi dan paham bila ada penyuluhan kesehatan tentang gigi dilakukan oleh pihak puskesmas. Meskipun orang tua siswa menyediakan sikat gigi sendiri dan tersedia pasta gigi, siswa jarang memakainya. malasnya siswa untuk menyikat gigi karena siswa merasa menyikat gigi terlalu rumit untuk dilakukan dan agar siswa lebih cepat mandinya karena hal tersebut tidak terlalu penting bagi siswa.
Hasil wawancara dari pihak sekolah meyatakan bahwa pihak sekolah tidak ada program penyuluhan kesehatan gigi di sekolahnya namun pihak sekolah bekerja sama dengan Puskesmas Cianjur Kota untuk memeriksakan karies gigi para siswa dilakukan 3 bulan sekali untuk pengecekan, penyuluhan dan peragaan menyikat gigi yang benar. Hasil observasi tempat bahwa di SDN IBU DEWI VI banyak pedagang kaki 5 yang menjual makanan dan minuman manis sehingga para siswa banyak yang membeli makan berbahan manis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “hubungan motivasi dengan kebiasaan menyikat gigi pada anak usia sekolah dengan karies di SDN IBU DEWI 6”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ibu Dewi 6 Cianjur ?”.
C.     Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak usia sekolah di SDN Ibu Dewi 6 Cianjur
2.      Tujuan Khusus
a.      Mengetahui gambaran motivasi anak
b.      Mengetahui gambaran kebiasaan menggosok gigi
c.      Mengetahui hubungan motivasi dengan kebiasaan menggosok gigi pada anak Usia sekolah di SDN Ibu dewi 6 Cianjur

D.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini dapat memberikan konstribusi bagi ilmu keperawatan dasar yang berkaitan dengan motivasi dan kebiasaan menyikat gigi serta memberikan konstribusi bagi pengembangan penelitian selanjutnya untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan kesehatan gigi
2.      Manfaat Praktis
a.      Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada SDN Ibu Dewi 6 bahwa kebiasaan menggosok gigi didasari terlebih dahulu oleh motivasi sehingga akan mencegah terjadinya karies
b.      Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai sumber informasi bagi petugas kesehatan khususnya bagi perawat bahwa kebiasaan mengogosok gigi didasari terlebih dahulu oleh motivasi untuk mencegah karies.
c.      Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada anak dengan karies akan lebih paham tentang kesehatan gigi dan mulut dan dapat dijalankan setiap hari dengan baik dan benar.
d.      Bagi Peneliti Selanjutnya

Menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dan melakukan penelitian dengan faktor faktor lain kebiasaan menyikat gigi.

Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PENDAHULUAN HEMOROID ( LP HEMOROID )

SATUAN ACARA PENYULUHAN NUTRISI IBU HAMIL ( SAP NUTRISI IBU HAMIL )

Gizi Untuk Usia Sekolah Dan Remaja